cerita menarik

HomeForumGeneral discussionscerita menarik


#21
Azalae 2 Juni 2009 jam 11:04am  

gua gabung aja threadnya.

#22 avatar
Fatbrain 5 Juli 2009 jam 4:37am  

Two men, both seriously ill, occupied the same hospital room.

One man was allowed to sit up in his bed for an hour each afternoon to help drain the fluid from his lungs.
His bed was next to the room's only window.
The other man had to spend all his time flat on his back.
The men talked for hours on end.

They spoke of their wives and families, their homes, their jobs, their involvement in the military service, where they had been on vacation.

Every afternoon, when the man in the bed by the window could sit up, he would pass the time by describing to his roommate all the things he could see outside the window.

The man in the other bed began to live for those one hour periods where his world would be broadened and enlivened by all the activity and color of the world outside.

The window overlooked a park with a lovely lake.

Ducks and swans played on the water while children sailed their model boats. Young lovers walked arm in arm amidst flowers of every color and a fine view of the city skyline could be seen in the distance..

As the man by the window described all this in exquisite details, the man on the other side of the room would close his eyes and imagine this picturesque scene.

One warm afternoon, the man by the window described a parade passing by.

Although the other man could not hear the band - he could see it in his mind's eye as the gentleman by the window portrayed it with descriptive words.

Days, weeks and months passed.

One morning, the day nurse arrived to bring water for their baths only to find the lifeless body of the man by the window, who had died peacefully in his sleep.

She was saddened and called the hospital attendants to take the body away.

As soon as it seemed appropriate, the other man asked if he could be moved next to the window. The nurse was happy to make the switch, and after making sure he was comfortable, she left him alone.

Slowly, painfully, he propped himself up on one elbow to take his first look at the real world outside.
He strained to slowly turn to look out the window besides the bed.

It faced a blank wall.

The man asked the nurse what could have compelled his deceased roommate who had described such wonderful things outside this window.

The nurse responded that the man was blind and could not even see the wall.

She said, 'Perhaps he just wanted to encourage you.'

Epilogue:

There is tremendous happiness in making others happy, despite our own situations.

Shared grief is half the sorrow, but happiness when shared, is doubled.

If you want to feel rich, just count all the things you have that money can't buy.

'Today is a gift, that is why it is called The Present.'

#23 avatar
canti_yen 5 Juli 2009 jam 10:40pm  

KASIH SAYANG

Suatu ketika, saat seorang wanita pulang ke rumah dari perjalanannya keluar rumah, dan ia melihat ada 3 orang pria berjanggut yang duduk di halaman depan. Wanita itu tidak mengenal mereka semua, namun ia berkata dengan senyumnya yang khas:
“Aku tidak mengenal Anda, tapi aku yakin Anda semua pasti orang baik-baik yang sedang lapar. Mari masuk ke dalam, aku pasti punya sesuatu untuk mengganjal perut.”

Pria berjanggut itu lalu balik bertanya, “Apakah suamimu sudah pulang?”
Wanita itu menjawab, “Belum, dia sedang keluar.”

“Oh, kalau begitu, kami tak ingin masuk. Kami akan menunggu sampai suamimu kembali,” kata pria itu.

Di waktu senja, saat keluarga itu berkumpul, sang istri menceritakan semua kejadian tadi. Sang suami, awalnya bingung dengan kejadian ini, lalu ia berkata pada istrinya, “Sampaikan pada mereka, aku telah kembali, dan mereka semua boleh masuk untuk menikmati malam ini.”

Wanita itu kemudian keluar dan mengundang mereka untuk masuk ke dalam.
“Maaf, kami semua tidak bisa masuk bersama-sama,” kata pria itu bersamaan.
“Lho, kenapa?” tanya wanita itu karena merasa heran.

Salah seorang pria itu berkata, “Nama dia Kekayaan,” katanya sambil menunjuk seorang pria berjanggut di sebelahnya, “sedangkan yang ini bernama Kesuksesan,” sambil memegang bahu pria berjanggut lainnya. “Sedangkan aku sendiri bernama Kasih-Sayang. Sekarang, coba tanya kepada suamimu, siapa di antara kami yang boleh masuk ke rumahmu.”

Wanita itu kembali masuk ke dalam, dan memberitahu pesan pria di luar.
Suaminya pun merasa heran. “Ohho… menyenangkan sekali. Baiklah, kalau begitu, coba kamu ajak si Kekayaan masuk ke dalam. Aku ingin rumah ini penuh dengan kekayaan.”

Istrinya tak setuju dengan pilihan itu. Ia bertanya, “sayangku, kenapa kita tak mengundang si Kesuksesan saja? Sebab sepertinya kita perlu dia untuk membantu keberhasilan panen ladang pertanian kita.”
Ternyata, anak mereka mendengarkan percakapan itu. Ia pun ikut mengusulkan siapa yang akan masuk ke dalam rumah. “Bukankah lebih baik jika kita mengajak si Kasih-Sayang yang masuk ke dalam? Rumah kita ini akan nyaman dan penuh dengan Kehangatan Kasih-Sayang.”
Suami istri itu setuju dengan pilihan buah hati mereka. “Baiklah, ajak masuk si Kasih-Sayang ini ke dalam dan menjadi teman santap malam kita.”

Wanita itu kembali ke luar, dan bertanya kepada 3 pria itu. “Siapa di antara Anda yang bernama Kasih-Sayang? Ayo, silahkan masuk, Anda menjadi tamu kami malam ini.”

Si Kasih-Sayang berdiri, dan berjalan menuju beranda rumah.
Ohho... ternyata, kedua pria berjanggut lainnya pun ikut serta. Karena merasa ganjil, wania itu bertanya kepada si Kekayaan dan Kesuksesan. “Aku hanya mengundang si Kasih-Sayang yang masuk ke dalam, tapi kenapa kamu ikut juga?”

Kedua pria yang ditanya itu menjawab bersamaan. “Kalau Anda mengundang si Kekayaan atau si Kesuksesan, maka yang lainnya akan tinggal di luar. Namun, karena Anda mengundang si Kasih-Sayang, maka, ke mana pun Kasih-Sayang pergi, kami akan ikut selalu bersamanya. Di mana ada Kasih-Sayang, maka Kekayaan dan Kesuksesan juga akan ikut serta. Sebab, ketahuilah, sebenarnya kami berdua ini buta. Dan hanya si Kasih-Sayang yang bisa melihat. Hanya dia yang bisa menunjukkan kita pada jalan kebaikan, kepada jalan yang lurus. Maka, kami butuh bimbingannya saat berjalan. Saat kami menjalani hidup ini.”

Sumber: SMILE (Sinar Mas Internal Magazine)

#24
Nest_or 8 Juli 2009 jam 5:13pm  

On Love

Then said Almitra, Speak to us of Love.
And he raised his head and looked upon the people,
and there fell a stillness upon them.
And with a great voice he said:

When love beckons to you, follow him,
Though his ways are hard and steep.
And when his wings enfold you yield to him,
Though the sword hidden among his pinions may wound you.
And when he speaks to you believe in him,
Though his voice may shatter your dreams
as the north wind lays waste the garden.

For even as love crowns you so shall he crucify you.
Even as he is for your growth so is he for your pruning.
Even as he ascends to your height and caresses your tenderest
branches that quiver in the sun,
So shall he descend to your roots and shake them
in their clinging to the earth.
Like sheaves of corn he gathers you unto himself.
He threshes you to make you naked.
He sifts you to free you from your husks.
He grinds you to whiteness.
He kneads you until you are pliant:
And then he assigns you to his sacred fire,
that you may become sacred bread for God`s sacred feast.

All these things shall love do unto you
that you may know the secrets of your heart,
and in that knowledge become a fragment of Life`s heart.

But if in your fear you would seek only
love`s peace and love`s pleasure,
Then it is better for you
that you cover your nakedness and
pass out of love`s threshing floor,
Into the seasonless world where you
shall laugh, but not all of your laughter,
and weep, but not all of your tears.

Love gives naught but itself and takes naught but from itself,
Love possesses not nor would it be possessed:
For love is sufficient unto love.

When you love you should not say,
"God is in my heart," but rather,
"I am in the heart of God."
And think not you can direct the course
of love, for love, if it finds you worthy,
directs your course.

Love has no other desire but to fulfill itself.
But if you love and must needs have desires, let these be your desires:
To melt and be like a running brook that sings its melody to the night.
To know the pain of too much tenderness.
To be wounded by your own understanding of love;
And to bleed willingly and joyfully.
To wake at dawn with a winged heart
and give thanks for another day of loving:
To rest at the noon hour and meditate love`s ecstasy:
And then to sleep with a prayer for the beloved in you heart
and a song of praise upon you lips.

An excerpt from "The Prophet", Kahlil Gibran

#25 avatar
canti_yen 15 Juli 2009 jam 2:30pm  

IBU

Aku lahir dari perut ibu.....
(bukan kata org...memang BENARKAN !!!.... ..)

Bila dahaga, yang susukan aku.....ibu

Bila lapar, yang menyuapi aku....ibu

Bila sendirian, yang selalu di sampingku.. ..ibu

Kata ibu, perkataan pertama yang aku sebut....Ibu

Bila bangun tidur, aku cari....ibu

Bila nangis, orang pertama yang datang ....ibu

Bila ingin bermanja, aku dekati....ibu

Bila ingin bersandar, aku duduk sebelah....ibu

Bila sedih, yang dapat menghiburku hanya....ibu

Bila nakal, yang memarahi aku....ibu

Bila merajuk, yang membujukku cuma....ibu

Bila melakukan kesalahan, yang paling cepat marah....ibu

Bila takut, yang menenangkan aku....ibu

Bila ingin peluk, yang aku suka peluk....ibu

Aku selalu teringatkan ....ibu

Bila sedih, aku mesti telepon....ibu

Bila senang, orang pertama aku ingin beritahu.... .ibu

Bila marah.. aku suka meluahkannya pada..ibu

Bila takut, aku selalu panggil... "ibuuuuu! "

Bila sakit, orang paling risau adalah.....ibu

Bila aku ingin bepergian, orang paling sibuk juga....ibu

Bila buat masalah, yang lebih dulu memarahi aku....ibu

Bila aku ada masalah, yang paling risau.... ibu

Yang masih peluk dan cium aku sampai hari ini.. ibu

Yang selalu masak makanan kegemaranku. ...ibu

Kalau pulang ke kampung, yang selalu memberi bekal.....ibu

Yang selalu menyimpan dan merapihkan barang-barang aku....ibu

Yang selalu telepon dengan aku...ibu

Yang selalu memuji aku....ibu

Yang selalu menasihati aku....ibu

Bila ingin menikah... Orang pertama aku datangi dan minta persetujuan. ....ibu

Begitu punya pasangan hidup ....

Bila senang, aku cari....pasanganku

Bila sedih, aku cari.....ibu

Bila mendapat keberhasilan, aku ceritakan pada....pasanganku

Bila gagal, aku ceritakan pada....ibu

Bila bahagia, aku peluk erat.....pasanganku

Bila berduka, aku peluk erat......ibuku

Bila ingin berlibur, aku bawa....pasanganku

Bila sibuk, aku antar anak ke rumah....ibu

Bila sambut valentine... Aku beri hadiah pada..... pasanganku

Bila sambut hari ibu...aku cuma dapat ucapkan "Selamat Hari Ibu"

Selalu.. aku ingat pasanganku

Selalu.. ibu ingat aku

Setiap saat... aku akan telepon pasanganku

Entah kapan... aku ingin telepon ibu

Selalu...aku belikan hadiah untuk pasanganku

Entah kapan... aku ingin belikan hadiah untuk ibu

Renungkan:
"Kalau kau sudah selesai belajar dan bekerja.... masih ingatkah kau pada ibu?
tidak banyak yang ibu inginkan.... hanya dengan menyapa ibupun cukuplah".

Berderai air mata jika kita mendengarnya. ........
Tapi kalau ibu sudah tiada........ ...
IBUUUU...RINDU IBU.... RINDU SEKALI....

Berapa banyak yang sanggup menyuapi ibunya.....

Berapa banyak yang sanggup mencuci muntah ibunya.....

Berapa banyak yang sanggup menggantikan alas tidur ibunya.....

Berapa banyak yang sanggup membersihkan najis ibunya......

Berapa banyak yang sanggup berhenti kerja untuk menjaga ibunya.....

dan akhir sekali berapa banyak yang men-DOA-kan ibunya......

#26 avatar
canti_yen 18 Agustus 2009 jam 4:49pm  

Bukankah lebih indah memberi dari pada menerima…
Be blessed n be greatful to you all.

HIDUP UNTUK MEMBERI

Di suatu sore hari pada saat aku pulang kantor dengan mengendarai sepeda motor,
aku disuguhkan suatu drama kecil yang sangat menarik, seorang anak kecil berumur
lebih kurang sepuluh tahun dengan sangat sigapnya menyalip di sela-sela kepadatan
kendaraan di sebuah lampu merah perempatan jalan di Jakarta.

Dengan membawa bungkusan yang cukup banyak diayunkannya sepeda berwarna
biru muda, sambil membagikan bungkusan tersebut, ia menyapa akrab setiap orang,
dari Tukang Koran, Penyapu jalan, Tuna Wisma, sampai Pak Polisi.

Pemandangan itu membuatku tertarik, pikiranku langsung melayang membayangkan apa
yang diberikan si anak kecil tersebut dengan bungkusannya, apakah dia berjualan?
Kalau dia berjualan apa mungkin seorang tuna wisma menjadi langganan tetapnya atau…??

untuk membunuh rasa penasaranku, aku pun membuntuti si anak kecil tersebut sampai
di seberang jalan, setelah itu aku langsung menyapa anak tersebut untuk aku ajak
berbincang-bincang. De, boleh kakak bertanya? Silakan Kak.
Kalau boleh tahu yang barusan adik bagikan ke tukang Koran, tukang sapu,
peminta-minta bahkan Pak Polisi, itu apa..? Oh…itu bungkusan nasi dan sedikit lauk Kak,
memang kenapa Kak!, dengan sedikit heran, sambil ia balik bertanya. Oh…tidak!,
Kakak cuma tertarik cara kamu membagikan bungkusan itu, kelihatan kamu sudah lama
kenal dengan mereka?

Lalu, adik kecil itu mulai bercerita, Dulu! Aku dan ibuku sama seperti mereka
hanya seorang tuna wisma, setiap hari bekerja hanya mengharapkan belaskasihan
banyak orang, dan seperti Kakak ketahui hidup di Jakarta begitu sulit, sampai
kami sering tidak makan, waktu siang hari kami kepanasan dan waktu malam
hari kami kedinginan ditambah lagi pada musim hujan kami sering kehujanan,
apabila kami mengingat waktu dulu, kami sangat-sangat sedih, namun setelah ibuku
membuka warung nasi, kehidupan keluarga kami mulai membaik.

Maka dari itu, Ibu selalu mengingatkanku, bahwa masih banyak orang yang susah
seperti kita dulu, jadi kalau saat ini kita diberi rejeki yang cukup, kenapa kita
tidak dapat berbagi kepada mereka.

Yang ibuku slalu katakan ”hidup harus berarti buat banyak orang“, karena
pada saat kita kembali kepada Sang Pencipta tidak ada yang kita bawa, hanya satu
yang kita bawa yaitu kasih kepada sesama serta amal dan perbuatan baik kita,
kalau hari ini kita bisa mengamalkan sesuatu yang baik buat banyak orang,
kenapa kita harus tunda.

Karena menurut ibuku umur manusia terlalu singkat, hari ini kita memiliki segalanya,
namun satu jam kemudian atau besok kita dipanggil Sang Pencipta, ”Apa yang kita bawa?”.
Kata-kata adik kecil ini sangat menusuk hati, saat itu juga aku merasa lebih bodoh
dari anak kecil ini, aku malu dan sangat malu.

Yah…Tuhan, Ampuni aku, ternyata kekayaan, kehebatan dan jabatan tidak mengantarku kepadaMu.
Hanya kasih yang sempurna serta iman dan pengaharapan kepada-Mulah yang dapat
mengiringku masuk ke surga. "Terimah kasih adik kecil, kamu adalah malaikatku yang
menyadarkan aku dari tidur nyenyakku ..

Kasih itu sabar, kasih itu murah hati, ia tidak cemburu, ia tidak memegahkan
diri dan tidak sombong, ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri, ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain, ia tidak bersuka cita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. kasih tidak berkesudahan.
(1 Kor.13 : 4-8a)

Lakukanlah perkara-perkara kecil, dengan membagikan cerita ini kepada semua orang,
Semoga hasil yang didapat dari hal yang kecil ini berdampak besar buat banyak orang.

Author: Unknown

RiE Lee
"when life gives you 100 reasons to cry
show life that you have 1000 reasons to smile..
Face your past without regret..
Handle your present with confidence..
Prepare for future without fear"

#27
Nest_or 26 Agustus 2009 jam 6:39pm  

canti_yen menulis:
Kasih itu sabar, kasih itu murah hati, ia tidak cemburu, ia tidak memegahkan
diri dan tidak sombong, ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri, ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain, ia tidak bersuka cita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. kasih tidak berkesudahan.
(1 Kor.13 : 4-8a)
:yes: