Post-6742

Post 184 dari 357 dalam IndoSpcnet Wuxia Round Robin.

HomeForumBooksIndoSpcnet Wuxia Round Robin.Post-6742

#184 avatar
andrea7974 14 Mei 2004 jam 5:34pm  

andrea7974 menulis:
Jonjon benar-benar seakan-akan kehilangan ingatannya saat itu. Ia benar-benar mengira dirinya adanya di kahyangan.

"Nona Dewi yang cantik...." kata Jonjon. Ia belum sempat melanjutkan kata-katanya karena ia terlanjur pingsan.

Jonjon baru siuman keesokan harinya. Saat ia terbangun, ia mendapati seorang wanita cantik sedang mengompres dahinya dan memandang ke arahnya dengan wajah yang penuh perhatian.

"Nona...apakah aku...apakah ini hanya mimpi? Ataukah aku sudah berada di kahyangan?" tanya Jonjon terpana memandang wanita itu.

Wanita itu tertawa kecil. "Tuan muda, kau lutju sekali! Mana mungkin kau berada di kahyangan kalau kau sedang terluka dan dirawat di sini!"

"Dimanakah aku?" tanya Jonjon.

"Saat ini kau aman berada di Wisma Bambu Hijau di Chiang Nan. Tak seorang pun akan mengganggumu! Kau tak perlu takut!" kata wanita itu.

"Siapakah namamu, Nona yang baik?" tanya Jonjon.

"Aku Pris," kata wanita itu seperlunya.

"Nona...biarkan aku pergi. Aku tidak mau membuatmu tertimpa kesulitan!" kata Jonjon.

"Sudahlah, tak perlu seperti itu. Aku tahu kau pasti yang telah menghadang dan mencoba merampok Pejabat Li bukan?" kata Pris.

"Nona..kau!" Jonjon tidak bisa melanjutkan kata-katanya. Ia tidak tahu bagaimana Pris tahu tentang hal itu. Tapi sepertinya Pris tidak bermaksud jahat kepadanya.

"Aku tahu kalau kau sering merampok pejabat kaya dan membagikan uangnya untuk rakyat miskin. Aku ..cukup setuju dengan tindakanmu. Terlalu banyak pejabat korup di negara ini. Tapi Pejabat Li adalah orang yang bijak. Sejujurnya aku bersyukur kau tidak berhasil merampoknya. tapi aku juga menyesal melihat kau terluka parah seperti ini!" Pris berkata dengan lembuat sambil mengganti perban Jonjon.

"Jadi kau tahu siapa aku?" tanya Jonjon.

"Aku tahu. tak perlu dibahas," kata Pris pelan.

Sejak hari itu mereka berdua tak pernah saling menanyakan asal usul atau nama lagi. Mereka berdua masing-masing memiliki rahasia dan urusan pribadi. Dan mereka tidak berniat untuk saling mengetahui urusan mereka masing-masing. Mereka hanya tertarik pada urusan mereka berdua. Luka Jonjon sangat parah, sehingga hampir sebulan ia dirawat di Wisma Bambu Hijau kediaman Pris di Chiang Nan.

--

Malam itu malam bulan purnama di musim gugur. (Full Moon Festival). Jonjon yang mulai membaik kondisinya memberanikan diri untuk keluar dari kamar tidurnya. Terdengar suara riuh rendah dari paviliun rumah sebelah barat. Dengan mengendap-endap ia mengintip ke paviliun itu.

Ternyata sebuah pesta besar sedang diadakan di ruang itu. Banyak pejabat muncul di ruang pesta itu. Jonjon mulai menduga-duga tempat apakah sebenarnya Wisma Bambu Hijau itu. Terlalu banyak wanita di rumah itu...bahkan ia hampir tidak pernah bertemu dengan pria lain selain para pembantu. Sementara di rumah itu banyak sekali terdapat perempuan yang mengaku sebagai saudara Pris, sepupu Pris, dll.

Bunyi tetabuhan sangat keras di ruangan itu. Semua orang berpesta, mabuk dan bersenang-senang. "Mungkinkah Wisma Bambu Hijau adalah rumah pelesiran?" pikir Jonjon.

Belum selesai keheranannya, tiba-tiba sebuah tangan yang halus menyentuh pundak Jonjon. "Jonjon Koko...kenapa kau tidak masuk dan ikut berpesta?" tanya Pris.

"Pris..aku...aku.. Aku tidak berniat untuk..." kata Jonjon tergagap dan merasa malu.

"Masuklah! Dan ikut berpesta!" kata Pris. "Aku harus bersiap-siap. Masuklah sendiri..nanti aku akan menyusul!"

Jonjon memasuki ruangan itu. Beberapa wanita menyambutnya dan mempersilahkan ia duduk dan menikmati hidangan.

Tak lama setelah ia duduk, terdengar bunyi tetabuhan yang riuh rendah. Semua hadirin yang ada di tempat itu bertepuk tangan.
Sementara itu tirai terbuka dan muncullah 8 orang penari wanita yang luar biasa cantik yang membawa kipas. Mereka memasuki ruangan dan mulai menari dengan lemah gemulai.

Di tengah-tengahnya terdapat seorang wanita yang memakai cadar putih. Ia menari bagaikan seorang dewi yang baru turun dari kahyangan. Para tamu di tempat itu terpana memandang ke arah para penari itu.

Sampailah tiba di suatu klimaks, dimana penari wanita yang mengenakan cadar itu membuka cadarnya. Hati Jonjon berdebar sangat keras melihat wajah wanita itu. "Pris...." gumam Jonjon saking kesengsem sampai ia tidak bisa berkata-kata lagi.

--- to be continued ---