Home → Forum → Komentar Bacaan → NAGA BHUMI MATARAM II: NAGA EMPAT BIDADARI
Komentar untuk NAGA BHUMI MATARAM II: NAGA EMPAT BIDADARI
#41 | ![]() |
Brawijaya2007
5 November 2013 jam 7:39pm
 
Hebat Mas Pramono, Salut saya sama jalan cerita, sejarah dan human anatomy and power. ini ada 1 pertanyaa tentang tenaga Mpu Agni Jaya dan Pangeran Abhinaya. Kalo nggak salah inget, Arga itu pernah tempur dengan Pangeran ini di Chandrakapala. Sepertinya ini ada kesamaan sifat antara si Mpu dan pengeran. Saya menebak ini karena Arga tidak kaget atau bingung saat melihat Mpu Agni Jaya memakai sumpah 5 siwa menjadi raksasa menyerang. Keep up the good work mas ! Cheers, Brawi |
#42 | ![]() |
onomarp
5 November 2013 jam 9:00pm
 
Dear Brawijaya2007 Benar! Pangeran Abhinaya atau Abhipraya pernah bertempur dengan Arga... dua kali. Pertama, di tempat ketika Arga membuktikan kekuatan Curirana. Di sana Arga mendapat keberuntungan bahwa tenaga dalamnya mendapatkan kelengkapan Aryasatya Samudra (Samudera Kemuliaan) puncak tertinggi dari Carmi Samudra (Samudera Kaca), satu dari empat mustika. Kedua, di bukit di mana Arga berlaga dengan Mpu Geni Jaya, kembali Arga bertarung dengan Pangeran Abhinaya atau Abhipraya. Karena tidak mungkin menaklukan Arga melalui Aryasatya Samudra (Samudera Kemuliaan) atau Carmi Samudra (Samudera Kaca), Pangeran Abhinaya atau Abhipraya melepaskan apa yang disembunyikannya Manila Widyutmala Tebah (Pukulan Mata Petir Intan Biru)... petir dan intan menjadi kata kunci, karena keduanya mengakar pada kata yang sama "vajra" yang sangat berkaitan dengan akar kata aliran "Vajrayana"... Nah, sebenarnya sangat menarik mendalami tokoh Pangeran Abhinaya atau Abhipraya, selain dua sisi pribadinya, juga latarbelakangnya! Tokoh Pangeran Abhinaya atau Abhipraya mengakar pada Wangsa Syilendra... saudara dari Abhirama (Samaratunggadewa)... dan lama menetap di Suarnadwipa sebelum kembali ke Yawadwipa. Trah Syilendra merupakan pemeluk Buddisme, namun saya yakin tidak kedap memadu dengan Hinduisme... Pada tokoh Pangeran Abhinaya atau Abhipraya, perpaduan itu pun ingin ditampilkan... ia mengenal betul Hinduisme sebagaimana mengemuka lewa tAryasatya Samudra (Samudera Kemuliaan) atau Carmi Samudra (Samudera Kaca... di sisi lain, ia juga seorang Buddhisme dengan Manila Widyutmala Tebah (Pukulan Mata Petir Intan Biru) miliknya... Yang perlu diperkenalkan di sini bahwa Tantrayana atau Vajrayana yang mengemuka dalam Buddisme memiliki dua cabang atau sekte... sekte kanan dan sekte kiri. Tantrayana “jalan kanan†(menghindari praktik ekstrem, mencari-cari pengertian yang mendalam dan pembebasan melalui asketisme) harus dibedakan dari Tantrayana “jalan kiri†(black magic dan ilmu sihir). Tantrayana “jalan kananâ€, bhakti atau penyerahan diri memegang peranan sangat penting; dan lebih daripada itu, bhakti cenderung menolak dunia material. Sedangkan Tantrayana “jalan kiri†mempunyai kecenderungan sangat berbeda. Ia berusaha keras menguasai aspek-aspek kehidupan yang mengganggu dan mengerikan, seperti kematian dan penyakit. Untuk mengatasi hal tersebut, eksistensi kekuatan keraksasaan (demonic) “jalan kiri†membuat kontak langsung di hal-hal yang mengerikan, seperti racun, tenung, pemujaan dan sebagainya. Manila Widyutmala Tebah (Pukulan Mata Petir Intan Biru) memang masih mengakar pada Tantrayana atau Vajrayana, namun yang bergerak pada jalur kiri! Sumpah Lima Siwa juga mengakar pada Tantrayana atau Vajrayana, tentu memiliki sifat dan ciri yang serupa dengan Manila Widyutmala Tebah (Pukulan Mata Petir Intan Biru), sekalipun Sumpah Lima Siwa bergerak pada Tantrayana atau Vajrayana di jalur kanan! Thx |
#43 | ![]() |
dewaile_46
6 November 2013 jam 4:53am
 
Smoga di perbanyk.. Ceritanya.... |
#44 | ![]() |
rz_aziz
6 November 2013 jam 6:25am
 
Trims mas Prams...... telah berbagi cerita yang sangat apik. |
#45 | ![]() |
Alakulihal
6 November 2013 jam 7:26am
 
Keren. |
#46 | ![]() |
onomarp
6 November 2013 jam 9:32am
 
Cerita yang diupload adalah bab per bab BNM II: NAGA EMPAT BIDADARI... mudah-mudahan bisa diterbitkan! |
#47 | ![]() |
h3nsutheja
7 November 2013 jam 9:12am
 
Aku pesen mas... bnm 2-nya..... kapan terbitnya? |
#48 | ![]() |
dewaile_46
8 November 2013 jam 4:57am
 
Waahhhh ok banget... |
#49 | ![]() |
azul
8 November 2013 jam 6:25am
 
Lanjutkan secepatnya |
#50 | ![]() |
azul
8 November 2013 jam 6:25am
 
Lanjutkan secepatnya |
#51 | ![]() |
Alakulihal
8 November 2013 jam 6:44am
 
Alakulihal pembaca setia tulisan om EL Pramono |
#52 | ![]() |
patihtiup
8 November 2013 jam 1:40pm
 
ditunggu bukunya mas |
#53 | ![]() |
sigith
9 November 2013 jam 6:43pm
 
wuiiih.....makin seru suhu, tapi lebh kangen ma si bajug sich..... |
#54 | ![]() |
onomarp
9 November 2013 jam 11:04pm
 
Yth Sigith... Terima kasih sudah merindukan Bajug... namun sayang Bajug terpaksa dihentikan dahulu karena BNM II: NAGA EMPAT BIDADARI sangat menguras waktu dan ketelitian... selain harus merangkai cerita, setiap penggalan-penggalan membutuhkan setting dan konteks serta referensi... maklum BNM II: NAGA EMPAT BIDADARI tidak ingin jatuh ke dalam cerita epik heroik yang klise... jagoan dengan jurus maha hebat.. bag... big... bug... hooaakkk... lawan sudah muntah darah dan keok! BNM II: NAGA EMPAT BIDADARI mencoba memberi kesegaran dalam cerita epik heroik sekaligus membuka pengenalan atau pengetahuan terhadap sejarah, fakta alam atau apa yang berlangsung sehari-hari... Sekali lagi mohon maaf terpaksa menunda kehadiran Bajug untuk beberapa lama... Semoga NBM II:NAGA EMPAT BIDADARI sementara ini dapat mengobati kerinduan kepad Bajug... BTW, lewat Mas Sigith ini juga, saya mohon komentar dan tanggapan pembaca sekalian apakah NBM II:NAGA EMPAT BIDADARI telah mampu menghadirkan cerita epik heroik yang memberi kesegaran dan bernuansa baru... Salam |
#55 | ![]() |
gigih
10 November 2013 jam 12:31am
 
Saya salut dengan mas Pram. Sejauh saya membaca tulisan2 mas Pram, saya selalu berdecak kagum. Sebab pengetahuan tentang Hinduism, dan Buddhism yang mengemuka pada saat itu diolah dengan teliti dan disajikan dengan otentik. Saya sangat berharap hal ini dilanjutkan. Bahkan jika perlu, kisah epik ini menjadi gambaran kondisi masa lalu. Namun demikian, ada hal yang membuat saya penasaran. Bukankah wangsa Syailendra itu banyak yang menganut Buddha Mahayana ya mas? Sedangkan pembahasan mas Pram tentang Buddha Vajrayana dan setahu saya saat ini lebih dikenal dengan aliran Tantrayana. Aliran yang mengutamakan kekuatan batin dengan meditasi dan pencapaian Jhana2 dari Jhana 1-4 lalu Arupa Jhana 1-4. Pencapaian Jhana2 itu akan membuat kita bahkan kebal terhadap senjata tajam, dll. Bermacam kesaktian bisa diperoleh. (sekedar sharing aja, hehe...) Terkait tentang Mahayana atau Vajrayana, ini dua aliran yang berbeda perkembangannya. Vajrayana di Tibet, sedang Mahayana di Cina daratan. Nah, apakah memang demikian yang terjadi pada masa Mataram Kuno kala itu. Sebab dipelajaran Sejarah tingkat SMA, kerajaan Sriwijaya (era setelah Mataram Kuno) itu menganut Buddha Mahayana. Apakah memang ada pergeseran perkembangan aliran Buddha dari Mataram ke Sriwijaya? Maaf mas kalo pertanyaan saya ngelantur. hehe... |
#56 | ![]() |
dewaile_46
10 November 2013 jam 2:34am
 
Lanjut terussss |
#57 | ![]() |
ysn26
10 November 2013 jam 4:26am
 
makasih... |
#58 | ![]() |
andelumut
10 November 2013 jam 8:28am
 
Salut suhu pram,tetap semangat menggoreskan pena....siap setia menunggu.... |
#59 | ![]() |
zuae
10 November 2013 jam 8:35am
 
Respect for Arga n' 4 Bidadari(Naga Bhumi Mataram I&II). Meskipun ane fans, penggila numero unonya Bajug Anggakaranya si Bajug, tetep semua karya Master Pram yg lainnya gak kalah super dn kerennya ama si Bajug terutama Arga pd sequel ke 2 ini feel, taste, detail, deskripsinya pas banget d lidah hehe, lebih menggebrak dn membahana sampai k luar angkasa haha.. |
#60 | ![]() |
onomarp
10 November 2013 jam 3:37pm
 
PENGANTAR HINDU, BUDDHA & SINKRETISME Hinduisme Ajaran Buddha Theravada – Mahayana, bukan Mahayana – Hinayana Tantrayana: Mantrayana, Vajrayana dan Sahajayana Persaingan vs Penyatuan Sinkretisme Hinduisme-Buddhisme: Sivabuddha Sivabuddha Di Nusantara Mas Gigih yang terhormat, memang wangsa Syailendra (di Suarnadwipa maupun di Yawadwipa) adalah penganut Buddha. Saya meragukan bahwa mereka merupakan penganut Buddha Mahayana, mengapa? Saat wangsa Syailendra muncul sebagai wangsa berkuasa berlangsung pada abad ke-7 atau kurang sedikit dari abad ke-7. Nah, pada abad itu telah terjadi metamorfosa terhadap Mahayana ke dalam Tantrayana, entah Mantrayana entah Vajrayana (Sahajayana?). Tentu, Tantrayana (entah Mantrayana entah Vajrayana) saat itu jauh lebih mengemuka atau tenar ketimbang hanya sekedar Mahayana… karenanya, lebih baik atau cocok menafsirkan wangsa Syailendra sebagai penganut Buddha Mantrayana atau Buddha Vajrayana ketimbang penganut Buddha Mahayana! Mengacu padan trend yang saat itu mengemuka… abad ke-6 dan ke-7 hingga memuncak pada tahun 750-an… Buddha Vajrayana sedang “hot†di banyak negeri. Nah, setting kisah Jalan Naga ada pada tahun 786 M, sementara kisah Naga Bhumi Mataram ada pada tahun 877M… maka merupakan suatu common sense, faham Buddhisme yang mengakar pada dua kisah tadi dikaitkan dengan faham Buddha Vajrayana… Buddha Vajrayana mengalami perkembangan dan kemapanannya di Tebet, dengan munculnya tidak terbilang sekte, biasanya digolongkan ke dalam sekte besar dan kecil. Sekte besar antara lain Nyimapa (merah), Sakyapa (kembang), Kagyudpa (putih), dan Gelugpa (kuning). Sedangkan sekte kecil, antara lain Shijepa, Zhibyepa, Chonangpa, Shalupa, dan Bonpa (hitam). Mengingat banyaknya sekte, ajaran Buddha Vajrayana sebenarnya sangat kompleks dengan berbagai variasi. Pada dasarnya, ajaran Vajrayana tertuju pada upaya mencapai kesempurnaan dalam pencerahan dengan tubuh fisik saat ini, di kehidupan ini juga, tanpa harus menunggu hingga kalpa-kalpa yang tak terhitung. Oleh karena tujuan akhir inilah, di dalam Vajrayana ditemui metode-metode esoterik yang dengan cepat bisa membawa seseorang ke sana. Apa yang Mas Gigih sebutkan… di mana Vajrayana mengutamakan kekuatan batin dengan meditasi dan pencapaian Jhana2 dari Jhana 1-4 lalu Arupa Jhana 1-4. Pencapaian Jhana2 itu akan membuat kita bahkan kebal terhadap senjata tajam, dll. Bermacam kesaktian bisa diperoleh… merupakan satu bentuk dari ajaran faham Buddha Vajrayana. Raja dan pemerintah Sriwijaya di Suarnadwipa mempunyai hubungan yang rapat dengan pendita-pendita dan sami-sami Buddha pada zamannya. Bukan itu sahaja, pemerintah Srivijaya turut memainkan peranan membina kuil-kuil bukan hanya di dalam kawasan pemerintahannya, malah ada kuil yang dibina khusus untuk orang-orang Srivijaya yang menyambung pelajaran ke Nalanda, sebuah pusat pengkajian agama Buddha yang amat terkemuka dan sangat terkenal sejak abad kelima hingga ke-12 dengan perpustakaannya yang menyimpan beribu-ribu manuskrip dan kitab-kitab suci berkaitan dengan agama Buddha. Ketika Nalanda berkembang sebagai pusat pendidikan agama Buddha, banyak biksu dari berbagai negari mengunjunginya, termasuk dari negeri Tibet, Cina dan Sriwijaya (nusantara). Saya menyakini bahwa Buddha Vajrayana yang sedang “hot†pada periode abad ke-7 dan ke-9 M pun menjadi buah bibir di Nalanda… yang keberadaannya kemudian “go internasional†hingga ke Sriwijaya. Jika semua mengemuka tafsiran bahwa wangsa Syailendra sebagai penganut Buddha Mantrayana atau Buddha Vajrayana ketimbang penganut Buddha Mahayana… kini tafsiran itu pun bergeser bahwa wangsa Syailendra di Suarnadwipa lebih cocok menganut Buddha Vajrayana yang sedang menjadi buah bibir di Nalanda… Apakah ada pergeseran aliran Buddha dari Mataram ke Sriwijaya? Ini tergantung bagaimana menganalisa dan menafsirkan asal usul Wangsa Syailendra yang dikatakan sebagai penguasa penganut Buddhisme. Istilah Sailendrawangsa di jumpai pertama kali di dalam prasasti Kalasan (778 M). Kemudian istilah itu muncul pula di dalam prasasti dari desa Kelurak (782 M) di dalam prasasti Abhayagiriwihara dari bukti Ratu (792 M), dan di dalam prasasti (824 M). Yang amat menarik perhatian ialah bahwa istilah Sailendrawangsa itu muncul pula di luar Jawa, yaitu di dalam prasasti Ligor B, Nalanda dan Leyden plates. Ditambah dengan kenyataan bahwa ada beberapa nama wangsa di India dan daratan Asia Tenggara yang sama artinya dengan Syailendra, yaitu raja gunung, kemudian menimbulkan beberapa teori tentang asal usul wangsa Syailendra di Yawadwipa. Pendapat pun mengemuka, salah satunya teori nusantara. Teori Nusantara mengajukan pandangan wangsa Syailendra berasal dari kepulauan Nusantara, terutama Suaranadwipa atau Yawadwipa sebagai tanah air wangsa ini. Teori ini mengajukan bahwa wangsa Sailendra mungkin berasal dari Suaranadwipa yang kemudian berpindah dan berkuasa di Yawadwipa, atau mungkin wangsa asli dari pulau Yawadwipa tetapi mendapatkan pengaruh kuat dari Sriwijaya. Jika wangsa Sailendra dianggap berasal dari Suaranadwipa, maka tidak terjadi pergeseran… sebaliknya jika wangsa Sailendra asli Yawadwipa bisa jadi terjadi pergeseran sekalipun kecil kemungkinan itu terjadi. Salam |