Sephia membawa tubuh yang meronta-ronta itu sampai ke lereng Gunung Gobi. Di tempat yang dikiranya aman, dilepaskannya fanta yang memang sedari tadi sudah berusaha melepaskan diri dari cengkeraman tangan sephia.
"Siapa kamu? Mengapa kamu membawaku kemari?" tanya Fanta dengan nada kesal. Dia masih ingin menyusuri Danau Si Hu, siapa tahu dia masih bisa menemukan Fei Fei, hidup maupun mati.
"Dasar orang tidak tahu berterima kasih!" seru Sephia geram. "Kalau aku tidak membawamu pergi tadi, kamu pasti sudah mati dikeroyok orang-orang Huang Chen Ming."
"Dikeroyok? Mati? Kamu kira aku orang yang gampang mati? Aku baru saja keluar dari pintu neraka. Aku nggak takut mati." jawab fanta sinis.
"Ya sudah. Terserah kamu. Mau mati juga aku nggak peduli. Aku masih ada banyak urusan." Sephia kesal sekali tenaganya sudah dibuang percuma menolong orang yang tidak tahu berterima kasih ini.
"Tunggu sebentar!" kata Fanta ketika Sephia baru saja membalikkan badannya. "Kamu belum menjawab siapa namamu, dan mengapa kamu menyelamatkanku."
"Aku ada dendam sama Huang Chen Ming. Semua orang yang dimusuhinya aku anggap kawan. Aku tidak ingin membunuhnya karena aku ingin dia mati menderita. Soal nama, kenapa kamu tiba-tiba jadi sok akrab?"
"Kamu ada dendam sama Huang Chen Ming? Baguslah. Aku ingin ambil bagian dari rencanamu. Apapun dendammu, pasti kalah dalamnya dengan dendamku padanya. Maaf tadi aku bersikap kasar. Namaku fanta, Jai Hoa Cat. Terima kasih atas pertolongan nona." kata Fanta tulus sambil berkowtow. Diliriknya wajah gadis cantik berbaju merah muda ini. Jika saja dia tidak masih dilanda kedukaan yang mendalam, pastilah dia sudah rayu gadis ini habis-habisan.
Melihat ketulusan yang tersirat dari wajah dan kata-kata Fanta, Sephia luluh hatinya. "Jarang ada pria yang tidak berniat merayunya dengan sekali pandang." pikirnya.
"Baiklah. Namaku Sephia. Aku tinggal di dekat sini kalau kamu butuh tempat menginap. Kita bisa diskusi bagaimana enaknya membalas dendam kita ini. Kamu juga sepertinya belum makan, nanti aku siapkan makanan yang lezat. Bagaimana?"
Fanta meraba perutnya yang keroncongan. Mendengar kata makanan yang lezat, protes perutnya semakin dahsyat. Fanta mengangguk dan mengikuti langkah Sephia.