Post 242 dari 357 dalam IndoSpcnet Wuxia Round Robin.
Home → Forum → Books → IndoSpcnet Wuxia Round Robin. → Post-7321
#242 | ![]() |
shiro
2 Juni 2004 jam 8:53pm
 
Petang sudah mulai menyapa dunia. Di salah satu rumah di desa itu, Cathy mengendap ngendap keluar dari kamar yang disediakan untuknya dan berlari ke arah salah satu pohon tertinggi yang tumbuh di pinggiran hutan yang menaungi desa itu. Dengan cepat, secara tak terduga, dia menggenjotkan kakinya dan melesat naik. Dalam sekejap mata, Cathy sudah duduk di salah satu dahan teratas yang tersembunyi. Senang dengan prestasinya, ia hampir saja bertepuk tangan kalau saja matanya tidak melihat di bawah sana RDAK sedang berembuk dengan si suling biru. "Hmm. Kasihan si fu. Masa calon istrinya ada main dengan laki laki lain seperti itu. Lebih baik aku nguping bentar. Awas saja kalo RDAK berani macem2," Cathy berpikir sambil mengerutkan dahi. Mengerahkan tenaga dalamnya, meskipun ada jarak sekitar 500 meter --udah diitung menurut hukum Pythagoras-- ia dapat menangkap suara RDAK dan si biru dengan cukup jelas. "Ayolah," kata bluenectar. "Jangan ragu ragu lagi." "Tapi... tapi... ah, tapi aku malu," RDAK menjawab sambil tersipu. "Kurang ajar!" Cathy ngedumel sambil mengacungkan tinjunya. Dia sudah siap meloncat turun dan menghajar dua orang tak tahu diri itu ketika teringat olehnya pesan gurunya. "Cathy," tiba-tiba suara Azzy seperti menggema tepat di depan kupingnya, berkata, "Awas kalo bandel bandel lagi yah. Mau ngapa-ngapain pokonya kudu pikir-pikir dulu. Jangan langsung loncat ke kesimpulan aja. Kalo bikin susah lagi, si fu mau pensiun aja deh. Pusinggg." Mengingat pesan pusaka gurunya, Cathy mengurungkan niatnya dan melanjutkan nguping lagi. "Apa kamu begitu teganya, RDAK? Tidakkan engkau menyaksikan sendiri betapa aku..." "Ahh," RDAK melenguh sedih. "Aku tahu, blue. Tapi pantaskah itu..." "Ga salah lagi," Cathy menggeram marah. "Beraninya mereka!! Si fu ku tidak pantas diperlakukan begitu sama dua orang ini!" Tapi pesan pusaka gurunya membatasi gerakannya. Cathy tau gurunya menganggap dia anak yang super iseng --meskipun sebenarnya tidak demikian. Apapun yang ia katakan pasti dianggap omong kosong belaka. Menghela napas panjang, Cathy mulai mencari cara untuk menghibur hati sastrawan bulat jika gurunya itu patah hati dikhianati tunangannya. Tiba-tiba ia teringat akan bungkusan pedang dan ilmu pedang yang dititipkan oleh jie jie nya seayah-lain-ibu itu. Bungkusan yang telah diberikan Eeyore kepadanya beberapa waktu silam. Senyum cerah segera mengembang menghiasi bibirnya saat ia mengeluarkan sebuah gulungan kecil tipis dari tempat rahasia di balik baju dalamnya. Gulungan itu berwarna kuning pudar. Kayu pegangannya terlihat sudah sangat tua dimakan waktu walaupun bahan kertasnya sendiri tampaknya terbuat dari suatu bahan yang kuat dan tidak mudah rapuh. "Si fu pasti senang sekali mendapatkan kitab ini. Sayang pedangnya tidak dibawa, disembunyikan di tempat rahasiaku di istana. Seandainya si fu mendapatkan kitab dan pedangnya, pasti dia akan menjadi jago nomor satu di dunia persilatan. Apalagi meskipun ilmunya hebat, kitab ini tidak sulit dipelajari dan dihapal. Hanya saja syair ini yg tidak habis kumengerti sampai sekarang. Puas dengan rencananya, Cathy memperagarakan satu dari jurus-jurus dalam buku yang telah ia pelajari sepenuhnya, dan iseng menyentil ujung gulungan itu. Gerakan yang simple dan tidak terlihat berbahaya, memang. Tapi akibatnya gulungan itu bergetar hebat sebelum perlahan luruh hancur menjadi debu di atas tangannya. Bukan main kaget hati Cathy. "Mati deh!! Gimana mau kasih kitab ini ke Si fu sekarang? Udah jadi bubuk gini." Tangan Cathy hampir mampir menepuk kepalanya sendiri ketika sebuah pikiran melintas di benaknya. "Eh, aku kan udah hapal itu kitab. Mending kayanya bilangin si fu secara lisan aja yah. Dengan begitu Si fu bisa nulis kitabnya sendiri, dan jadi lebih gampang mengingatnya. Lagipula Si fu kan bisa nulis pake symbol-symbol yang orang lain ga ngerti, jadi ga bisa dicuri si RDAK jahat itu. Aku yakin dia jadi tunangan Si fu benernya karena pengen nyuri ilmu aja. Lagian dengan begini, Si fu juga nggak bakal teringat dengan pantatnya yang dielus-elus dan digaruk-garuk sampe merah dan bengkak oleh beruang-beruang itu." Saking senengnya, Cathy tidak mendengar percakapan lebih lanjut dari kedua orang yang hadir di sana dan langsung loncat turun dari pohon untuk mencari gurunya. "Nggak pa pa, RDAK. Kamu merem aja pas olesin obat ini ke pantat Azzy. Lagipula dia kan tunangan kamu. Ga masalah deh pokonya. Yah, janji yah? Masa pendekar seperti aku disuruh ngoles-ngoles obat ke pantat cowo lain. Turun dong pasaran ntar kalo kedengeran orang-orang kang-ouw." --------------------- |