Post 225 dari 357 dalam IndoSpcnet Wuxia Round Robin.
Home → Forum → Books → IndoSpcnet Wuxia Round Robin. → Post-7145
#225 | ![]() |
yinyeksin
27 Mei 2004 jam 5:34pm
 
Sementara itu di benak Fanta masih terbayang wajah RDAK, tunangan Azalae. “Tidak..tidak mungkin dia Fei Fei…Dia masih begitu muda, tidak mungkin! Tapi…mengapa wajah mereka sangat mirip??? Tidak! Bukan…dia bukan Fei Fei…Fei Fei sudah meninggal, “ gumam Fanta pada dirinya sendiri. ‘Ah, bukankah kau tidak menemukan jasad Fei Fei? Bagaimana kalau dia Fei Fei???’ ejek hati kecilnya. “Tidak, tidak!!! Dia bukan Fei Fei…kalau dia Fei Fei tentu dia akan kembali padaku bukan??? Mengapa dia malah bertunangan dengan Azalae, lagipula umurnya masih sangat muda, dia bukan Fei Fei,” bisik Fanta sambil meremas-remas rambutnya dengan putus asa. RDAK yang diperdebatkan oleh Fanta sendiri sedang berkelana bersama Azalae. Putri Eeyore sibuk membantu Dewi di perkemahan untuk meramu obat-obatan. Tiba-tiba seekor merpati menghampiri meja Dewi yang dipenuhi segala macam ramuan. Dewi segera meraih merpati tersebut dan mengambil surat yang terikat di kaki merpati tersebut. ‘Kita harus bertemu malam ini, di hutan sebelah timur’ Segera diremasnya kertas itu hancur jadi debu dan tak berbekas. Putir Eeyore tidak melihat kejadian tersebut. Malam itu langit sangat cerah, bintang-bintang bertebaran. Bulan purnama sudah lewat tetapi masih terlihat sinar bulan yang terang. Terlihat sesosok tubuh yang berjalan cepat menyelinap keluar dari perkemahan. Tiba-tiba sosok itu berhenti sejenak untuk memastikan keadaan aman, kemudian melanjutkan perjalanan. Setibanya di tempat pertemuan, telah menunggu seorang wanita yang anggun, di samping wanita tersebut berdiri seseorang yang berpakaian serba hijau. “Air gunung turun mengalir ke sungai…,” tiba-tiba seseorang yang berpakaian hijau tersebut bersuara. “Dan angin semilir menyejukkan jiwa,” balas Dewi sambil mendekati mereka. Bait puisi tersebut ternyata adalah kode mereka untuk bertemu yang selalu berubah-ubah untuk setiap pertemuan. “Fatbrain, ada apa kau memanggilku malam ini?” tanya Dewi sambil melirik cepat ke arah wanita yang berdiri di samping Fatbrain. “Bukan dia yang memanggilmu, tapi aku,” sahut wanita tersebut tiba-tiba. “Fei fei…,” panggil Dewi sambil menoleh ke arah Fei Fei. “Jangan panggil aku Fei Fei…Fei Fei telah mati. Aku sekarang adalah Siryu, bukan Fei Fei,” teriak wanita itu tiba-tiba. “Sudah cukup belum?” potong Dewi tajam, “Aku ingin tau kenapa aku dipanggil ke sini? Fei Fei…” Belum selesai Dewi bicara Fei Fei sudah berteriak, “Sudah kubilang aku bukan Fei Fei…aku Siryu…Siryu!!!” “Baiklah Siryu, ada apa kau memanggilku?” tanya Dewi kalem. “Aku…aku…aku…ingin tau siapa yang dulu menyelamatkan aku dan Fanta?” tanya Siryu ragu. Dewi berpikir sejenak sebelum berkata, “Belum saatnya bagimu untuk mengetahuinya.” “Aku ingin tau…aku ingin tau supaya aku bisa berterima kasih pada orang tersebut karena ia telah membantuku membuka mata hatiku untuk melihat siapa Fanta sebenarnya...Fanta yang tega membunuh ayahku,” keluh Siryu sambil memandang ke langit. “Kenapa dia begitu tega? Menyiksa ayah bersama Sephia.” “Itu karena dia mencintaimu dan merasa kehilanganmu,” sahut Fatbrain. “Tapi itu tidak berarti membenarkan tindakannya!!! Pada malam dia menculik ayah, aku berharap dia datang mencariku ternyata dia malah menculik ayah…,” sahut Siryi, “Aku sangat maklum jika Sephia yang membunuh ayah, tapi Fanta??? Hanya karena kehilanganku dia berani menyiksa dan membunuh ayah....” “Jika kau meminta jawaban padaku, aku tidak mempunyai jawabannya,” kata Dewi dengan dingin. Suasana hening sejenak, Siryu terpaku pada pikirannya hanya Dewi dan Fatbrain saling menatap bingung. “Apakah kau ingin bertemu dengannya lagi Siryu?” kata Dewi tiba-tiba sambil menatap ke arah Siryu. “Tidak…aku tidak ingin bertemu dengannya…aku membencinya…aku malah bersyukur aku keguguran sehingga aku bisa makin membencinya…” “Bagaimana dengan Sephia?” tanya Dewi lagi. “Sephia…aku tidak bisa membencinya, aku memaklumi penderitaannya, karena perbuatan ayah terhadap keluarganya…aku juga tidak bisa menyalahkannya,” keluh Siryu. “Ng…aku ingin bertanya,” sahut Siryu pelan sambil menatap ke arah Dewi dan Fatbrain bergantian. “Apa yang ingin kau tanyakan?” sahut Fatbrain sambil duduk di atas batu. “Kenapa aku tidak boleh tinggal dengan RDAK, adikku?” “Kau sedang digembleng oleh Fatbrain, belum saatnya tinggal bersama denganmu. Saat ini kita tentu tidak ingin Fanta mengetahui bahwa kau masih hidup bukan?” sahut Dewi sambil mencabut sejenis rumput yang kemudian disimpannya di balik dalam kantong kecil yang dibawanya. “Tapi, sepertinya Fanta akan berpikir lagi karena sewaktu di Telaga Lima Arus dia terus menatap adikmu dan menggeleng-gelengkan kepalanya,” jawab Fatbrain yang memang mengamati pertemuan di Telaga Lima Arus. “Ah, Fanta tentu bingung karena adikku begitu mirip denganku. Aku sendiri tidak pernah cerita padanya kalau aku punya seorang adik,” Siryu menjawab pertanyaan tersirat Fatbrain. Siryu berjalan menjauh dari Dewi dan Fatbrain untuk menjernihkan pikirannya. “Kurasa sudah waktunya kau kembali menunjukkan dirimu di dunia persilatan,” sahut Dewi memecahkan keheningan. “Bagaimana dengan Siryu?” tanya Fatbrain. “Kurasa dia juga sudah siap, jangan lupa…saudara seperguruanmu, Azalae terus-terusan mencarimu ke mana-mana,” jawab Dewi sambil tersenyum. Fatbrain tercenung sejenak. “Apa kau masih merasa bersalah?” tanya Dewi tiba-tiba. Fatbrain tidak segera menjawab, dia berpikir sejenak, “Kurasa aku sudah bisa melepaskan itu…memang saat itu aku tidak dapat melindungi menteri Huang tapi aku rasa sekarang aku bisa melepaskan rasa bersalah itu karena aku telah menjaga Fei Fei dan RDAK dengan baik selama ini.” “Aku sudah menduganya…Apalagi bila kau lihat mereka berdua sekarang ini. Mereka sudah sangat kuat. Aku masih ingat ketika RDAK kau bawa ke tempat gurumu saat itu dia menangis sedih dan menjerit-jerit, sedangkan aku kesulitan menahan Fei Fei untuk melepaskan adiknya. Tapi kau sebenarnya tidak perlu melepaskan jabatanmu bukan?” Fatbrain hanya tersenyum dibalik cadarnya, “Mengapa kau waktu itu tidak membenci Fei Fei dan RDAK? Bukankah kau sangat membenci wanita?” “Aku tidak membenci mereka karena waktu itu kau datang memohon pertolonganku bukan?” balas Dewi sambil tersenyum, “Sebenarnya aku sudah tergoda untuk membuat suatu pertukaran denganmu untuk tidak membenci mereka." Fatbrain menatap Dewi dengan bingung, "Pertukaran apa?" Dewi tersenyum kecil sambil melanjutkan,"Aku ingin kau menunjukkan identitas aslimu, tapi aku sadar ini bukan sebuah pertukaran yang adil. Aku pasti bisa mengetahui identitasmu apakah kau ini pria atau wanita, aku pasti bisa mengetahuinya suatu waktu nanti. Sudah waktunya aku harus kembali ke perkemahan. Sebaiknya setelah Azalae dan yang lainnya telah kembali kau bawalah Siryu datang ke perkemahan, sudah waktunya kalian muncul. Kami memerlukan tenaga kalian untuk membawa putri Eeyore kembali ke istana.” “Baiklah…aku dan Siryu akan bergabung dengan kalian jika mereka telah kembali,” sahut Fatbrain “Siryu…sudah waktunya kita kembali!!!” Siryu menoleh ke arah panggilan Fatbrain dan menganggukkan kepala. Setelah Fatbrain menjelaskan kepada Siryu bahwa mereka akan segera bergabung dengan RDAK dan teman-teman di perkemahan, Siryu tiba-tiba tertawa gembira. Kemudian mereka pun memutuskan untuk segera berpisah dan melangkah ke arah berlawanan, tiba-tiba Siryu membalikkan badan sambil berteriak, “Dewi…tolong bilang pada adikku untuk menungguku di perkemahan!!!” Dewi tiba kembali di perkemahan. Para prajurit tidak ada yang menyadari bahwa Dewi sempat menghilang sejenak dari perkemahan. Bahkan putri Eeyore pun tidak menyadari, ia malah mengira Dewi asyik meracik ramuan. Ketika putri Eeyore masuk kembali ke tenda ditemani oleh General Rabadi, ia menemukan bahwa Dewi masih asyik meramu obat-obatan. ---------- |