Ita baru masuk SMU, masa-masa pubernya bikin dia centil dan suka ngerjain orang.
Kali ini dia dapet kata-kata baru buat ngerjain orang.

Hari pertama, dia nelepon temannya :
" Rin, gue udah tau semuanya !"
" Hah ..."

Suara di sana terdengar lemas.
" Ta, loe jangan bilang Indri kalo gue jalan sama cowoknya ya, Ta. Gue ada voucher makan di HokBen buat loe, tapi loe jangan bilang-bilang yah. Sori gue cuma bisa ngasih itu doang."

" Oke lah, gue sih terima aja, loe kan temen gue."

Begitu telepon ditutup, Ita langsung teriak girang.
" Wah oke juga nih, gue dapet voucher HokBen !! Coba gue praktekin lagi."

Kali ini Ita masuk kamar kakaknya, Bimo, dan langsung bicara pelan di dekat kuping kakaknya yang lagi tiduran.
" Wa, gue udah tau semuanya. Ternyata gitu ya, Wa."

Bimo langsung bangun, mengambil sebuah kunci dan berbisik pada Ita.
" Ta, loe boleh pake mobil sebulan penuh plus gue kasih bensinnya. Tapi jangan bilang Papi kalo gue suka gele yah !!!"

" Beres."

Ita benar-benar girang.

Kali ini dia mencegat Papanya yang baru pulang kerja.
" Pah ..."

Ita mengejar Papinya yang cuek bebek.
" Pah, Ita mau ngomong."

" Ada apa sih Ta ?!! Papa capek nih."

" Ita udah tau semuanya Pah ..."

Mendadak Papanya celingukan, mengeluarkan HP dan menelepon seseorang.

" Ta, Credit Card kamu udah Papa aktifkan lagi. Tapi jangan pernah bilang Mama soal si Ijah."

Ita girang campur sebel. Ternyata Papanya menduakan Mama cuma demi pembantunya si Ijah. Ita langsung berlari tanpa sepatah kata pun. Di luar, Ita bertemu Pak Udi, sopirnya yang sudah belasan tahun bekerja di rumahnya. Ita mulai usil lagi.

Dia kesal juga, pasti dia tau soal si Ijah, tapi bungkam selama ini, gue kerjain juga nih, pikirnya.
" Pak !!!"

Ita benar-benar membuat kaget sopirnya.
" Saya sudah tau semuanya."

Pak Udi terbengong, dan perlahan meneteskan air mata.

Ita malah bingung.

" Ita !!! Peluklah ayahmu ini, Sayang. Akhirnya kamu tau juga, Nak !"

^_^