Post 22 dari 66 dalam Alien Vairus Coronama Adventure (1)
Home → Forum → Komentar Cerita Pendek → Alien Vairus Coronama Adventure (1) → Post-91495
#22 | ![]() |
Nurslamet
27 Juni 2020 jam 2:56pm
 
Alien Vairus Coronama Adventure (7) "Sebelum aku membunuhmu, katakan siapa yang telah membayarmu untuk membunuh Edison?" tanya Meymei dengan tatapan berapi namun sedingin es. Ki Evros akan berbicara, namun tiba-tiba sepasang mata yang sangat besar muncul di langit. Sepasang mata merah menyala. Sebelum mereka pulih dari rasa kagetnya, gelombang panas yang teramat sangat menyerang mereka disusul dengan turunnya api dari langit. Dalam sekejap tempat mereka berdiri telah menjadi lautan api yang membakar apa saja yang ada di area itu. Amukan api berlangsung beberapa menit. Beberapa saat kemudian lautan api lenyap menyisakan kepulan asap pada tanah yang menghitam. Pohon-pohon yang menjadi arang dan bebatuan yang merah membara. Di tempat berdirinya Ki Evros terlihat setumpuk abu putih. Tidak jauh dari tumpukan abu empat tubuh melayang beberapa meter dari tanah. Edison dan Meymei berpegangan tangan. Di sekitar tubuh mereka ada kekuatan kasat mata yang mendorong benda apapun yang mendekati tubuh mereka. Kekuatan kasat mata itulah yang melindungi Meymei dan Edison dari amukan api. Tidak jauh dari Edison dan Meymei, dua tubuh berdiri melayang. Yang satu pakaiannya gosong namun kulitnya utuh dan tidak ada luka bakar sedikitpun. Yang satunya terlihat biasa-biasa saja seakan tidak pernah ditelan lautan api sebelumnya. "Api biasa tidak akan bisa membakar tubuhmu," kata Al pada Edi yang tampak shock. Beberapa menit yang lalu Edi benar-benar ketakutan. Bagaimana tidak. Dirinya secara tiba-tiba berada dalam lautan api. Edi melihat dengan jelas tubuh Ki Evros yang terbakar dan jeritan kematiannya. Dalam sekejap Edi melihat tubuh Ki Evros berubah menjadi arang dan kemudian menjadi abu. Walau dalam lautan api, anehnya mata Edi masih bisa melihat keadaan di sekitarnya. Dia juga melihat Meymei yang menyambar dan memeluk Edison. Ketika api akan reda, Meymei melepaskan pelukannya dan hanya memegangi tangan Edison. Edi juga melihat Al yang malah mengeluarkan makanan ringan dalam kemasan yang biasa dia lihat di super market atau toko-toko makanan dan memakannya dengan santai. Padahal saat itu tubuh Al dalam lautan api atau kata lain sedang di dalam api. Kok sempat-sempatnya makhluk gemblung itu ngemil. Edi melihat Al membuang bungkusan bekas makanan ringannya dan dalam sekejap bungkusan itu menyala dan menjadi abu. Edi sendiri merasa ajalnya akan tiba. Tidak pernah terlintas dalam benak Edi, bahkan di dalam mimpi sekalipun, dirinya akan berada di dalam kobaran api. Dia sedang dibakar di dalam api! Mati aku, keluh Edi di dalam hati. Edi merasa tubuhnya menjadi ringan dan tanpa bobot. Edi merasa seperti berada di ruang hampa. Tubuhnya terangkat dan melayang di permukaan tanah. Edi menyangka dirinya sudah mati dan yang melayang adalah ruhnya. Namun lagi-lagi Edi melihat Al mengeluarkan sebotol energi drink dan menenggaknya kemudian melemparkan botolnya. Dalam sekejap botol bekas energi drink terbakar dan menjadi abu. Kesadaran Edi kembali pulih. Dirinya belum mati! Edi mencubit lengannya. Sakit! Dirinya memang belum mati dan bisa tetap hidup di dalam api. Suatu hal yang luar biasa dan menjadi sensasi di hati Edi. Dia tidak mati walau dibakar di dalam api! "Sekarang kamu percaya kan bahwa tubuhmu sekuat Raden Gatot Kaca?" kata Al lagi membuyarkan lamunan Edi. Saat itu tubuh Edi masih melayang beberapa meter dari permukaan tanah dan bergerak menjauh dari Edison dan Meymei. Setiap ada hembusan angin maka tubuh Edi bergerak seakan dirinya adalah selembar daun yang melayang tertiup angin. "Ta... Tapi bagaimana cara aku turun?" tanya Edi gagap. Dirinya benar-benar tidak mengerti dengan keadaannya sekarang. "Itu Ajian Kapas Sutra. Bila di planet bumi ajian itu adalah versi terbaru dari Saipi Angin," terang Al. "Sapi Angin?" "Bukan Sapi Angin, dodol. Saipi Angin. Kau ini tidak pernah baca cersil ya?" radang Al. "Cara gue turun gimana?" tanya Edi frustasi. Apalah artinya dia memiliki ajian itu bila tidak tahu cara memakainya. "Bentar aku lihat dulu buku panduan manualnya soalnya aku juga agak lupa gitu," kata Al sambil mengeluarkan sebuah buku dari balik bajunya. Di sampul buku tertulis: Buku Panduan Manual Ajian Kama Sutra dan gambar lelaki dan perempuan yang tanpa busana. "Astaga!" Al terkejut. "Maaf, bro. Salah ambil," kata Al lagi dengan wajah memerah. Buku yang dipegang Al lenyap dan berganti buku kecil yang di sampulnya ada tulisan: Buku Panduan Manual Ajian Kapas Sutra. Edi hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan Al... |