Post 57 dari 66 dalam Alien Vairus Coronama Adventure (1)
Home → Forum → Komentar Cerita Pendek → Alien Vairus Coronama Adventure (1) → Post-91588
#57 |
Nurslamet
9 Juli 2020 jam 6:56pm
 
Alien Vairus Coronama Adventure (20) Hutan Bambu Kuning.... Di tengah lebatnya hutan bambu kuning sebuah rumah panggung berdiri dengan kokohnya. Bila dilihat dari atas rumah panggung itu tidak terlihat karena tertutup pucuk-pucuk bambu kuning yang seperti sengaja menutupi atap rumah panggung agar tidak terlihat oleh orang-orang yang melintas di atasnya. Di planet Mubi burung raksasa adalah kendaraan umum yang banyak digunakan. Burung raksasa lebih populer daripada kuda atau kendaraan sejenis. Kelebihan burung yang bisa terbang adalah bisa menjangkau atau mendatangi tempat-tempat yang sulit dicapai oleh kendaraan lain seperti kuda dan pedati atau kereta kuda. Penghuni rumah panggung itu seperti sengaja menyembunyikan diri dari dunia luar. Selain atap rumah yang ditutupi pucuk-pucuk bambu, tidak ada jalan yang bisa dilalui untuk menuju ke rumah panggung itu. Lalu bagaimana penghuni rumah keluar dan masuk? Siang itu, di atas Hutan Bambu Kuning terbang seekor burung raksasa berwarna hitam. Bila melihat dari paruh dan cakarnya burung itu mirip elang, namun sejatinya bukan. Di planet Mubi hidup ratusan spesies burung raksasa. Mereka hidup di puncak-puncak gunung dan tempat tersembunyi lainnya yang sulit dijangkau. Perburuan besar-besaran burung raksasa oleh para pendekar berilmu tinggi yang bekerja sama dengan para pawang profesional membuat beberapa spesies yang masih tinggal di alam bebas menjadi semakin sedikit dan sulit ditemukan. Para pendekar berilmu tinggi dan para pawang yang mengkhususkan diri menangkap burung raksasa liar untuk dijinakan kemudian dijual dengan harga yang cukup tinggi adalah profesi yang terhormat di planet Mubi. Hasil tangkapan mereka yang sudah dijinakan dan bisa dikendarai orang lain banyak diminati oleh para bangsawan dan kaum berduit. Harga yang mahal masuk akal karena untuk menangkap dan menjinakannya diperlukan sumber daya yang tidak sedikit. Di samping tentu saja mempertaruhkan nyawa karena sebelum bisa dijinakan para burung adalah makhluk liar yang buas dan bisa membunuh siapa saja yang berani mengusiknya. Selain dari para pemburu profesional, burung raksasa bisa diperoleh dari hasil berburu sendiri. Burung raksasa para pendekar sakti kebanyakan dari hasil berburunya sendiri. Kita kembali ke burung raksasa hitam yang terbang berputar-putar di atas Hutan Bambu Kuning. Di punggungnya duduk dua remaja putera dan puteri. Mata mereka dengan jeli mengawasi dan memindai keadaan di angkasa. Sebelum turun mereka harus memastikan tidak ada yang mengikuti atau mengawasi mereka. "Sepertinya tidak ada yang mengikuti atau mengawasi kita, Meymei..." kata remaja putera yang tidak lain adalah Edison dan remaja puteri adalah Meymei. "Iya. Kita aman dan bisa turun," sahut Meymei. Usai berkata, Meymei bersiul tiga kali dengan siulan menirukan suara burung. Beberapa saat kemudian di bawah terlihat pucuk-pucuk bambu kuning bergerak menjauh atau lebih tepatnya terbuka dan sebuah rumah terlihat. Burung yang dikendarai Meymei menukik turun dan mendarat di depan rumah. Sesaat setelah kaki burung menginjak tanah, pucuk-pucuk pohon bambu kuning kembali menutup. Meymei dan Edison melompat turun. Di depan pintu rumah panggung telah berdiri seorang wanita dewasa berpakaian serba putih. Rambutnya disanggul rapi. Pakaian putihnya dari sutra bersulam benang emas yang membentuk aneka bunga. Usia wanita itu susah ditebak. Walau terlihat seperti wanita berusia 40 tahun, tetapi usia sebenarnya kemungkinan lebih dari itu. "Bunda!" seru Meymei sambil menghambur ke pelukan wanita dewasa yang berdiri di ambang pintu. Sesaat mereka berpelukan. "Bunda bersyukur kalian selamat," kata wanita dewasa itu sambil melirik Edison. "Salam Ibu Ratu," kata Edison sambil menjura. Sikap Edison begitu takzim pada wanita dewasa yang dipanggil bunda oleh Meymei. "Ayo masuk!" ajak wanita dewasa itu sambil duluan masuk diikuti Meymei dan Edison. Keadaan di dalam rumah tertata rapi. Lantai beralaskan karpet hijau. Ada beberapa kursi, meja dan rak buku. Dua kamar tidur. Ruang tamu dan dapur. Tirai penutup pintu kamar dari sutra berenda. Begitu juga tirai penghalang dapur. Beberapa buku tersusun rapi di rak buku. Kebanyakan buku adalah buku novel cerita silat. Di sampul salah satu buku tercetak nama pengarang dan judulnya. Nur S. Sada. Di bagian paling bawah buku ada keterangan: Cerita dalam novel ini berdasar bacaan yang tayang di indozone. Edison dan Meymei duduk di kursi menghadap meja pualam putih yang begitu bening hingga bayangan mereka terlihat di permukaan meja seakan mereka sedang bercermin. |