Post-70662

Post 42 dari 140 dalam NAGA BHUMI MATARAM II: NAGA EMPAT BIDADARI

HomeForumKomentar BacaanNAGA BHUMI MATARAM II: NAGA EMPAT BIDADARIPost-70662

#42 avatar
onomarp 5 November 2013 jam 9:00pm  

Dear Brawijaya2007

Benar! Pangeran Abhinaya atau Abhipraya pernah bertempur dengan Arga... dua kali. Pertama, di tempat ketika Arga membuktikan kekuatan Curirana. Di sana Arga mendapat keberuntungan bahwa tenaga dalamnya mendapatkan kelengkapan Aryasatya Samudra (Samudera Kemuliaan) puncak tertinggi dari Carmi Samudra (Samudera Kaca), satu dari empat mustika. Kedua, di bukit di mana Arga berlaga dengan Mpu Geni Jaya, kembali Arga bertarung dengan Pangeran Abhinaya atau Abhipraya. Karena tidak mungkin menaklukan Arga melalui Aryasatya Samudra (Samudera Kemuliaan) atau Carmi Samudra (Samudera Kaca), Pangeran Abhinaya atau Abhipraya melepaskan apa yang disembunyikannya Manila Widyutmala Tebah (Pukulan Mata Petir Intan Biru)... petir dan intan menjadi kata kunci, karena keduanya mengakar pada kata yang sama "vajra" yang sangat berkaitan dengan akar kata aliran "Vajrayana"...

Nah, sebenarnya sangat menarik mendalami tokoh Pangeran Abhinaya atau Abhipraya, selain dua sisi pribadinya, juga latarbelakangnya! Tokoh Pangeran Abhinaya atau Abhipraya mengakar pada Wangsa Syilendra... saudara dari Abhirama (Samaratunggadewa)... dan lama menetap di Suarnadwipa sebelum kembali ke Yawadwipa. Trah Syilendra merupakan pemeluk Buddisme, namun saya yakin tidak kedap memadu dengan Hinduisme... Pada tokoh Pangeran Abhinaya atau Abhipraya, perpaduan itu pun ingin ditampilkan... ia mengenal betul Hinduisme sebagaimana mengemuka lewa tAryasatya Samudra (Samudera Kemuliaan) atau Carmi Samudra (Samudera Kaca... di sisi lain, ia juga seorang Buddhisme dengan Manila Widyutmala Tebah (Pukulan Mata Petir Intan Biru) miliknya...

Yang perlu diperkenalkan di sini bahwa Tantrayana atau Vajrayana yang mengemuka dalam Buddisme memiliki dua cabang atau sekte... sekte kanan dan sekte kiri.

Tantrayana “jalan kanan” (menghindari praktik ekstrem, mencari-cari pengertian yang mendalam dan pembebasan melalui asketisme) harus dibedakan dari Tantrayana “jalan kiri” (black magic dan ilmu sihir). Tantrayana “jalan kanan”, bhakti atau penyerahan diri memegang peranan sangat penting; dan lebih daripada itu, bhakti cenderung menolak dunia material. Sedangkan Tantrayana “jalan kiri” mempunyai kecenderungan sangat berbeda. Ia berusaha keras menguasai aspek-aspek kehidupan yang mengganggu dan mengerikan, seperti kematian dan penyakit. Untuk mengatasi hal tersebut, eksistensi kekuatan keraksasaan (demonic) “jalan kiri” membuat kontak langsung di hal-hal yang mengerikan, seperti racun, tenung, pemujaan dan sebagainya. Manila Widyutmala Tebah (Pukulan Mata Petir Intan Biru) memang masih mengakar pada Tantrayana atau Vajrayana, namun yang bergerak pada jalur kiri!

Sumpah Lima Siwa juga mengakar pada Tantrayana atau Vajrayana, tentu memiliki sifat dan ciri yang serupa dengan Manila Widyutmala Tebah (Pukulan Mata Petir Intan Biru), sekalipun Sumpah Lima Siwa bergerak pada Tantrayana atau Vajrayana di jalur kanan!

Thx