Post 129 dari 174 dalam Sekedar Renungan
Home → Forum → General discussions → Sekedar Renungan → Post-21901
#129 | ![]() |
yinyeksin
25 Oktober 2005 jam 2:11pm
 
Berkepala Dingin Beberapa bulan yang lalu di meja pemesanan kamar hotel Memphis, saya melihat suatu kejadian yang menarik sekali, bagaimana seseorang menghadapi orang yang penuh emosi. Saat itu pukul 17:00 lebih sedikit, dan hotel sibuk mendaftar tamu- tamu baru. Orang di depan saya memberikan namanya kepada pegawai di belakang meja dengan nada memerintah. Pegawai tersebut berkata, "Ya, Tuan, kami sediakan satu kamar 'single' untuk Anda." "Single," bentak orang itu, "Saya memesan double." Pegawai tersebut berkata dg sopan, "Coba saya periksa sebentar." Ia menarik permintaan pesanan tamu dari arsip dan berkata, "Maaf, Tuan. Telegram Anda menyebutkan single. Saya akan senang sekali menempatkan Anda di kamar double, kalau memang ada. Tetapi semua kamar double sudah penuh." Tamu yang berang itu berkata, "Saya tidak peduli apa bunyi kertas itu, saya mau kamar double." Kemudian ia mulai bersikap "Anda-tau-siapa-saya," diikuti dengan "Saya akan usahakan agar Anda dipecat. Anda lihat nanti. Saya akan buat Anda dipecat." Di bawah serangan gencar, pegawai muda tersebut menyela, "Tuan, kami menyesal sekali, tetapi kami bertindak berdasarkan instruksi Anda." Akhirnya, sang tamu yang benar-benar marah itu berkata, "Saya tidak akan mau tinggal di kamar yang terbagus di hotel ini sekarang --- manajemennya benar-benar buruk," dan ia pun keluar. Saya menghampiri meja penerimaan sambil berpikir si pegawai pasti marah setelah baru saja dimarahi habis-habisan. Sebaliknya, ia menyambut semua dengan salam yang ramah sekali "Selamat malam, Tuan." Ketika ia mengerjakan rutin yang biasa dalam mengatur kamar untuk saya, saya berkata kepadanya, "Saya mengagumi cara Anda mengendalikan diri tadi. Anda benar-benar sabar." "Ya, Tuan," katanya, "Saya tidak dapat marah kepada orang seperti itu. Anda lihat, ia sebenarnya bukan marah kepada saya. Saya cuma korban pelampiasan kemarahannya. Orang yang malang tadi mungkin baru saja ribut dengan istrinya, atau bisnisnya mungkin sedang lesu, atau barangkali ia Pegawai tadi menambahkan, "Pada dasarnya ia mungkin orang yang sangat baik. Kebanyakan orang begitu." Sambil melangkah menuju lift, saya mengulang-ulang perkataannya, "Pada dasarnya ia mungkin orang yang sangat baik. Kebanyakan orang begitu." Ingat dua kalimat itu kalau ada orang yang menyatakan perang pada Anda. Jangan membalas. Cara untuk menang dalam situasi seperti ini adalah membiarkan orang tersebut melepaskan amarahnya, dan kemudian lupakanlah. 2 Serigala Ada 2 ekor serigala di hutan Rica-rica, serigala B menantang serigala A untuk menangkap seekor kelinci yang sedang makan wortel, tidak jauh dari tempat mereka berdiri, "Ayo Serigala A, kamu bisa ngga tangkap kelinci itu?" tanya serigala B, "Ah, itu gampang, lihat saja nih!" Jawab serigala A, dan dengan sigap serigala A itupun melompat ke arah kelinci tersebut, dan berlari mengejarnya. Sedangkan kelinci yang melihat serigala itu, langsung lari terbirit-birit ketakutan, tanpa pikir panjang wortel yang masih dikunyahnya di lemparkan ke arah serigala tersebut, "DUAAAKK!!" begitu suaranya.. Karena serigala adalah binatang yang kuat, maka wortel kecil yang mengenai kepalanya tidak terasa sama sekali, serigala tersebut tetap mengejar kelinci itu, 1 menit.. 2 menit.. 3 menit... sampai 5 menit.. Serigala itu belum dapat menangkap kelinci itu, karena kelinci itu larinya lebih kencang. serigala itupun kelelahan, dan menghentikan pengejarannya. Dengan perasaan yang sangat malu, dia menunduk berjalan dan kembali ke temannya serigala B. Setelah sampai di tempat serigala B, maka serigala B itupun bertanya, "Bagaimana? Apakah kamu bisa menangkapnya ?" tanya serigala B, lalu serigala A hanya menggeleng-gelengkan kepalanya yang masih tertunduk. Serigala B lalu melanjutkan perkataanya : "Kamu tahu, kenapa kamu tidak bisa menangkap kelinci itu? Kamu kalah, karena kamu tidak serius. Kamu berlari mengejar kelinci hanya untuk pamer saja, sedangkan kelinci itu berlari untuk nyawanya." Mungkin kita tertawa mendengar cerita ini, betapa bodohnya seekor serigala yang seharusnya dapat berlari sangat kencang, tetapi tidak dapat menangkap seekor kelinci. Tapi, kita dapat mengambil pelajaran dari serigala tersebut, untuk orang yang sudah bekerja, mungkin Anda merasa, Anda sangat lelah, Anda capai dengan pekerjaan Anda, Anda merasa bosan, Anda merasa tidak ada kemajuan sama sekali dalam pekerjaan Anda, Itu dikarenakan karena Anda tidak serius dengan pekerjaan Anda. Cobalah pikirkan kembali, apakah tujuan sebenarnya Anda bekerja? Apakah pekerjaan Anda yang sekarang sudah cocok dengan bidang Anda? Terkadang ada orang yang bekerja, karena tuntutan orang tua agar mencari uang sendiri, atau kadang juga ada orang yang bekerja, karena mereka merasa 'harus' bekerja untuk membantu orang tua mereka menghidupi keluarganya, atau ada juga orang yang bekerja karena untuk dapat pamer pada teman-temannya, pada sanak saudara, bahwa dia sudah bekerja. Memang bekerja tidaklah salah, tapi jika pekerjaan itu dilakukan dengan tidak serius atau 'separuh hati' maka Anda akan merasa bosan, merasa malas untuk bekerja, tidak ada gairah. Lain halnya jika Anda bekerja, karena Anda benar-benar menyukai pekerjaan tersebut dan sesuai dengan bidang Anda, Anda akan enggan berhenti bekerja untuk beristirahat, setiap pagi Anda akan selalu terbangun dengan wajah yang berseri-seri. Jadi, apakah tujuan Anda bekerja ? Jawaban ada di tangan Anda : ) |