Post 179 dari 373 dalam Warisan Naga Branjangan
Home → Forum → Komentar Bacaan → Warisan Naga Branjangan → Post-66632
#179 | ![]() |
onomarp
19 Juli 2012 jam 8:32pm
 
Untuk memudahkan pemahaman pembacaan WARISAN NAGA BRANJANGAN, mungkin sebuah prolog yang menjadi setting kisah ini akan membantu apa yang disajikan. Dan penulis mohon maaf bahwa prolog itu baru disampaikan kemudian. Kisah ini terjadi di tlatah tanah Jawa yang pada masa itu berdiri kerajaan Medang (Mataram Kuno). Selama ini kerajaan Medang dianggap diperintah oleh dua wangsa yaitu Wangsa Sailendra yang beragama Buddha dan Wangsa Sanjaya yang beragama Hindu Siwa (pendapat ini diperkenalkan oleh Bosch, sejarawan Belanda). Pada awal era Medang atau Mataram Kuno, wangsa Sailendra cukup dominan di Jawa Tengah. Namun, pada akhirnya wangsa Sanjaya berhasil tampil sebagai penguasan. Hal diketahui sebagaimana tertulis dalam prasasti Canggal (732 Masehi). Prasasti itu mengukuhkan Sanjaya sebagai penguasa Pulau Jawa. Dalam perjalanannya, kerajaan Medang mengalami guncangan akibat persaingan antara dua wangsa itu. Kerajaan Sriwijaya yang kelak dikenal sebagai kerajaan pemersatu nusantara yang pertama adalah salah satu buah dari guncangan kedua wangsa itu. Kerajaan Sriwijaya lahir dari salah satu keturunan trah syailendra (yakni Balaputradewa) yang harus menyingkir ke Swarnadwipa (Sumatera), karena kalah bersaing dengan Rakai Pikatan (wangsa Sanjaya). Persaingan memperebutkan kekuasaan dalam kerajaan Medang terus berlangsung dan agaknya bukan hal tabu yang harus tertutup rapat. Sebaliknya persaingan itu menguak terbuka. Ini dapat ditunjukkan pada masa pemerintahan Rakai Kayuwangi putra Rakai Pikatan (sekitar 856-880an), di mana terdapat beberapa prasasti menyebutkan nama-nama raja lain, Seperti Maharaja Rakai Gurunwangi dan Maharaja Rakai Limus Dyah Dewendra. Hal ini menunjukkan kalau pada saat itu Rakai Kayuwangi bukanlah satu-satunya Maharaja di Pulau Jawa (Medang). Kisah WARISAN NAGA BRANJANGAN mengambil setting pada masa-masa akhir dari kerajaan Medang, di mana persaingan antar kedua wangsa terus berlangsung. Kisah ini merupakan suatu fiksi yang dibangun berdasarkan informasi yang ada seputar kerajaan Medang di masa akhir. Tokoh utamanya adalah seorang pemuda bernama Arga Tiwikrama. Yang tidak diketahui siapa ayah ibunya, hanya dikatakan tinggal sejak kecil bersama Pamannya yang menjadi ketua sebuah perguruan bernama Merak Mas dan sekaligus kerabat dari Sri Maharaja Rakai Gurunwangi. Pemuda itu beruntung mendapatkan warisan dari seorang tokoh masa silam bernama Naga Branjangan, dan dengan bekal warisan itu ia terjun ke dunia hijau untuk membuka pengertiannya mengenai dunia luar sekaligus menelusuri jejak asal usulnya. Cerita WARISAN NAGA BRANJANGAN bertutur mengenai perjalanan pemuda itu. Bagaimana itu akan berkesudahan: Whatever will be, will be. Selamat menikmati. |