Home → Forum → Debates → THE DA VINCI CODE -- what do you think?
#1 |
andrea7974
13 Februari 2006 jam 11:42am
 
Ini bukan debate mengenai boleh tidaknya cerita The Da Vinci code dimuat di Indozone. Kalau yang itu jawabnya sudah jelas: TIDAK BOLEH KARENA MELANGGAR HAK CIPTA Ini debate tentang isi buku ini. tergoda utk membuka thread debate ini stlh heboh ttg upload buku ini di website ini. Sinopsis tentang buku ini...I'm too lazy to make a summary of it. Tapi saya asumsikan semua yg di sini pernah membacanya Atau ada orang yg mau membantu? Bagaimana pendapat kalian tentang buku ini? Pendapat saya sendiri kalau membaca buku ini adalah sama seperti kalau saya membaca buku silat karangan Jin Yong atau Liang Yu Sheng, yang memasukkan tokoh-tokoh sejarah, memasukkan potongan-potongan fakta sejarah ke dalam cerita FIKSI. Sehingga saya sbg org Kristen, tidak terlalu pusing dengan isi buku itu. Apalagi sampai mengguncangkan iman atau menuduh buku ini sebagai buku yang mendiskreditkan agama saya. Saya tidak peduli, dan tidak merasa terhina. Justru saya kagum pada Dan Brown karena ia adalah jenius yang bisa mencampurkan sejarah dan fiksi, seperti juga Jin Yong yang memakai karakter Zhu Yuan Zhang (Chu Goan Chiang) di dalam sekter Beng Kauw (Ming Clan) dan mengatakan kalau Zhu Yuan Zhang memakai kata MING untuk dinasti yang ia dirikan. Berikut di bawah ini adalah beberapa website dan kutipan2 yang akan memberikan pandangan sekilas ttg Opus Dei, dll yang dimuat di buku The Da Vinci Code. |
|
#2 |
andrea7974
13 Februari 2006 jam 11:56am
 
Berikut ini adalah salah satu yang membuat saya semakin yakin kalau The Da Vinci Code adalah semata-mata fiksi: Dikatakan kalau Langdon adalah pakar Symbologist di Harvard Univ. Faktanya tidak ada departmen Symbology di Harvard. Department ini cuma karangan Dan Brown semata. 2. Tentang Opus Dei. berikut ini adalah link lengkap ttg Opus Dei: http://www.opusdei.org/art.php?w=32&p=7017 3. Tentang The Priory of Sion: |
|
#3 |
Raja_Betawi
13 Februari 2006 jam 12:51pm
 
It is fiction. An interesting fiction by a great writer, but it is a fiction nevertheless. A good writer should research the topic of the story well. Then he should make the story BELIEVEABLE by bending a few truth etc. Viz. Memoir of a Geisha, it was written by a MAN, a WHITE man who cannot and will not be a geisha. However, when you read it, it shows a very in depth feeling of a woman's point of view. So much so that while you read it, you forgot that it is actually written by a MAN. Great writer that guy. Why do I get the feeling that we are discussing something that is unsolvable? its like the Mohammed cartoon published in Denmark. People feel insulted when other have different point of view than them. Be it christians, moslems, budhist, hindus, Cult of Doom, Darwinism, or Indozonism |
|
#4 |
Hattrick
13 Februari 2006 jam 1:02pm
 
yap.. setuju ama pendapat2 di atas... |
|
#5 |
yinyeksin
13 Februari 2006 jam 1:03pm
 
Raja_Betawi menulis:rabet bisa aja |
|
#6 |
eeyore
13 Februari 2006 jam 2:03pm
 
Raja_Betawi menulis: iya aku setuju sama rabet, itu all fiction, cm di blend sama facts jadi kliatan meyakin kan... entertainment lahhh... |
|
#7 |
andrea7974
13 Februari 2006 jam 3:03pm
 
kutipan dari: http://www.cesnur.org/2004/davinci_nyt.htm "Finally, though, the legitimacy of the Priory of Sion history rests on a cache of clippings and pseudonymous documents that even the authors of ''Holy Blood, Holy Grail'' suggest were planted in the Bibliotheque Nationale by a man named Pierre Plantard. As early as the 1970's, one of Plantard's confederates had admitted to helping him fabricate the materials, including genealogical tables portraying Plantard as a descendant of the Merovingians (and, presumably, of Jesus Christ) and a list of the Priory's past ''grand masters.'' This patently silly catalog of intellectual celebrities stars Botticelli, Isaac Newton, Jean Cocteau and, of course, Leonardo da Vinci -- and it's the same list Dan Brown trumpets, along with the alleged nine-century pedigree of the Priory, in the front matter for ''The Da Vinci Code,'' under the heading of ''Fact.'' Plantard, it eventually came out, was an inveterate rascal with a criminal record for fraud and affiliations with wartime anti-Semitic and right-wing groups. The actual Priory of Sion was a tiny, harmless group of like-minded friends formed in 1956. Plantard's hoax was debunked by a series of (as yet untranslated) French books and a 1996 BBC documentary, but curiously enough, this set of shocking revelations hasn't proved as popular as the fantasia of ''Holy Blood, Holy Grail,'' or, for that matter, as ''The Da Vinci Code.'' The only thing more powerful than a worldwide conspiracy, it seems, is our desire to believe in one. |
|
#8 |
inter
17 Februari 2006 jam 1:57pm
 
Ini Cerita memang bikin penasaran,sampai cari di google tentang Da Vinci dan karyanya.Bagaimana tentang The Last Supper ,Isis and Baby Horus ,maria magdalena ? |
|
#9 |
inter
17 Februari 2006 jam 2:00pm
 
Ini Cerita memang bikin penasaran,sampai cari di google tentang Da Vinci dan karyanya.Bagaimana tentang The Last Supper ,Isis and Baby Horus ,maria magdalena ? |
|
#10 |
eeyore
28 Februari 2006 jam 8:27am
 
So many ppl sueing the author, claiming he copied their books .. Da Vinci author in court AdvertisementAuthor Dan Brown has appeared in a London court at the start of a trial in which two historians say he copied their work to write The Da Vinci Code best-seller and are suing his British publisher. Brown's religious thriller has more than 36 million copies in print worldwide and has upset Catholics for suggesting Jesus married Mary Magdalene and had a child by her. The same theory is put forward in The Holy Blood, and the Holy Grail. Lawyers on both sides of the case have declined to comment on how the trial might affect sales of the hugely successful novel or the distribution of a major Hollywood adaptation which Sony Pictures plans to release in May. Jonathan James, representing Baigent and Leigh, told the High Court that "... Dan Brown copied from The Holy Blood and the Holy Grail and therefore the publication of the result by the defendant is in infringement of the copyright of my client in the United Kingdom." Random House, owned by German media conglomerate Bertelsmann, have dismissed the claim as "without merit", and succeeded last October in having a "substantial" part of the case made by the historians dropped. Commentators have pointed out that a major character in 41-year-old Brown's book, Sir Leigh Teabing, has a name that is an anagram of Leigh and Baigent. A third author of the 1982 book, Henry Lincoln, has decided to stay out of the action. Last August, Brown won a court ruling against another writer, Lewis Perdue, who claimed The Da Vinci Code copied elements of two of his novels, Daughter of God and The Da Vinci Legacy. Perdue had sought $203 million in damages and asked the court to block distribution of the book and the movie adaptation, which features Tom Hanks alongside French actress Audrey Tautou. Reuters source: Sydney Morning Herald |
|
#11 |
Azalae
28 Februari 2006 jam 7:50pm
 
emang teorinya udah lama sih. banyak teori alternatif. yang paling populer sih maria magnalena murid Yesus dan udah ditunjuk sebagai penerus. bukan Petrus/Peter. dan terjadi perebutan kekuasaan, and so on. isi buku banyak pake (minjam? nyontek?) teori dari banyak buku. dibilang niru bisa juga sih. soalnya emang mirip bener. brown cuma nambah langdon dkk doang. ini sih masalah hukum. kapan kita mendasari cerita atas sebuah teori ato ulasan orang lain, dan kapan kita nyontek. barusan rowling juga kena masalah gini kan. untungnya sebagian besar pake cerita mitologi yunani, gaelic, and celtic. udah ga ada pemegang copyrightnya. |
|
#12 |
Jojon
28 Februari 2006 jam 8:03pm
 
Nah pengarang da vinci code aja dibilang jiplak dituntut masalah hak cipta, gimana kalo yg jiplak da vinci code di site ini, bisa dituntut 2 pihak dong |
|
#13 |
andrea7974
29 Mei 2006 jam 5:34pm
 
btw, I got this email about Da Vinci Code. And I think it's quite interesting. ==== THE Da Vinci Code adalah salah satu novel terlaris dekade ini, sejak diterbitkan pada 2003, di seluruh dunia buku ini telah terjual lebih dari 40 juta copy! Bila jumlah tersebut didistribusikan di seluruh Indonesia, sama dengan setiap rumah tangga memiliki sebuah buku Tersebut. Buku ini tentu dapat berdampak pada pola pikir masyarakat. Dampak yang diharapkan secara jelas dituliskan pada sampul depan edisi bahasa Indonesianya, yaitu "memukau nalar, mengguncang iman!" Dampak yang dalam edisi bahasa Inggris tidak dicantumkan ini, dapat semakin besar dengan tayangan versi layar lebarnya, melalui film yang dibintangi Tom Hanks, Aktor Hollywood yang sangat terkenal, Dan diluncurkan serempak di seluruh dunia pada 19 Mei 2006 ini. Hujatan terhadap Iman Kristiani Buku ini memang diharapkan untuk mengguncang iman karena novel ini, edisi bahasa Indonesianya setebal 624 halaman, terang-terangan menghujat pokok-pokok iman Kristiani. Berikut adalah hujatan tersebut yang Merupakan pandangan is penulis: 1. Yesus bukanlah Tuhan, melainkan manusia biasa. Kaisar Konstantin dari kerajaan Romawilah 2. Kitab Perjanjian Baru yang digunakan oleh orang Kristen saat ini adalah himpunan dari 3. Yesus menikah dengan Maria Magdalena Dan memiliki seorang putri. Maria terpaksa harus Untuk mengemukakan hujatannya tersebut sang penulis dengan sangat licin Telah memadukan: 1. Cerita-cerita khayalan, fiksi 2. Fakta-fakta sejarah 3. Data yang tidak akurat Dan tafsiran yang melenceng terhadap beberapa fakta sejarah 4. Keyakinan teologisnya yang bersifat anti Kristen Karena keempat hal tersebut dijalin rapi di dalam sebuah tulisan yang rancak Dan dengan setting cerita thriller yang menarik, menegangkan serta penuh kejutan, maka dengan mudah orang terhanyut dalam alur cerita tanpa dapat membedakan fakta Dan fiksi. Akibatnya bagi yang tidak paham Sejarah gereja dengan mudah akan terperangkap kedalam jerat keyakinan teologis sang penulis. Bahkan, orang dapat terbawa kepada ajaran sang penulis yang merupakan ajaran kafir, seperti memandang hubungan seks bebas sebagai sarana untuk berhubungan dengan Tuhan. Ringkasan Plot Cerita Buku ini diawali dengan pembunuhan terhadap Jacques Sauniere, kurator Museum Louvre, di Paris, oleh Silas seorang biarawan berkulit albino, demi mendapat rahasia batu kunci Priory of Sion, karena di situ termuat informasi tentang letak Cawan Kudus (Holy Grail), yaitu cawan yang digunakan oleh Yesus dalam perjamuan kudus terakhir bersama para murid-Nya. Sebelum meninggal Jacques Sauniere sempat memberi petunjuk sandi yang mengakibatkan Robert Landon, ahli ilmu simbol dari Universitas Harvard, ikut terlibat dalam kasus ini. Robert Landon lalu bekerjasama dengan Sophie Neveu, ahli ilmu sandi pemerintah Prancis, yang juga cucu perempuan Jacques Sauniere. Dalam upaya ini, keduanya terus diburu oleh Kapten Bezu Fache, anggota reserse kriminal Prancis, Dan Silas. Kapten Bezu ingin mengungkap kasus pembunuhan, sedangkan Silas ditugasi pemimpin Opus Dei, sebuah organisasi rahasia Gereja Katolik, demi menyelamatkan Gereja Katolik. Di tengah cerita, Robert Landon Dan Sophie Neveu berjumpa Sir Leigh Teabing, ilmuwan yang mendalami rahasia Cawan Kudus. Teabing memaparkan berbagai "rahasia gereja", di antaranya: Yesus hanyalah manusia biasa yang menikah dengan Maria Magdalena. Sehingga demi kepentingan politiknya Kaisar Romawi Konstantin menetapkan Yesus sebagai Tuhan Melalui sebuah konsili (sidang gereja) di kota Nicea pada tahun 325. Dalam konsili tersebut diputuskan semua "kitab suci yang benar", yang menyatakan Yesus manusia biasa, dilarang Dan dibakar. Sedangkan para "pengikut Yesus yang asli", yaitu mereka yang tak mempercayai ketuhanan Yesus ditetapkan sebagai kaum bidat, Dan harus dimusnahkan. Lebih jauh Teabing menjelaskan Leonardo DA Vinci, yang adalah anggota serikat rahasia Priory of Sion, mengetahui rahasia pernikahan Yesus dengan Maria Magdalena, sehingga tugas serikat ini menjaga rahasia itu. Namun Leonardo DA Vinci membocorkannya melalui lukisannya yang sangat terkenal, The Last Supper (Perjamuan Malam yang Terakhir) yang melukiskan suasana perjamuan Paskah sebelum Yesus ditangkap. Lukisan tersebut menyembunyikan beberapa kode yang menunjukkan Maria Magdalena adalah istri Yesus. Kode-kode tersebut diantaranya: tidak adanya gambar Cawan Suci pada lukisan tersebut. Orang yang duduk di sebelah kanan Yesus, sesungguhnya adalah gambar Maria Magdalena, bukan rasul Yohanes. Posisi tubuh Yesus dengan Maria Magdalena di dalam lukisan tersebut membentuk huruf V, supaya orang yang mencari-cari gambar Cawan Suci akan menangkap kode huruf V ini, mendapati sesungguhnya Maria Magdalenalah Sang Cawan Suci yang mereka cari. Huruf V merupakan simbol dari cawan yang juga simbol seorang perempuan, Dan Leonardo memakai Cawan Suci sebagai kode untuk memberitahukan Yesus menikah dengan orang yang duduk di sebelah kanan-Nya, yaitu Maria Magdalena. Lukisan itu juga ingin memberitahukan betapa bencinya rasul Petrus kepada Maria Magdalena, sebab Maria telah dipercaya Yesus untuk Memimpin gereja. Di situ dilukiskan wajah Petrus penuh amarah dengan jari telunjuknya diarahkan ke leher Maria Magdalena. Teabing juga menjelaskan Gereja Katolik telah berkonspirasi menutupi fakta Yesus hanya manusia biasa, dan Vatikan mengetahui kebohongan ajaran kalau Yesus adalah Tuhan. Rahasia ini dijaga demi mempertahankan kekuasaan gereja. Kejutan di akhir cerita, terungkap bahwa ternyata Teabing-lah tokoh kunci dalang pencarian batu kunci Priory of Sion, dan bahwa Sophie Neveu adalah keturunan Maria Magdalena dari perkawinannya dengan Yesus. Fakta dan Fiksi Seperti yang saya kemukakan di atas, Dan Brown, menulis novelnya dengan sangat licin. Dia menjalin beberapa fakta dan fiksi, atau kisah khayal, sehingga orang awam yang tak paham sejarah gereja sulit membedakannya. Akibatnya pembaca buku tersebut dapat menganggap bagian-bagian fiksi sebagai fakta. Pelbagai fakta yang disisipkan oleh Dan Brown dalam novel fiksi ini antara lain: 1. Detil ruangan Museum Louvre, tempat kisah ini dimulai, dan detil dari kapel Rosslyn di 2. Penyelenggaraan Konsili Nicea atas permintaan Kaisar Konstantin, yang juga menetapkan bahwa 3. Kedangkalan kekristenan Kaisar Konstantin, sehingga misalkan ia hanya mau dibaptis menjelang 4. Sebagian dari detil lukisan The Last Supper, karya Leonardo Da Vinci yang terdapat pada dinding 5. Serikat Piory of Sion dan Opus Dei yang memang ada dalam lingkup Gereja Katolik. Hanya saja lembaga-lembaga tersebut didirikan bukan untuk melakukan kegiatan rahasia seperti yang ditulis Dan Brown. Di luar fakta tersebut bagian yang lain dari buku tersebut hanyalah fiksi, khayalan Dan Brown. Data yang dikemukakannya tidak akurat, tafsirannya melenceng dari fakta sesungguhnya. Namun karena gaya penyajiannya sangat meyakinkan, maka pembaca yang tidak menggunakan nalarnya secara kritis akan menganggap itu semua fakta yang benar. Pembaca seperti ini akan mudah terperangkap dalam alur pikir Sophie, tokoh dalam novel ini, saat ia terpengaruh oleh ceramah Leigh Teabing, yang sesungguhnya adalah indoktrinasi dari Dan Brown. Sebaliknya apabila ketidakakuratan dan tafsir yang melenceng tersebut diungkap, dan pada saat yang sama ditunnjukkan bagian fiksi novel tersebut, maka dengan mudah pembaca yang berpikiran jernih dan obyektif dapat menangkap kelicinan dan kesalahan pandangan Dan Brown, dan sekaligus akan melihat kebenaran pokok iman Kristiani. Kebenaran Konsili Nicea? Jauh sebelum Konsili Nicea, yang digelar pada tahun 325, gereja pada zaman para rasul atau gereja mula-mula telah mengajarkan bahwa Yesus adalah Tuhan, dan ini selaras dengan ajaran Yesus Kristus tentang diri-Nya kepada para murid-Nya (lihat Injil Matius 16:13-20). Beberapa bukti keyakinan gereja mula-mula ini dapat dilihat antara lain di dalam kitab Didache (ditulis sebelum tahun 100), yang pada intinya mengajarkan tentang praktika ibadah Kristiani dan dengan jelas menuliskan pokok iman Kristiani: Yesus adalah Tuhan. Contoh yang lain adalah tulisan-tulisan Yustinus Martir, bapa gereja dan apologet terkemuka pada awal abad kedua, yang dua abad sebelum Konsili Nicea telah menegaskan keilahian Yesus Kristus. Bukti lain adalah ajaran Uskup Irenaeus, dari Lungdunum, tokoh yang sangat terpandang pada awal abad kedua, yang mengacu kepada tulisan dalam 1Korintus 8:6, yang berbunyi: "Namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang daripada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus." Dengan kata lain, ajaran Yesus adalah Tuhan sama sekali bukanlah ide Kaisar Konstantin yang dalam agenda politiknya bermaksud menyatukan kaum kafir dengan pemeluk agama Kristen di negara Romawi, dengan mencampurkan ajaran kafir dan Kristen melalui Konsili Nicea. Diakui dalam Konsili Nicea dirumuskan syahadat atau pengakuan iman Kristiani, namun isi pengakuan iman tersebut bukanlah pemasukan ajaran baru yang bersumber dari ajaran kafir ke dalam ajaran Kristiani. Kredo yang dirumuskan itu merupakan penegasan inti jaran Kristiani yang sudah ada tiga abad sebelumnya. Penegasan ini dinilai perlu karena pada masa itu muncul ajaran baru yang dikembangkan oleh Arius, seorang teolog dari Aleksandria, Mesir, yang menyangkali keilahian Yesus. Dan Brown melalui mulut tokoh yang ia ciptakan, Teabing, berkata bahwa di dalam Konsili Nicea telah diadakan pemungutan suara, untuk menentukan apakah Yesus adalah Tuhan atau manusia. Ia mengatakan bahwa voting tersebut menghasilkan suara yang hampir seimbang di antara pendukung dan penentang ajaran Yesus sebagai Tuhan. Dalam realita sejarah, saat dilakukan pemungutan suara, dari tiga ratus uskup yang hadir pada konsili tersebut hanya dua orang saja yang menentang rumusan Pengakuan Iman Nicea. Jadi sungguh jauh dari yang disebut oleh Dan Brown sebagai suara hampir seimbang! Padahal sebagian besar dari para uskup yang hadir berasal dari Konstantin Penyusun Perjanjian Baru? Dan Brown sangat benar saat ia menulis bahwa "Alkitab tidak datang dengan cara difaks dari surga." Sebab kekristenan tidak mengajarkan bahwa setiap kata dan kalimat di dalam Alkitab didikte dari surga kepada para penulisnya. Tetapi Dan Brown sangat keliru saat mengatakan Konstantin-lah penyusun dan yang memilih kitab Injil mana yang boleh dimasukkan ke dalam Perjanjian Baru melalui Konsili Nicea. Menurut Brown, Konstantin telah memilih kitab-kitab yang membuat Yesus seakan adalah Tuhan, sedangkan semua kitab Injil yang berbicara tentang segala perilaku manusiawi Yesus dikumpulkan lalu dibakar. Dan Brown keliru, karena ia menyembunyikan fakta sejarah bahwa sesungguhnya daftar yang baku, atau kanon, dari kitab-kitab Perjanjian Baru sudah tersusun dua abad sebelum Konsili Nicea. Salah satu kanon yang paling terkenal adalah kanon Muratorian yang disusun pada tahun 190. Disitu dicantumkan dua puluh sembilan kitab dan surat Perjanjian Baru, dua puluh tujuh kitab di antaranya sama persis dengan kanon Kitab Perjanjian Baru yang ada saat ini, dengan dua tambahan yaitu kitab Wahyu kepada Petrus dan kitab Hikmat Salomo. Pada masa berikutnya para bapa gereja mengeluarkan kedua kitab tersebut dari kanon Perjanjian Baru karena dipandang isinya tak setara dengan kitab-kitab kanonik. Kanon lain adalah tulisan Irenaeus pada awal abad kedua, yang mendaftarkan keempat Injil dalam Perjanjian Baru yang ada sekarang sebagai kitab suci. Jadi, dalam Konsili Nicea tidak disusun kanon Perjanjian Baru, tetapi diperdebatkan keabsahan dari beberapa kitab yang ada di dalam kanon Perjanjian Baru, khususnya kitab Ibrani dan Wahyu. Alasan perdebatan tersebut karena pada kedua kitab tersebut tidak dicantumkan nama sang penulis secara eksplisit seperti pada kitab-kitab Perjanjian Baru lainnya. Bagi para pemimpin gereja di abad mula-mula kejelasan nama penulis kitab atau surat sangat menentukan demi memastikan kekokohan dari kanon. Lebih lanjut Dan Brown mengatakan kumpulan kitab-kitab Injil yang sejati yang dicoba dimusnahkan oleh Kaisar Konstantin ada yang berhasil diselamatkan. Kumpulan tersebut ditemukan kembali di Gua Qumran dekat Laut Mati pada tahun 1950-an, yaitu Dead Sea Scrolls, dan gulungan kitab di Nag Hammadi pada tahun 1945. Memang benar di kedua tempat itu ditemukan gulungan-gulungan kitab tersebut, namun gulungan-gulungan tersebut bukan kitab Injil yang sejati! Dead Sea Scrolls sama sekali tidak berisi sepotong pun kitab yang disebut sebagai Injil, sebaliknya berisi fragmen-fragmen dari kitab-kitab Perjanjian Lama yang isinya sangat persis dengan kitab Perjanjian Lama saat ini. Sehingga ia justru membuktikan keakuratan isi kitab Perjanjian Lama dalam Alkitab. Dalam Dead Sea Scrolls juga ditemukan catatan tentang aturan kehidupan kaum petapa Essenes, suatu kelompok agama Yahudi sebelum masa agama Kristen. Sedangkan isi kitab-kitab di dalam gulungan Nag Hammadi sangat jauh untuk dapat dikatakan sebagai Injil yang sejati. Kitab-kitab tersebut disebut sebagai kitab Gnostik, yakni aliran kebatinan yang mulai muncul di gereja sejak awal abad kedua. Kitab-kitab dalam gulungan Nag Hammadi tersebut ditulis oleh pengikut aliran ini pada akhir abad kedua sampai dengan abad kelima, bukan pada zaman para rasul! Kitab-kitab tersebut berisi dongeng dan mitos khas kaum Gnostik, mutu etikanya kelewat rendah dan sangat bertentangan dengan doktrin Perjanjian Lama tentang pribadi Allah sebagai Pencipta Langit dan Bumi, sehingga oleh gereja mula-mula pun sama sekali tidak dipandang sebagai kitab yang suci. Yesus Menikah? Kesimpulan Dan Brown ini tanpa bukti ilmiah, sebab tak satu pun naskah pada zaman para rasul dan bapa-bapa gereja yang mencatat bahwa Yesus menikah. Namun, untuk mendukung pernyataannya Dan Brown menggunakan tiga "bukti." Namun bila diteliti tiga "bukti" itu dengan mudah terlihat sebagai kesimpulan yang gegabah. "Bukti" pertamanya adalah lukisan The Last Supper karya Leonardo Da Vinci. Tanpa dasar jelas ia mengatakan gambar orang berwajah halus, yang mirip wanita, duduk di sebelah kanan Yesus di dalam lukisan tersebut adalah Maria Magdalena! Untuk membuktikan pendapatnya bahwa Yesus menikahi "Maria Magdalena" tersebut, Dan Brown menggunakan metode otak-atik gathuk, istilah bahasa Jawa yang berarti "diotak-atik supaya jadi cocok." Dia mengotak-atik detil di dalam lukisan tersebut sedemikian rupa supaya mendukung pernyataannya. Hanya saja ia tidak menyebutkan suatu fakta dalam dunia seni bahwa para pelukis abad pertengahan, yaitu zamannya Leonardo Da Vinci, seorang pria belia sering dilukis dengan wajah feminim. Hal yang sama dilakukan Leonardo Da Vinci saat melukiskan wajah Yohanes, murid Yesus Kristus yang termuda, dalam lukisan The Last Supper di atas. "Bukti" kedua yang ia gunakan adalah pendapatnya bahwa dalam kepantasan sosial pada zaman Yesus Kristus, bahwa seorang lelaki Yahudi terlarang untuk tidak menikah. Menurut Brown, dalam adat Yahudi tidak menikah adalah hal terkutuk. Jelas pernyataan ini tidak berdasar, sebab merupakan fakta sejarah ada banyak pria Yahudi pada zaman itu yang menjadi nazir, yang karena alasan keyakinan keagamaan ada di antara mereka yang tidak menikah. Sebagai contoh adalah kaum Essenes yang menyimpan gulungan kitab Dead Sea Scrolls di atas. Di samping itu merupakan suatu fakta pula bahwa orang Yahudi sangat menghormati tokoh-tokoh di dalam Perjanjian Lama yang tidak menikah, seperti nabi Daniel, yang adalah seorang sida-sida Yahudi di negara Babilonia. "Bukti" ketiga yang ia gunakan adalah Injil Philip yang menyebutkan bahwa Yesus mencintai Maria Magdalena lebih dari pada seluruh murid-Nya dan Yesus sering mencium Maria. Patut diketahui bahwa yang disebut sebagai Injil Philip sesungguhnya sama sekali bukan kitab Injil, melainkan sebuah kitab Gnostik yang ditulis sekitar pada abad ketiga. Kitab ini disebut sebagai Injil Philip bukan karena ia ditulis oleh Rasul Filipus, tetapi karena di dalam kitab Gnostik tersebut tidak disinggung nama rasul-rasul Tuhan Yesus yang lain, kecuali hanya nama Rasul Filipus. Dan Brown juga tidak menyebutkan bahwa Injil Philip yang ditemukan dalam gulungan Nag Hammadi tersebut tidak ditulis di dalam bahasa Yunani ataupun berlatar belakang bahasa Yunani sebagaimanalayaknya kitab-kitab Perjanjian Baru, namun di dalam bahasa Koptik, yaitu bahasa Mesir dan dengan latar belakang bahasa Siria! Kesimpulan Sejak gereja berdiri dua ribu tahun yang lampau serangan terhadap pokok-pokok iman Kristiani tidak pernah berhenti. Serangan tersebut berasal dari kelompok bidat di dalam gereja sendiri, maupun dari orang-orang yang tidak mempercayai Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juru Selamat manusia.Jadi, hujatan dalam buku The Da Vinci Code bukan hal baru. Hanya saja kali ini hujatan ini menjadi meluas karena ditunjang dengan sistem promosi dan pemasaran yang sangat canggih, yang mendatangkan keuntungan finansial luar biasa bagi pihak penulis dan penerbit buku ini. Di samping itu juga karena di wilayah-wilayah tertentu di dunia buku ini dipopulerkan oleh pribadi-pribadi yang tidak menginginkan terbangunnya kerukunan umat beragama di tengah masyarakat. Mengapa orang Kristen tidak menanggapi hujatan di dalam buku The Da Vinci Code dengan amarah yang membabi-buta dan berbuat keonaran? Hal ini bukan karena mayoritas orang Kristen yang terdidik mengetahui bahwa Yesus memang seorang manusia yang karena manuver politik Konstantin telah dijadikan Tuhan, sehingga tidak mampu menjawab hujatan tersebut (seperti dikatakan Dan Brown di dalam bukunya). Justru sebaliknya, orang Kristen yang berpikir obyektif, kritis dan memahami metoda ilmiah yang masuk nalar serta mengetahui sejarah iman mereka, akan dapat melihat hujatan di dalam novel The Da Vinci Code tersebut bersifat fitnah murahan. Di samping itu orang Kristen menghayati firman Tuhan bahwa "Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang! Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!" (Roma 12:17-18). Perilaku kasih ini bukanlah tanda kelemahan, justru sebaliknya kemampuan untuk mengendalikan emosi secara dewasa merupakan bukti dari buah Roh (Galatia 5:22) di dalam kehidupan orang yang hidup di dalam anugerah Tuhan. Di sisi yang lain, buku-buku seperti The Da Vinci Code harus membuat orang Kristen lebih giat lagi membaca dan mempelajari Alkitab, memahami pokok-pokok ajaran iman yang sehat, dan sejarah gereja dengan baik. Dengan demikian mereka akan dapat "menjadi seorang pelayan Kristus Yesus yang baik, terdidik dalam soal-soal pokok iman dan dalam ajaran sehat yang telah mereka ikuti selama ini." (1Timotius 4:6), serta mampu menjawab setiap hujatan tersebut sesuai dengan nasihat firman Tuhan: "Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat, dan dengan hati nurani yang murni, supaya mereka, yang memfitnah kamu karena hidupmu yang saleh dalam Kristus, menjadi malu karena fitnahan mereka itu." (1Petrus 3:15-16). |
|
#14 |
andrea7974
29 Mei 2006 jam 5:45pm
 
andrea7974 menulis:aku suka bgt sama pernyataan ini. ada byk org bertanya kenapa kalau memang Da Vinci Code dan kitab-kitab Gnostik tidak benar, kenapa gereja dan orang-orang Kristen/Katolik tidak melakukan pembelaan. Ya karena alasan tersebut di atas. Untuk apa juga repot-repot menanggapi gosip murahan seperti itu |
|
#15 |
hey_sephia
29 Mei 2006 jam 6:50pm
 
kalo aku pribadi sih ya.. buku2 kayak gini tu bagus buat memperkaya diri. (tapi sayangnya aku termasuk orang dodol yg merasa da vinci code boring, baru 2 chapter dah bikin ngantuk terus 2 hari berturut2 akhirnya aku ga baca). tapi aku dah nonton movienya (dengan tujuan ga perlu baca bukunya tapi ngerti ceritanya), dan menurutku itu bagus banget. apa pun yg dia bilang, kalau dikaitkan dengan kepercayaan yang aku anut (katolik), nggak akan menggoyahkan iman. buat aku, mo merit apa ga merit, ga ada hub.nya dengan apa yg aku percayai. doesn't make him less god. (and even in the movie it said that too). ada yg bilang kalo kamu katolik, kamu musti bela yesus & boikot da vinci code. so i guess i shouldn't call myself a catholic then? who cares. catholic or not, it's just a way of life. if i was born in a hindu/buddhist family, i could have been hindu/buddist. and it doesn't matter even a bit to me. |
|
#16 |
Azalae
29 Mei 2006 jam 10:56pm
 
lagian apa yang mesti didebat. udah jelas fiksi. kaya film xmen masa kita ribut ngotot ga mungkin ada manusia kaya wolverine. emang ada orang yang sengaja cari2 masalah jelek2in agama. nah orang kaya gini percuma diajak omong. emang tujuannya cari ribut. dijelasin baik2 ga bakal didengerin. orang paling buta bukan orang yang tidak bisa melihat, tapi orang yang menolak untuk melihat. anyway, awalnya dimulai dari Pierre Plantard, seorang prancis bikin hoax. pierre pernah masuk penjara sebagai penipu. awalnya hoax ini ga ada hubungan sama sekali ama Yesus. pieere bikin organisasi rahasia bohongan. nama Sion diambil dari nama bukit dekat kota dia tinggal. pierre bikin silsilah dinasti ato keluarga kerajaan prancis (Angevins bloodline). nulis beberapa surat, ditaroh dibundelan. surat pertama berisi silsilah Angevins buatan. generasi paling awal sama persis seperti tokoh sejarah prancis yang diketahui. bedanya, di generasi kedua, ada istri kedua dari raja. yang semestinya wanita ini tidak pernah ada. nah istri kedua, yang hanaya tokoh fiksi, ini punya keturunan sambung menyambung sampe akhirnya ke pierre sendiri. jadi pierre membuat seolah2 dia keturunan raja. udah gitu doang hoaxnya. cuma ada beberapa "ahli" yang gabungin hoax ini ama holy grail. akhirnya dibilang istri kedua di generasi kedua tadi keturunan Yesus. soo berubah lebih heboh lagi. bukan hanya pierre keturunan angevins tapi jadi keturunan ato penjaga keturunan Yesus. buset deh. ada beberapa surat lagi kaya kode rahasia dan pesan yang udah decoded. katanya beberapa abad lalu, decoded hanya dalam seminggu. tapi ama ahli encryption jaman sekarang pake computer paling canggih ditest ternyata ga cocok. anyway ga usah jauh2 ke sana. jaman dulu ga kaya jaman sekarang. kaga ada pesawat. untuk perjalanan dari israel ke Gaul (jaman dulu prancis blom ada, yang ada provinsi Gaul ato Galia) makan waktu taonan. bukan bulanan tapi taonan. itupun kalo bisa selamat ngelewati balkans yang penuh perang, bandit, dan penyakit. di roma aja wabah malaria sangat mematikan. blom lagi butuh papers alias surat ijin. israel jaman itu dijajah roma dan banyak pemberontakan. hebat deh kalo ada warga israel bisa ngelewati wilayah roma dari ujung ke ujung. sama kaya jaman sekarang orang iraq bisa jalan2 ngelilingi amrik. banyak banget faktor lain yang ga masuk akal. ini baru ngebahas perjalanan magdalena dari israel ke prancis. |
|
#17 |
eeyore
30 Mei 2006 jam 5:55am
 
ini mungkin rada oot kemarin ngobrol sama temen, dia bilang dia senang film Constantine (Keanu Reeves) sebab bagus dan dia belajar banyak tentang agama, aku ga tahan langsung ketawa meledak. Bukan nya jahat gimana, tapi masak belajar banyak tentang agama dari film Hollywood, get real lah! ... sama halnya dengan DVC, it's a fiction! people twist words and stories to suits their purpose, kayak dongeng katak jadi pangeran, ga ada yang percaya kan? nah kataknya diganti jadi orang miskin, masuk akal dikit, terus di rubah ceritanya. Seperti komentar Azzy diatas, walao aku sendiri ga pernah denger penjelasan seperti diatas, tapi people with twisted mind has a capability to do anything and make people believe them as the truth. Jadi yah DVC itu for me personally nothing but fiction. Cuma itu personal opinion aja. Kalau mao tau apa dan gimana ceritanya, pergi ke sumber yang bener, jangan ke populer books and merely follow the latest opinion. Bahkan kepercayaan yang sudah mendarah daging di umum, belum tentu hal yang benar. Kayak kata momon juga, kalau memang beriman, cerita fiction yang kita baca dan tonton tidak akan membuat kita lebih tidak beriman. Semua kembali kepada masing2. For some reason I feel my self full of rubbish too .. gomen. |
|
#18 |
SoLiDsNaKe
30 Mei 2006 jam 11:45am
 
eeyore menulis:Gw pernah alami yg mirip2. Dulu waktu semasa kuliah, ada yang nawar2in utk ikut ajaran agama tertentu. Begitu bersemangatnya doi sampe muncrat2 ngomongnya, gw ga sadar langsung ketawa meledak. Abis itu doi tersinggung, gw langsung divonisnya atheis dan gay. Ga tahan, gw ketawa lagi. Marah besar doi. Back to topic, ini buku membosankan betul isinya. Kalah dari Angels and Demons (karya Brown juga). Kurang lebih seperti Digital Fortress lah (Brown lagi). |
|
#19 |
hey_sephia
30 Mei 2006 jam 11:49am
 
phewwwwwww akhirnya ada jg orang yg merasa bukunya boring... ga cuma aku doang.. apa hub.nya antara atheis & gay?? |
|
#20 |
djes
30 Mei 2006 jam 12:02pm
 
karena yg kasih ceramah Snakey cewek...diketawain ya dikatain gay.. |