Post 206 dari 573 dalam BAJUG ANGGAKARA
Home → Forum → Komentar Bacaan → BAJUG ANGGAKARA → Post-68965
#206 | ![]() |
onomarp
6 April 2013 jam 9:37pm
 
Dear Kikoman, Saya sengaja bereksperimen untuk memberi penandaan atas loncatan dari satu konteks ke konteks lain yang terjadi pada waktu bersamaan lewat suatu bentuk pengulangan. Jelasnya, apa yang tertulis pada akhir bagian dari suatu konteks diulang sebagai bagian awal untuk konteks lain, manakala kedua konteks tersebut terjadi dalam waktu bersamaan. Misalnya: Tanah pun remang-remang terlihat sekalipun kabut tipis mengambang!, yang menjadi akhir bagian konteks cerita orang tua bertongkat hitam membakar dan membunuh di istana Mpu Ketuwijaya *** Tanah pun remang-remang terlihat sekalipun kabut tipis mengambang!, sebagai bagian awal untuk memulai konteks yang terjadi pada saat bersamaan dengan konteks di atas, yaitu di mana Mandrakanta berjumla dengan Eyang Ageng dan Istadiyanti yang ia susul. Gaya tutur seperti ini pun saya lakukan sebagai model untuk menceritakan konteks Flashback pada Naga Bhumi Mataram. Ambil contoh: Di atas bukit, saat malam telah menjadi sangat gelap , sebagai bagian akhir dari satu percakapan antara Ki Wajra Sasmaka Kunta dengan Eyang Abhinaya atau Abhipraya. *** Mungkin cara bertutur seperti itu mengganggu, karena berupa pengulangan atau out of context, tetapi saya mempertahankan itu sebagai suatu cara bertutur khas. Terima kasih! |