Post 192 dari 610 dalam Pedang Angin Berbisik (TAMAT)
Home → Forum → Komentar Bacaan → Pedang Angin Berbisik (TAMAT) → Post-63789
#192 | ![]() |
Han1977
26 Januari 2012 jam 5:04pm
 
tiger4 menulis:Soal berapa nantinya isteri Ding Tao memang masih bisa diperdebatkan, setidaknya sampai saat ini (Bab XVI), masih terbuka beberapa kemungkinan. Apakah mau happy ending dgn bbrp orang isteri dan tidak ada satupun yang harus makan hati. Ataukah satu isteri saja dengan resiko ada yang disakiti (suatu permasalahan yang mungkin sengaja ditinggalkan untuk digali lebih lanjut di sekuel berikutnya hehehehe ![]() Tapi mungkin perlu sedikit dibuka di sini, bahwa bukan tanpa alasan jika banyak cersil yang menonjolkan norma2 kesetiaan dalam hubungan suami isteri sampai seperti kata bro Tiger4, banyak wanita dikecewakan bahkan sampai jadi Nikouw. betapa kontradiktif ketika dibandingkan dengan tokoh penjahat yang mengumbar kelamin seenaknya. Karena kenyataannya meskipun poligami tidak dipandang sebagai sesuatu yang memalukan, namun pada dasarnya pernikahan karena cinta dan monogami adalah sesuatu yang dipandang baik dalam budaya Cina. Saya quote sedikit dari Wiki : Kutip:Ttg pandangan konfusianisme mengenai pernikahan: Kutip:Ttg polygamy: Kutip:Jadi sebenarnya cukup aman untuk diasumsikan bahwa meskipun poligami diterima, terutama ketika praktek itu dilakukan oleh golongan menengah ke atas. Pada umumnya, pernikahan oleh karena cinta dan monogami (kesetiaan pada pasangan) mendapatkan nilai lebih. Jadi tidak heran jika tokoh protagonis akan "dibebani" dengan nilai-nilai tersebut, sementara tokoh antagonis memiliki kebebasan yang tanpa batas. Sebagai bagian untuk membenturkan "yang baik" vs "yang jahat". Seperti dalam melukis, terkadang seorang pelukis memilih untuk menciptakan kontras yg sangat tinggi antara hitam dan putih, demi menciptakan efek yang dia inginkan. Dan dalam kisah PAB ini seperti yg saya katakan Ding Tao saya bebani dengan tanggung jawab untuk menjadi tokoh yg super baik (bukan super sakti). Jadi dalam menulis PAB, meskipun saya menginginkan happy ending, kemungkinan akan adanya ending yang menggantung terutama masalah jodoh Ding Tao, sangatlah dimungkinkan. Apalagi ending yang menggantung, menjanjikan satu greget untuk sekuel berikutnya Lagipula saya pikir, tidak selamanya keinginan pembaca harus dipenuhi. Karena terkadang penulis harus memanfaatkan keinginan pembaca itu dengan sebaik-baiknya. Yaitu dengan cara menggantungkan keinginan pembaca selama mungkin, wkwkwkwkwkwk. Seperti gambar karikatur, seorang kusir yang menggantungkan makanan di depan kudanya, supaya kudanya terus berlari mengejar makanan yang tidak juga dia dapatkan. hihihihi Salah satu contoh yang baik soal ini menurut saya adalah serial Superman yg sempat tayang di TV dulu jaman saya SMA (kayae), Clark Kent sdh jadi wartawan dan naksir Lois Lane. Hubungan antara keduanya yang saling suka tapi ga jadi2 juga, merupakan salah satu bumbu yang bikin greget serial ini. Kenapa? Karena penonton ingin melihat Clark Kent dan Lois Lane jadi pasangan. Selama mereka belum jadi pasangan, keinginan ini masih ada, dan menjadi salah satu penyebab mereka menonton serial ini. Chemistry di antara keduanya ini yg dieksploitasi dan membuat penonton betah menunggu dari satu episode ke episode berikutnya. Begitu mereka bener2 jadi pasangan, justru serial itu kehilangan gregetnya dan tidak lama kemudian the end. Kenapa? Karena yg bikin greget sudah ga ada. Seperti sedang bermain cinta, meskipun yang dikejar adalah sensasi saat orgasme, tapi karena begitu puncaknya dicapai, sesaat kemudian lewat sudah kesenangannya. Maka ada semacam tawar menawar, semacam ketegangan, semacam konflik antara ingin memperlama tercapainya orgasme vs pencapaian itu sendiri. Di sinilah penulis dihadapkan pada pilihan : Happy ending? Atau ending yang menyisakan ketegangan? Kalau pakai analogi bercinta, anda pilih yang mana yg quicky atau yg slow dengan klimaks dibangun perlahan-lahan sampai serasa anda mau meledak menahan keinginan? |