Post-63789

Post 192 dari 610 dalam Pedang Angin Berbisik (TAMAT)

HomeForumKomentar BacaanPedang Angin Berbisik (TAMAT)Post-63789

#192 avatar
Han1977 26 Januari 2012 jam 5:04pm  

tiger4 menulis:
Banyak cerita silat yg jagoannya selalu terikat sama adat istiadat ,atau norma2 kesetiaan .sehingga diakhir ceritanya banyak wanita yg dikecewakan...
... dalam hal tokoh penjahatnya ( Tiong Fa) dgn mudahnya pengarang mengorbankan 3 gadis desa baik2 utk diperkosa tanpa tanggung jawab sama sekali :( :(( . Biarpun hanya cerita ,tapi rasanya gak rela deh ! he.he.he
Soal berapa nantinya isteri Ding Tao memang masih bisa diperdebatkan, setidaknya sampai saat ini (Bab XVI), masih terbuka beberapa kemungkinan. Apakah mau happy ending dgn bbrp orang isteri dan tidak ada satupun yang harus makan hati. Ataukah satu isteri saja dengan resiko ada yang disakiti (suatu permasalahan yang mungkin sengaja ditinggalkan untuk digali lebih lanjut di sekuel berikutnya hehehehe :p ).

Tapi mungkin perlu sedikit dibuka di sini, bahwa bukan tanpa alasan jika banyak cersil yang menonjolkan norma2 kesetiaan dalam hubungan suami isteri sampai seperti kata bro Tiger4, banyak wanita dikecewakan bahkan sampai jadi Nikouw. betapa kontradiktif ketika dibandingkan dengan tokoh penjahat yang mengumbar kelamin seenaknya. Karena kenyataannya meskipun poligami tidak dipandang sebagai sesuatu yang memalukan, namun pada dasarnya pernikahan karena cinta dan monogami adalah sesuatu yang dipandang baik dalam budaya Cina.

Saya quote sedikit dari Wiki :

Kutip:
Traditional Chinese marriage (Chinese: 婚姻; pinyin: hūn yīn) is a ceremonial ritual within Chinese societies that involve a marriage established by pre-arrangement between families. Within Chinese culture, romantic love was allowed, and monogamy was the norm for most ordinary citizens.
Ttg pandangan konfusianisme mengenai pernikahan:
Kutip:
From the point of view of Confucian philosophy, one of the purposes of marriage is the cultivation of virtue. The Chinese have seen that marriage (Chinese: 婚姻; pinyin: hūn yīn) should be founded on love since the concept of monogamy rooted in their mindset. Ideographically, ‘’hūn’’ (婚) is identical to ‘’hūn’’ (昏, literally means an evening; a dusk) in ancient writings, though the former has the radical (Chinese character) ‘’nǔ’’ (女, literally means a female). Similarly, ‘’yīn’’ (姻) is the same as ‘’yīn’’ (因). According to Zhang Yi’s (張揖) (Chinese: 廣雅•釋詁; pinyin: Guangya Shigu), a dictionary for ancient Chinese characters, ‘’yīn’’ (因) means friendliness, love and harmony, indicating that correct way of living for a married couple.
Ttg polygamy:
Kutip:
This section discusses the social and legal aspects of polygamy, mostly polygyny (one man, multiple women), in traditional Chinese society. The traditional culture does not prohibit or explicitly encourage polygyny (except as a way to obtain male children).

The scope of practice is limited by the number of available women, as well as the financial resource of the man, since he has to be able to support the women. Therefore polygyny is mostly limited to parts of the upper to middle class; while among the rest of the population monogamy can be regarded as the norm. Historical written records are probably skewed with regard to the actual prevalence of polygamy, since the elite can be safely assumed to be overrepresented in them.

Jadi sebenarnya cukup aman untuk diasumsikan bahwa meskipun poligami diterima, terutama ketika praktek itu dilakukan oleh golongan menengah ke atas. Pada umumnya, pernikahan oleh karena cinta dan monogami (kesetiaan pada pasangan) mendapatkan nilai lebih.

Jadi tidak heran jika tokoh protagonis akan "dibebani" dengan nilai-nilai tersebut, sementara tokoh antagonis memiliki kebebasan yang tanpa batas. Sebagai bagian untuk membenturkan "yang baik" vs "yang jahat". Seperti dalam melukis, terkadang seorang pelukis memilih untuk menciptakan kontras yg sangat tinggi antara hitam dan putih, demi menciptakan efek yang dia inginkan.

Dan dalam kisah PAB ini seperti yg saya katakan Ding Tao saya bebani dengan tanggung jawab untuk menjadi tokoh yg super baik (bukan super sakti). Jadi dalam menulis PAB, meskipun saya menginginkan happy ending, kemungkinan akan adanya ending yang menggantung terutama masalah jodoh Ding Tao, sangatlah dimungkinkan. Apalagi ending yang menggantung, menjanjikan satu greget untuk sekuel berikutnya :p .

Lagipula saya pikir, tidak selamanya keinginan pembaca harus dipenuhi. Karena terkadang penulis harus memanfaatkan keinginan pembaca itu dengan sebaik-baiknya. Yaitu dengan cara menggantungkan keinginan pembaca selama mungkin, wkwkwkwkwkwk. Seperti gambar karikatur, seorang kusir yang menggantungkan makanan di depan kudanya, supaya kudanya terus berlari mengejar makanan yang tidak juga dia dapatkan. hihihihi :))

Salah satu contoh yang baik soal ini menurut saya adalah serial Superman yg sempat tayang di TV dulu jaman saya SMA (kayae), Clark Kent sdh jadi wartawan dan naksir Lois Lane. Hubungan antara keduanya yang saling suka tapi ga jadi2 juga, merupakan salah satu bumbu yang bikin greget serial ini. Kenapa? Karena penonton ingin melihat Clark Kent dan Lois Lane jadi pasangan. Selama mereka belum jadi pasangan, keinginan ini masih ada, dan menjadi salah satu penyebab mereka menonton serial ini. Chemistry di antara keduanya ini yg dieksploitasi dan membuat penonton betah menunggu dari satu episode ke episode berikutnya.

Begitu mereka bener2 jadi pasangan, justru serial itu kehilangan gregetnya dan tidak lama kemudian the end. Kenapa? Karena yg bikin greget sudah ga ada.

Seperti sedang bermain cinta, meskipun yang dikejar adalah sensasi saat orgasme, tapi karena begitu puncaknya dicapai, sesaat kemudian lewat sudah kesenangannya. Maka ada semacam tawar menawar, semacam ketegangan, semacam konflik antara ingin memperlama tercapainya orgasme vs pencapaian itu sendiri. Di sinilah penulis dihadapkan pada pilihan : Happy ending? Atau ending yang menyisakan ketegangan?

Kalau pakai analogi bercinta, anda pilih yang mana yg quicky atau yg slow dengan klimaks dibangun perlahan-lahan sampai serasa anda mau meledak menahan keinginan? :))