Post 60 dari 66 dalam Alien Vairus Coronama Adventure (1)
Home → Forum → Komentar Cerita Pendek → Alien Vairus Coronama Adventure (1) → Post-91595
#60 |
Nurslamet
12 Juli 2020 jam 3:44pm
 
Alien Vairus Coronama Adventure (23) "Ananda suka tempat ini. Sejuk dan tersembunyi. Bila kita bertarung di sini maka tempat ini akan rusak. Mari ikuti ananda!" kata Al sambil menjejakan kaki ke tanah dan seketika tubuhnya melesat bagai roket menerobos pucuk-pucuk pohon bambu kuning dan terus melesat ke angkasa. Setelah mencapai ketinggian tertentu, Al berhenti di udara. Tubuhnya berdiri tegak seakan sepasang kakinya menapak di tanah. Al celingukan karena wanita dewasa itu tidak mengikutinya. "Sial, dia tidak mengikutiku!" gerutu Al. Tapi baru saja kata-katanya selesai, Al hampir tersungkur karena kagetnya. Di depan Al, dalam jarak sekitar satu meter, wanita dewasa itu sudah berdiri. Wajahnya yang cantik sedingin salju. "Astaghfirullahal azhiim," kata Al sambil mengusap dada. Jantungnya berdetak keras. Untung dirinya tidak mengidap penyakit jantung. Bila iya maka bisa dipastikan dia sudah mati karena kagetnya. Kehadiran wanita dewasa itu muncul begitu saja seakan sebelumnya dia sudah berdiri di situ tapi Al tidak melihatnya. "Mari Bunda kita mulai acara pertarungan kita," kata Al sambil melompat mundur kemudian menarik nafas dalam-dalam. Sekujur tubuh Al terlihat seperti di selimuti kabut tipis transparan. Al melompat dan berlari mengelilingi wanita dewasa. Semakin lama gerakan Al semakin cepat. Setelah mencapai kecepatan tertentu, Al melompat menerkam wanita dewasa. Kedua tangan Al terbuka dan jari-jarinya menekuk bersiap mencakar. Gerakan Al seakan meniru harimau yang menerkam mangsanya. Wanita dewasa tidak bergeming. Bergerakpun tidak. Dia seakan tidak peduli dirinya sedang diserang. Namun ketika Al akan mencapai dirinya, dia menggerakan tangannya meninju Al yang masih beberapa meter lagi dari tubuhnya. Adegan selanjutnya sukar dilihat karena cepatnya kejadian. Ledakan dahsyat menggema. Tubuh Al terdorong mundur seratusan meter dan membentur sesuatu di udara. Ledakan dahsyat kembali menggema. Tubuh Al terpental ke bawah dan jatuh bak meteor. Entah kebetulan atau tidak, posisi jatuhnya sama persis di tempat pertama dia jatuh. Bedanya kali ini Al mendarat mulus. Sesaat setelah dia menerobos pucuk-pucuk pohon bambu kuning, tubuh Al melayang dan mendarat di depan dua pasang remaja yang masih berdiri di tempatnya dengan sikap kaku. Mereka seperti tidak tahu apa yang harus dilakukan. "Bunda Ratu bertemu musuh besarnya, tapi kalian jangan khawatir. Aku yakin Bunda Ratu bisa bertahan," kata Al pada Meymei dan Edison. "Sekarang mari kita masuk. Aku sudah menyegel tempat ini sampai pertarungan selesai jadi tempat ini aman dan bisa bertahan dari gelombang kejut yang bisa saja timbul akibat pertarungan mereka," kata Al dan bak tuan rumah dia duluan masuk dan duduk di kursi yang beberapa saat yang lalu di duduki wanita dewasa. Edison dan Meymei saling pandang sesaat, namun akhirnya mereka masuk mengikuti Al dan duduk di kursi yang sebelumnya mereka duduki. Edi dan Lie Na pun masuk dan duduk di dua kursi di samping Al. "Aku harap yang salah paham cukup Bunda Ratu saja. Kita sahabat. Jadi percayalah padaku. Kami murni jatuh karena kecelakaan dan tidak ada maksud bertemu kalian, apalagi membunuh Bunda Ratu. Bila akhirnya kami bertiga sampai di sini itu karena takdir. Kita sepertinya ditakdirkan kembali bertemu dengan cara seperti ini. Apa kalian berdua mengerti dan percaya padaku?" tanya Al sambil menatap Edison dan Meymei bergantian. Sejenak Edison menatap balik Al. Seperti yang diceritakan pada chapter di awal cerita ini bila Edison bisa membaca seseorang berbohong atau tidak, tulus atau tidak dan punya maksud jahat atau tidak dari bahasa tubuh dan sorot mata seseorang. Di sorot mata dan bahasa tubuh Al, Edison tidak mendeteksi adanya kebohongan, manipulasi atau rekayasa. Semua terlihat alami dan apa adanya. Maka tanpa ragu Edison berkata: "Iya, aku percaya padamu!" "Good! Kamu Meymei?" tanya Al pada Meymei. Sejenak Meymei terdiam dan mencoba menggunakan nalurinya untuk mendeteksi apakah Al bisa dipercaya atau tidak. Naluri Meymei yang tajam tidak menemukan ada maksud jahat pada diri Al terhadap dirinya dan Edison. Maka diapun tanpa ragu menjawab pertanyaan Al: "Aku percaya!" "Good! Sekarang sambil menunggu Bunda Ratu kembali, kita nikmati dulu apa yang ada," kata Al sambil meraih camilan kemudian memakannya. |