Post-7037

Post 212 dari 357 dalam IndoSpcnet Wuxia Round Robin.

HomeForumBooksIndoSpcnet Wuxia Round Robin.Post-7037

#212 avatar
hey_sephia 24 Mei 2004 jam 10:18pm  

Belum sempat satupun dari mereka menjawab, tiba-tiba mereka dikagetkan oleh suara yang tak asing lagi di telinga Azalae.

"Sifu...!!!"
Mendengar suara murid semata wayangnya ini, bulu roma Azalae langsung berdiri. Dia tak berani menoleh ke arah datangnya suara.
Cathy langsung menubruk gurunya dari belakang :glomp: "Sifu.. aku sudah lama mencari-carimu!" katanya seraya mendekap punggung Azalae.
Wajah Azalae memerah seperti udang rebus karena malu.
"Bukannya kamu yang melarikan diri dari istana?" hardik Azalae, siap-siap memarahi murid nakalnya. Kalau saja dia tidak menangkap isyarat dari Sephia untuk tidak marah-marah, sudah dibentaknya gadis yang masih mendompel di punggungnya ini.

Pelan-pelan Cathy melepaskan tangannya dari punggung Azalae.
"Guru marah?" tanyanya hati-hati.

Azalae masih membelakangi Cathy, tak bergeming dan tak berkata sepatah kata pun.

Cathy lalu menarik-narik lengan baju Azalae. :poke: "Sifu... aku bawakan mantao kesukaanmu." Cathy menyodorkan sebuah mantao ke arah hidung Azalae. Azalae melirik mantao yang terlihat masih hangat itu. Hidangan di depan mata tak mungkin dilewatkannya begitu saja. Diraihnya mantao itu tanpa rasa malu, lalu ia membalikkan badannya, berhadapan dengan Cathy. "Baiklah. Kuanggap kau sudah mengerti kesalahanmu. Lain kali jangan berbuat seenaknya sendiri." katanya kemudian.

"Terima kasih atas pengertiannya, Sifu." Cathy tersenyum senang. Diliriknya RDAK yang sedari tadi menatap mereka berdua dengan wajah cemburu. Senyum Cathy semakin lebar melihatnya. Senyum kemenangan.

"Oh ya Sifu," lanjutnya, masih ingin melebarkan sayap kemenangannya. "Lihat siapa yang kubawa." Cathy lalu bersiul keras, bersamaan dengan itu dua kepala muncul dari semak-semak. Cathy lalu membawa sepupunya ke hadapan Azalae. "Sudah kubilang aku akan menemukan putri Eeyore, aku tidak akan kembali dengan tangan kosong, kan?" katanya bangga.

Hal ini tentu saja mengejutkan semua yang ada di situ. "Dari mana kamu dapatkan dia?" tanya Azalae heran.
"Ceritanya panjang. Nanti saja aku ceritakan. Bagaimana, aku murid yang baik, bukan?" tanya Cathy menepuk dadanya.
Azalae mengangguk.

"Tentu saja," sahut Jendral Rabadi. "Pesilat semasyur Azalae, sastrawan tangan cepat, muridnya pasti hebat!" Cathy tersipu-sipu mendengar pujian jenderal Rabadi. "Jendral terlalu memuji", katanya kemudian.

"Ini Dewi saudara angkatmu, bukan?" tanya Azalae.

Cathy mengangguk. "Benar, guru. Dia yang membantuku menemukan putri Eeyore."

"Kalau begitu bagus, lah." ujar Azalae kemudian. "Aku butuh bantuan Dewi untuk menawarkan racun 'jimat emas pembetot tenaga' yang melemahkan semua pasukan kita ini."

Cathy melirik saudara angkatnya. Dia tahu persis Dewi ini jarang mau menolong orang yang tak dikenalnya. Cathy langsung memasang wajah memelasnya, mengharap Dewi mau membantu gurunya. Dewi terpaksa menyetujuinya walaupun enggan, mengetahui kakak angkatnya ini sangat menggandrungi gurunya. "Baik, aku akan berusaha sebisaku. Tapi untuk ini aku harus meramu obat. Aku membutuhkan Jamur Pa It yang tumbuhnya cuma di puncak Gunung Go Bi."

"Tenang saja. Aku pasti akan mendapatkannya." ujar Sephia.

"Aku akan membantumu" Bluenectar menepuk pundak adiknya.
"Aku juga." kata Azalae mengacungkan telunjuknya.
"Aku ikut!" kata Cathy dan RDAK hampir bersamaan.

"Berapa banyak jamur yang dibutuhkan?" tanya Sephia bingung. "Kita tidak butuh orang sebanyak itu untuk mengambil jamur, kan?"

"Dua biji kalau dicabut seakarnya cukup buat meramu obat untuk ribuan orang." Dewi menjelaskan. Tapi jamur Pa It ini cukup langka dan sulit untuk menemukannya, jadi mungkin semakin banyak yang mencari, semakin baik."

"Ya sudah kalau begitu. Aku yakin Dewi harus menyiapkan ramuan obatnya walaupun harus menunggu jamur itu. Cathy, kamu ikut Dewi dan tiga komandan mencari tempat peristirahatan bersama prajurit-prajurit yang terluka." saran Azalae.

"Tidak mau!" Cathy menggeleng keras. Baru saja dia bertemu dengan gurunya, sudah harus berpisah lagi. "Aku ikut guru. Aku berjanji tidak akan menyusahkan. Aku kan sudah membuktikan tadi bahwa aku bisa diandalkan."

"Aku bisa melakukannya sendiri." ujar Dewi mengerti kesulitan kakak angkatnya. "Biarkan Cathy ikut kalian."

"Terserah kamu kalau begitu." Azalae mengangkat bahu.

Cathy girang. "Terima kasih, sifu!"

"Sebaiknya kita tidak buang-buang waktu lagi. Benteng Ku At letaknya tidak jauh dari sini. Nampaknya cocok untuk dijadikan tempat peristirahatan. Kami akan menunggu kalian di sana." saran Jendral Rabadi.

-----------------------------