Ketika Oey Yong membuka matanya kembali, dia terkejut karena mendapati dirinya terlentang di ranjang yang empuk. Tapi untuk bangkit dan mencari tahu dimana gerangan dia sekarang, tak ada tenaga sama sekali.
Dipusatkannya tenaganya yang masih tersisa. Gagal, malah darah segar muncrat dari mulutnya.
"Hey.. hey... jangan gunakan tenagamu dulu." Suara lembut itu menghancurkan konsentrasinya.
Tiba-tiba seorang wanita cantik bermata sendu sudah duduk di tepi ranjangnya, membawa kain basah untuk mengusap bersih darah yang belepotan di wajahnya.
"Minum ini." Kata wanita cantik itu kemudian.
"Apa itu?" tanya Oey Yong curiga.
"Tenang saja. Kalau aku berniat jahat pasti aku dengan mudah dapat membunuhmu. Ini sup ginseng. Aku sudah keluarkan racun dari tubuhmu. Tapi kamu masih lemah. Ini akan membantu pengobatanmu."
Oey Yong mengangguk lalu berniat duduk, tapi gagal, tak ada tenaga.
Wanita itu lalu menyuapinya. Oey Yong cuma bisa terpana memandang wajah bidadari tercantik yang pernah ditemuinya ini.
Wanita-wanita di Heng Fang Lau jelas tak bisa dibandingkan dengan wajah seputih salju ini.
"Sudah habis." Buyar sudah lamunan Oey Yong.
"Kamu... siapa?" tanya Oey Yong hati-hati.
Wanita itu tersenyum manis. "Aduuuuuuuh!!!" seru Oey Yong dalam hati. "Senyum itu... serasa seperti air terjun yang menenangkan hatiku. Dan wangi tubuhnya... bak ribuan wewangi bunga di nirwana." Angannya melayang lagi.
"Namaku Mimi. Aku melihatmu pingsan di tengah jalan. Aku bukan orang yang suka menolong sembarang orang. Aku lihat di tubuhmu ada surat Bengis Khan. Jadi kamu pasti bekerja untuknya. Aku harap kamu bisa membantuku menemukan tunanganku."
"Tunangan?" Oey Yong terperanjat. Pupus sudah harapannya.
"Namanya Jonjon dari Butong. Aku belum pernah bertemu dengannya. Kamu mengenalnya?" desak Mimi.
"Suheng Jonjon..." batin Oey Yong. "Beruntung sekali dia bertunangan dengan gadis dewata seperti ini!"
"Tentu saja kenal" kata Oey Yong kemudian. "Dia suhengku. Sesudah sembuh, aku pasti akan membawamu kepadanya."
Raut muka Mimi berubah dari sendu menjadi gembira. "Terima kasih. Siapa namamu?" tanya Mimi.
"Oey Yong. Terima kasih atas pertolongan Nona Mimi. Aku tak akan pernah melupakan budi Nona."
_____________________
Apakah Oey Yong akan membiarkan cintanya pada Mimi mati begitu saja?