Post 20 dari 66 dalam Alien Vairus Coronama Adventure (1)
Home → Forum → Komentar Cerita Pendek → Alien Vairus Coronama Adventure (1) → Post-91491
#20 |
Nurslamet
26 Juni 2020 jam 4:35am
 
Alien Vairus Coronama Adventure (6) Edi bersiap untuk membuktikan kata-kata Al. Dia menjadi penasaran mengingat banyak perubahan pada dirinya. Sejak terbangun dari pingsannya setelah memakan dan meminum hidangan di nampan yang di bawa Al, Edi merasa sesuatu telah berubah pada dirinya. Sesuatu yang sulit dipahami dan dimengerti olehnya. Yang dia rasakan adalah dirinya seperti terlahir dengan phisik dan jiwa yang baru yang bertolak belakang dengan keadaan dirinya sebelum dibawa Al. Walau Edi kehilangan ingatannya, namun ada beberapa bagian dari memori di benaknya yang tidak terhapus. Salah satunya Edi mengingat phisiknya sangat lemah dan sering sakit. Karena kelemahan phisiknya itulah Edi kerap dibully rekan-rekannya dan menjadi bahan ejekan. Namun kini Edi merasa ada yang salah dengan tubuhnya. Pernah ketika dia akan keluar dari kamarnya, ketika masih di dalam pesawat induk, kepala Edi kejeduk ke pintu besi. Secara logika, Edi paling tidak merasa sakit dibagian yang terbentur. Namun rasa sakit itu tidak ada. Walau berbenturan dengan pintu besi cukup keras, Edi tidak merasa sakit sedikit pun. Hal itu awalnya tidak begitu dipikirkan Edi. Namun keanehan demi keanehan pada tubuhnya terus dirasakan Edi. Badannya terasa ringan hingga Edi bisa bergerak cepat. Pandangannya lebih peka dan awas beberapa kali lipat dari sebelumnya. Dan keanehan-keanehan yang lainnya. Semua keanehan-keanehan yang terjadi pada tubuh dan organ-organnya muncul satu persatu dan bertahap. Keanehan yang dialaminya tidak diceritakan Edi pada Al. Edi merasa itu hanya ilusi. Bagaimana mungkin dirinya si pecundang yang berbadan lemah dan sakit-sakitan tiba-tiba merasa menjadi orang super. Itu pasti hanya ilusi, pikir Edi. Namun pikirannya yang menganggap perubahan pada phisik dan organ-organ tubuhnya hanya ilusi dimentahkan oleh keterangan Al yang menyatakan tubuhnya bisa mengalahkan Ki Evros. Hanya dengan tubuhnya. Sesuatu yang terdengar sangat mustahil. Edi membulatkan tekad untuk mencoba keberuntungannya. Dia harus mencoba. Dengan mencoba dia akan tahu kata-kata Al dusta atau tidak. Dipikiran Edi sosok Al adalah sosok misterius yang baik hati dan tentunya tidak akan membiarkan dia mati begitu saja. Bila Al menghendaki kematiannya mengapa dia bersusah payah membawa dirinya dari planet bumi ke planet yang asing bagi dirinya. Walau pun Al mengatakan planet Mubi adalah kembarannya planet bumi dan Edison saudara kembarnya namun Edi masih merasa asing. Secara geografis dan apa yang ada di planet Mubi sama persis dengan keadaan planet bumi, seperti Edi bisa bernafas dengan bebas tanpa alat pernafasan serta matahari yang bersinar, namun Edi tetap merasa dirinya berada di tempat asing. Banyak hal berbeda yang dilihat Edi dari planet Mubi. Walau sama persis dengan planet bumi namun setting atau zaman yang Edi datangi sungguh aneh. Mirip dengan alam fantasi. Di udara burung-burung raksasa terbang bebas. Binatang-binatang buas berukuran jumbo. Dua beruang dari kartu satwa terlihat sangat besar, lebih besar dari beruang yang hidup di planet bumi. Namun setelah membandingkan semua binatang yang hidup di planet Mubi mempunyai tubuh yang lebih besar dari binatang sejenis yang hidup di planet bumi maka ukuran tubuh beruang yang sebesar gajah adalah ukuran normal di planet Mubi. Di planet Mubi burung pipit saja sebesar induk ayam. Jadi sangat wajar bila beruang kutub sebesar gajah. Edi akan melompat ke depan Ki Evros, namun sudut matanya melihat sesuatu yang besar melayang di udara dan sebuah bayangan turun dari benda besar itu. Dalam sekejap sesosok seorang gadis berpakaian serba hitam telah berdiri di samping Edison. Wajah dan parasnya biasa-biasa saja. Namun pedang di punggungnya terlihat tidak biasa. Ukurannya sangat besar dan terlihat berat, namun sang gadis yang membawanya tidak terlihat keberatan. "Meymei!!" seru Edison gembira melihat sosok gadis yang muncul di sampingnya. "Maaf aku terlambat, Edi. Kamu baik-baik saja, kan?" kata sang gadis dengan raut wajah cemas. "Aku mungkin tidak baik-baik saja bila dua tuan penolongku itu tidak muncul," sahut Edi sambil menunjuk Edi dan Al. "Hei, ngobrolnya nanti saja. Siapa diantara kita yang akan membereskan bandot tua dari Everest itu?" potong Al sambil menunjuk Ki Evros yang terlihat wajahnya memucat. Rupanya dia mengenal siapa gadis yang datang. "Sekarang masalah ini menjadi urusanku," kata sang gadis sambil memutar tubuh menghadap Ki Evros. Aura membunuh yang begitu kuat menyeruak tiba-tiba. Sorot mata sang gadis seakan menyala. Sesaat tubuh Ki Evros seperti tersengat listrik ribuan volt. Kaku dan kejang! |