Sekedar Renungan

HomeForumGeneral discussionsSekedar Renungan


#21
eeyore 21 April 2004 jam 1:17pm  

Ingin Dicintai atau Mencintai?

Bukan tebak-tebakan atau undian keberuntungan, bila kita disuruh memilih, mencintai atau dicintai.
Wah...., pertanyaan sederhana, namun jawabannya ibarat buah simalakama. Bayangkan bila kita mencintai orang yang tidak pernah mencintai kita. Pahit kan? Sebaliknya, dicintai orang yang nggak pernah kita harapkan, apa juga menyenangkan?

Layaknya kisah dalam sinetron, Meta tulus mengasihi Roy. Sejak dia mengenal cowok itu pertama kali, cewek pendiam ini nggak mau berpaling lagi. Jangankan berpaling, dengar salam cowok lain saja, ogah. Pokoknya cinta mati deh. Kapan pun Roy membutuhkan dukungan, gadis berambut panjang ini selalu ada. Meski kadang, kelakuan cowok itu sedikit temperamental. Sulit ditebak. Tiba-tiba saja, dia kelihatan menggandeng cewek lain. Toh, Roy nggak pernah menyatakan cinta atau pacaran dengan Meta. Nah lho! Sekali dua kali, Meta pandai menghibur dirinya sendiri. Ah, namanya juga cinta. Artinya dia harus rela berkorban, tulus dan tanpa berharap balasan apa-apa. Bagi Meta, bila dia sudah memiliki hati yang tulus untuk mencintai, berarti dia sudah siap menerima segala konsekuensinya.

Kocak lagi kisah Tika. Dia sampai panik, harus berulangkali menghindari Tony. Cowok itu memang suka padanya sejak mereka beberapa kali sering pulang ekskul bareng. Celakanya, Tika sama sekali tidak tertarik. Padahal apa saja yang dia butuhkan, selalu dipenuhi Tony. Antar jemput ke sekolah, buku pelajaran, CD baru bintang kesayangannya, sampai masalah sekecil apa pun masuk dalam pengamatan Tony. Cowok itu, ibarat permen karet yang selalu ada di mana cewek ini berada. Perhatiannya pun kelihatan tulus, nggak berpura-pura dan rasa sayang cowok itu pun kelihatan dalam. Duh...seharusnya, Tika tersanjung dong. Tapi nggak tuh! Justru cewek ini tersiksa, karena dia nggak pernah mencintai Tony. Bingung kan?

Biar adil, kita obrolin saja dua dilema ini. Antara mencintai dan dicintai. Pilihan sulit, tapi suatu saat kamu pasti menghadapinya. Nggak perlu panik, ada banyak tanda yang bisa kamu baca dan alternatif apa yang sebaiknya kita lakukan.

Karena cinta memang bukan "barang" yang bisa kamu hitung dengan mesin kalkulator, lalu menghasilkan jawaban: untung atau rugi. Mencintai Ingat kan, tembang Mencintaimu yang dilantunkan Krisdayanti. Yess! Lagu itu membuat hati kita berdarah-darah. Sungguh, kebahagiaan dan kebanggaan tersendiri, bila kita bisa mencintai seseorang tanpa pamrih. Rasa itu ada, tanpa perlu kamu rekayasa. Nggak perlu dikaitkan dengan materi, fisik yang sempurna atau imbalan yang nanti akan kita dapatkan.

Karena perasaan ini, alamiah banget, bisa dialami oleh siapa saja. Masalahnya, bila kamu mencintai seseorang, pasti ada banyak konsekuensinya dong. Perhatiin deh, soal:

a. Ikhlas
Yang jelas, mencintai seseorang butuh keikhlasan. Apa bener, kamu ikhlas, bila ternyata dia rasa sayangnya tidak sebesar rasa sayangmu pada dia? Apa kamu rela, menolong dia ketika menghadapi masalah apa pun, tanpa ada bayangan kamu akan memperoleh balasan yang sama?

b. Obyektifitas
Cinta nggak boleh membuat kamu terlena, justru tetap siaga. Kamu bisa memilah-milah hal yang positif dan negatif. Jika kamu mencintainya, pasti kamu pun nggak ingin dia melakukan hal negatif yang merugikan dirinya sendiri kan? Misalkan doi mengajak kamu mabuk-mabukan, karena mencintainya, kamu pun mengiyakan saja. Wah, jangan dong. Justru karena kamu tulus mencintainya, kamu harus ingatkan dia. Meski dia marah-marah, toh itu demi kebaikannya. Ya nggak?

c. Tanggung jawab
Boleh kok, kamu mencintai seseorang dalam banget. Tapi tetap bertanggungjawab lho. Jangan langsung pasrah, mau apa saja oke. Nggak ada deh, kamus itu. Kalau pun dia juga mencintai kamu, pasti dia mengharapkan kamu pun dalam keadaan terbaik.
d. Posesif
Ada perasaan khawatir berlebihan, memang. Apalagi kalau si dia banyak yang menyukai, doyan gaul dan aktif di berbagai kegiatan. Nggak perlu berlebihan, kamu mengawasinya. Bahkan kemudian mengecek selalu posisi dia, apa saja yang dilakukan seharian tadi, sampai detil. Lama-lama doi gerah lho. Kamu kan bukan satpamnya.

e. Perbedaan
Sadari adanya perbedaan di antara doi dan dirimu. Pasangan yang sudah bertahun-tahun berumahtangga saja, pasti ada nggak cocoknya. Apalagi kamu yang baru mengenal doi. Jangan cepat-cepat menvonis, kalau kamu cinta matinya dan dia terlalu sempurna di matamu. Hati-hati deh. Kamu terima satu-satu, apa saja yang membuat jarak di antara kalian itu ada. Bila kenyataannya nggak mungkin dilewati, kamu tetap mau menjadi "korban" nggak?

f. Kritis
Orang bilang, kalau sudah cinta, beras mentah pun dianggap berlian. Kita wajib kritis lho, meski berhadapan dengan orang tercinta. Bila ada perlakuan tidak seimbang, berlebihan dan kelewatan, harus dikomentari tuh. Misalkan, doi mulai main tangan atau menvonis kamu A,
B, C dan sama sekali nggak seperti yang kamu bayangkan. Tegas deh, lurusin dulu hal ini, sebelum kamu kena kanker paru-paru!

g. Sabar
Sabar, kunci akhir bila kamu mencintai seseorang. Jangan membayangkan keajaiban, sekejab dia akan mencintaimu juga. Waktu akan berbicara. Perlahan-lahan, bila dia membuka mata hatinya, pasti ada kesempatan untuk dia menerima cintamu. Bila kesabaran kamu habis, ya...siap-siap membuka lembar yang baru. Toh, dunia nggak sedaun kelor kok...Don't give up! Paling tidak, kamu patut bersyukur, bisa mencintai orang dengan tulus dan apa adanya.

Sumber: Unknown (Tidak Diketahui)

#22
hey_sephia 21 April 2004 jam 5:32pm  

Aku setuju ama kata2 "Lebih baik dicintai daripada mencintai".
Mencintai dengan segenap hati, ada 2 kemungkinan fatal:
1. orang yg dicintai ngga mencintai kita.
Ini mah ngga begitu parah sebetulnya. Tiap orang punya hak untuk mencintai. Dia ngga suka, ya udah pede aja lagi :D
2. orang yg dicintai mencintai kita juga, tapi karena satu & laen hal, cinta tetep aja kandas.
Nah ini malah lebih sakit daripada yg pertama...

Mencintai itu menurutku membutuhkan terlalu banyak energi, and belon tentu hasilnya kita suka. Lebih baik dicintai, dan kalau kita liat orang itu tulus, barulah kita belajar mencintai orang tsb, pelan-pelan. No hurry. Toh orang itu sudah jelas2 mencintai kita. Belajar mencintai orang yang jelas2 mencintai kita itu jauh lebih mudah. Less tears, less heart broken, more happiness.. Kalau kemungkinan nomer 2 terjadi juga, tetep aja less tears, less heart broken..

#23
Jojon 21 April 2004 jam 8:35pm  

Tapi akibatnya kalo semua orang nunggu dicintai, ngga ada yg mencintai dong ? :D

#24
eeyore 22 April 2004 jam 6:38am  

Gue rasa khususnya ce yg mendingan dicintai drpd mencintai. Klu ce ga cinta tp suka lama2 bisa cinta, bahkan yg ga suka aja klu co nya pinter ambil ati jg bisa cinta. Tp klu co, biar cenya nangis darah jg belon tentu co nya mao, sebab co nya emang ga cinta.

menjawab pertanyaan jojon, co dulu yg kudu mencintai ce, baru ce nya cinta balik ke co, cuma yah krn populasi co di dunia lebih dikit, klu ada ce nya punya "semangat '45" jg sah2 aja, lagian ga bisa jg generalisasi semua co tuh ga bisa mencintai balik ce yg cinta duluan ama dia... :doh: sok expert deh... :meditate:

#25 avatar
andrea7974 22 April 2004 jam 9:56am  

hey_sephia menulis:
Aku setuju ama kata2 "Lebih baik dicintai daripada mencintai".
Mencintai dengan segenap hati, ada 2 kemungkinan fatal:
1. orang yg dicintai ngga mencintai kita.
Ini mah ngga begitu parah sebetulnya. Tiap orang punya hak untuk mencintai. Dia ngga suka, ya udah pede aja lagi :D
2. orang yg dicintai mencintai kita juga, tapi karena satu & laen hal, cinta tetep aja kandas.
Nah ini malah lebih sakit daripada yg pertama...

Mencintai itu menurutku membutuhkan terlalu banyak energi, and belon tentu hasilnya kita suka. Lebih baik dicintai, dan kalau kita liat orang itu tulus, barulah kita belajar mencintai orang tsb, pelan-pelan. No hurry. Toh orang itu sudah jelas2 mencintai kita. Belajar mencintai orang yang jelas2 mencintai kita itu jauh lebih mudah. Less tears, less heart broken, more happiness.. Kalau kemungkinan nomer 2 terjadi juga, tetep aja less tears, less heart broken..

Baiknya sih saling mencintai tp soal mana duluan, mau dicintai dulu atau mencintai duluan tidak ada bedanya.

Toh cinta itu gratis....jadi kalau kita mencintai duluan..ya sudah cinta aja. Ngapain juga mengharapkan orang untuk membalas cinta kita kalau memang kita tulus cintanya kepada orang itu? Kalau selama kita mencintai orang dan mengharapkan dia balik mencintai kita, itu sih conditional love yah! I love you, because you first love me. Aku sih lebih prefer I love you because I love you! :D

Selama kalau kita tidak mengharapkan untuk balik dicintai, mencintai itu tidak membutuhkan banyak energi kok. Samalah kalau kayak kamu cinta/sayang sama binatang piaraan atau tanaman kesukaanmu. Tidak membutuhkan energi kan?

Menjawab pertanyaan Jojon: "Do to others what you want others do to you!" jadi kalau mau dicintai... mulailah mencintai lebih dulu ;)

#26
RDAK 24 April 2004 jam 10:41pm  

Keseimbangan Dunia

semua org berharap dan berusaha supaya bisa jadi yg terbaik, semua org memberi motivasi utk jadi yg terbaik, dan yg terbaik selalu dianggap lebih tinggi. Dan akhirnya, yg buruk atau tidak terbaik malah dibilang rendah. Tapi, kalo ga ada orang yg buruk / lebih rendah, gmn dunia ini bisa seimbang? Ada arsitek pinter yg gambar rumah, tapi kalo ga ada org yg ga lulus sekolah terus jadi kuli, siapa yg bakal bangunin itu rumah? Iya ga?

#27 avatar
Fatbrain 26 April 2004 jam 1:26am  

RDAK menulis:
Keseimbangan Dunia

semua org berharap dan berusaha supaya bisa jadi yg terbaik, semua org memberi motivasi utk jadi yg terbaik, dan yg terbaik selalu dianggap lebih tinggi. Dan akhirnya, yg buruk atau tidak terbaik malah dibilang rendah. Tapi, kalo ga ada orang yg buruk / lebih rendah, gmn dunia ini bisa seimbang? Ada arsitek pinter yg gambar rumah, tapi kalo ga ada org yg ga lulus sekolah terus jadi kuli, siapa yg bakal bangunin itu rumah? Iya ga?

Setuju!!!....:)

Semua ada kelebihan & kekurangan!.....kadang2 emg kita ketemu org yg pikir dia yg terbaik - yg perfect......tp..org gitu pun pasti ada kekurangan nya.....lalu spt contoh diatas (kuli)...walaupun dia gak yg paling hebat...tp kalo dia bisa kerja dgn baek....dia pun ada kelebihan nya.....i.e.:...sehat, rajin, jujur, kuat, a good worker, etc...etc....

Tapi...juga ...nothing is wrong with... "semua org berharap dan berusaha supaya bisa jadi yg terbaik".....we all should try to be the best.......but.. :no: ..never..&..never...treat others like..."yg buruk atau tidak terbaik malah dibilang rendah"....we all are the same....just human beings...:p..............................my humble opinion  ;)

#28
RDAK 27 April 2004 jam 11:17pm  

Bukan gitu maksud ku..., gini loh.. BIASANYA orang2 berpikiran seperti itu, hmm mungkin karena aku terlalu sering berkumpul dgn orang2 yg mikir begitu, hehe...

#29 avatar
Fatbrain 28 April 2004 jam 1:47am  

RDAK menulis:
Bukan gitu maksud ku...
:aha:....jadi saya salah ngerti yah!....:((

#30
hey_sephia 7 Mei 2004 jam 1:49pm  

Ini aku dapet dulu udah lama.. tapi ini hari dapet lagi.. ya udah di post aja
:D
_____________________________________

Suami saya adalah seorang insinyur, saya mencintai sifatnya yang alami
dan saya menyukai perasaan yang hangat yang muncul ketika saya bersender
di bahunya yang bidang.

Tiga tahun dalam masa kenalan dan bercumbu, sampai sekarang, dua tahun
dalam masa pernikahan, saya harus mengakui, bahwa saya mulai merasa
lelah dengan semua ini, alasan-2 saya mencintainya pada waktu dulu,
telah berubah menjadi sesuatu yang melelahkan.

Saya seorang wanita yang sentimentil dan benar-2 sensitif dan
berperasaan halus, saya merindukan saat-saat romantis seperti seorang
anak kecil yang menginginkan permen. Dan suami saya bertolak belakang
dari saya, rasa sensitifnya kurang, dan ketidakmampuannya untuk
menciptakan suasana yang romantis di dalam pernikahan kami telah
mematahkan harapan saya tentang cinta.

Suatu hari, akhirnya saya memutuskan untuk mengatakan keputusan saya
kepadanya, yaitu saya menginginkan perceraian. "Mengapa?", dia bertanya
dengan terkejut. "Saya lelah, terlalu banyak alasan yang ada di dunia
ini", jawab saya.

Dia terdiam dan termenung sepanjang malam dengan rokok yang tidak
putus-putusnya. Kekecewaan saya semakin bertambah, seorang pria yang
bahkan tidak dapat mengekspresikan perasaannya, apalagi yang saya bisa
harapkan darinya?

Dan akhirnya dia bertanya, " Apa yang dapat saya lakukan untuk merubah
pikiranmu?" Seseorang berkata, mengubah kepribadian orang lain sangatlah
sulit dan itu benar, saya pikir, saya mulai kehilangan kepercayaan bahwa
saya bisa mengubah pribadinya.

Saya menatap dalam-dalam matanya dan menjawab dengan pelan, " Saya punya
pertanyaan untukmu, jika kamu dapat menemukan jawabannya di dalam hati
saya, saya akan merubah pikiran saya. Seandainya katakanlah saya
menyukai setangkai bunga yang ada di tebing gunung dan kita berdua tahu
jika kamu memanjat gunung itu, kamu akan mati. Apakah kamu akan
melakukannya untuk saya?"

Dia berkata, " Saya akan memberikan jawabannya besok." Hati saya
langsung gundah mendengar responnya. Keesokan paginya, dia tidak ada
dirumah, dan saya melihat selembar kertas dengan coret-2an tangannya
dibawah sebuah gelas yang berisi susu hangat yang bertuliskan....
"Sayang, Saya tidak akan mengambil bunga itu untukmu, tetapi ijinkan
saya untuk menjelaskan alasannya." Kalimat pertama ini menghancurkan
hati saya. Saya melanjutkan untuk membacanya kembali.

"Kamu hanya bisa mengetik di komputer dan selalu mengacaukan program di
PC-nya dan akhirnya menangis di depan monitor, saya harus memberikan
jari-2 saya supaya saya bisa menolong untuk memperbaiki programnya."

"Kamu selalu lupa membawa kunci rumah ketika kamu keluar rumah, dan saya
harus memberikan kaki saya supaya bisa masuk mendobrak rumah ,
membukakan pintu untukmu."

"Kamu suka jalan-2 ke luar kota tetapi selalu nyasar di tempat-tempat
baru yang kamu kunjungi, saya harus memberikan mata saya untuk
mengarahkanmu."

"Kamu selalu pegal-2 pada waktu "teman baikmu" datang setiap bulannya,
saya harus memberikan tangan saya untuk memijat kakimu yang pegal."

"Kamu senang diam didalam rumah, dan saya kuatir kamu akan jadi "aneh".
Saya harus memberikan mulut saya untuk menceritakan lelucon-2 dan
cerita-2 untuk menyembuhkan kebosananmu."

"Kamu selalu menatap komputermu dan itu tidak baik untuk kesehatan
matamu, saya harus menjaga mata saya sehingga ketika nanti kita tua,
saya masih dapat menolong mengguntingkan kukumu dan mencabuti ubanmu."

"Saya akan memegang tanganmu, menelusuri pantai, menikmati sinar
matahari dan pasir yang indah,menceritakan warna-2 bunga kepadamu yang
bersinar seperti wajah cantikmu."

Juga sayangku, saya begitu yakin ada banyak orang yang mencintaimu lebih
dari saya mencintaimu.

Saya tidak akan mengambil bunga itu lalu mati."

Air mata saya jatuh ke atas tulisannya dan membuat tintanya menjadi
kabur?dan saya membaca kembali?

"Dan sekarang sayangku,kamu telah selasai membaca jawaban saya. Jika
kamu puas dengan semua jawaban ini, tolong bukakan pintu rumah kita,
saya sekarang sedang berdiri disana dengan susu segar dan roti
kesukaanmu."

Saya segera membuka pintu dan melihat wajahnya yang penasaran sambil
tangannya memegang susu dan roti.

Oh, saya percaya, tidak ada orang yang pernah mencintai saya seperti
yang dia lakukan dan mengetahui saya harus melupakan "bunga" itu
sendiri.

Itulah hidup, atau boleh dikatakan, cinta, ketika seseorang dikelilingi
dengan cinta, kemudian perasaan itu mulai berangsur-angsur hilang dan
ketika kita mengabaikan cinta sejati yang berada diantara kedamaian dan
kesepian.

Cinta menunjukkan berbagai macam bentuknya, bahkan dalam bentuk yang
sangat kecil dan dangkal, atau bahkan tidak punya bentuk, bisa juga
dalam bentuk yang tidak ingin kita ketahui.

Bunga, saat-saat yang romantis hanyalah bentuk awal dari hubungan

#31
yinyeksin 19 Mei 2004 jam 3:37pm  

Wajah Polos

Pernahkah anda menatap orang-orang terdekat anda saat ia sedang tidur?

Kalau belum, cobalah sekali saja menatap mereka saat sedang tidur. Saat itu yang tampak adalah ekspresi paling wajar dan paling jujur dari seseorang. Seorang artis yang ketika di panggung begitu cantik dan gemerlap pun bisa jadi akan tampak polos dan jauh berbeda jika ia sedang tidur. Orang paling kejam di dunia pun jika ia tidur sudah tak akan tampak wajah bengisnya.

Perhatikanlah ayah anda saat beliau sedang tidur. Sadarilah, betapa badan yang dulu kekar dan gagah itu kini semakin tua dan ringkih, betapa rambut-rambut putih mulai menghiasi kepalanya, betapa kerut merut mulai terpahat di wajahnya. Orang inilah yang tiap hari bekerja keras untuk kesejahteraan kita, anak-anaknya. Orang ini rela melakukan apa saja asal perut kita kenyang dan pendidikan kita lancar.

Sekarang, beralihlah. Lihatlah ibu anda. Hmm…kulitnya mulai keriput dan tangan yang dulu halus membelai-belai tubuh bayi kita itu kini kasar karena terpaan hidup yang keras. Orang inilah yang tiap hari mengurus kebutuhan kita. Orang inilah yang paling rajin mengingatkan dan mengomeli kita semata-mata karena rasa kasih dan sayangnya itu sering kita salah artikan.

Cobalah menatap wajah orang-orang tercinta itu: Ayah, Ibu, suami, istri, kakak, adik, anak, sahabat, semuanya. Rasakan sensasi yang timbul sesudahnya. Rasakan energi cinta yang mengalir pelan-pelan saat menatap wajah lugu yang terlelap itu. Rasakan getaran cinta yang mengalir deras ketika mengingat betapa banyaknya pengorbanan yang telah dilakukan orang-orang itu untuk kebahagiaan anda. Pengorbanan yang kadang tertutupi oleh kesalah pahaman kecil yang entah kenapa selalu saja nampak besar

Secara ajaib Tuhan mengatur agar pengorbanan itu bisa tampak lagi melalui wajah-wajah jujur mereka saat sedang tidur. Pengorbanan yang kadang melelahkan namun enggan mereka ungkapkan, dan ekspresi wajah ketika tidur pun mengungkapkan segalanya. Tanpa kata, tanpa suara dia berkata "Betapa lelahnya aku hari ini," dan penyebab lelah itu? Untuk siapa dia berlelah-lelah? Tak lain adalah suami yang bekerja keras mencari nafkah dan istri yang bekerja mengurus dan mendidik anak, juga rumah. Kakak, adik, anak, dan sahabat yang telah melewatkan hari-hari suka dan duka bersama kita.

Renungan untuk kita semua...Resapilah kenangan-kenangan manis dan pahit yang pernah terjadi dengan menatap wajah-wajah mereka...Rasakan betapa kebahagiaan dan keharuan seketika membuncah jika mengingat itu semua...Bayangkan apa yang akan terjadi jika esok hari mereka "orang-orang terkasih itu" tak membuka matanya...selamanya?

#32
yinyeksin 21 Mei 2004 jam 2:04pm  

Cerita tentang Katak Kecil

Pada suatu hari ada segerombol katak-katak kecil yang menggelar lomba melompat. Tujuannya adalah mencapai puncak sebuah menara yang sangat tinggi. Penonton berkumpul bersama mengelilingi menara untuk menyaksikan perlombaan dan memberi semangat kepada para peserta.

Perlombaan dimulai…secara jujur, tak satupun penonton benar-benar percaya bahwa katak-katak kecil akan bisa mencapai puncak menara. Terdengar suara, “Oh, jalannya terlalu sulitttt!!! Mereka TIDAK AKAN PERNAH sampai ke puncak.” Atau, “Tidak ada kesempatan untuk berhasil…menaranya terlalu tinggi…!!!” Katak-katak kecil mulai berjatuhan satu persatu kecuali mereka yang tetap semangat menaiki menara perlahan-lahan. Semakin tinggi dan semaikin tinggi…Penonton terus bersorak, “Terlalu sulit!!! Tak seorangpun akan berhasil!” Lebih banyak lagi katak kecil lelah dan menyerah…Tapi ada SATU yang melanjutkan hingga semakin tinggi dan tinggi…Dia tak akan menyerah!

Akhirnya yang lain telah menyerah untuk menaiki menara kecuali satu katak kecil yang telah berusaha keras menjadi satu-satunya yang berhasil mencapai puncak! SEMUA katak kecil yang lain ingin tahu bagaimana katak ini bisa melakukannya? Seorang peserta bertanya bagaimana cara katak itu berhasil menemukan kekuatan untuk mencapai tujuan? Ternyata…katak yang menjadi pemenang itu TULI!!!

Moral dari cerita ini adalah jangan pernah mendengar orang lain yang mempunyai kecenderungan negatif ataupun pesimis…karena mereka mengambil sebagian besar mimpimu dan menjatuhkannya darimu. Selalu pikirkan kata-kata bertuah yang ada. Karena segala sesuatu yang kau dengar dan kau baca bisa mempengaruhi perilakumu! Karena itu tetaplah selalu POSITIF! Dan yang terpenting berlakulah TULI jika orang berkata kepadamu bahwa kamu tidak bisa menggapai cita-citamu! Selalu berpikirlah, I CAN DO THIS!!!

#33 avatar
Fatbrain 22 Mei 2004 jam 5:52am  

yinyeksin menulis:
Renungan untuk kita semua...Resapilah kenangan-kenangan manis dan pahit yang pernah terjadi dengan menatap wajah-wajah mereka...Rasakan betapa kebahagiaan dan keharuan seketika membuncah jika mengingat itu semua...Bayangkan apa yang akan terjadi jika esok hari mereka "orang-orang terkasih itu" tak membuka matanya...selamanya?
Hiduplah sepenuhnya setiap hari! (Live your life to the fullest everyday)
Sampaikan-lah cinta/kasih mu skrg krn besok mungkin bakal terlambat.
Kerjakan-lah kebaikkan hari ini sebab rencana berbaik di hari esok belum tentu bisa terjadi.

#34
yinyeksin 24 Mei 2004 jam 1:34pm  

Cinta Sebenarnya

Kenapa kita menutup mata ketika kita tidur? Ketika kita menangis? Ketika kita membayangkan? Ini karena hal terindah di dunia tidak terlihat.

Ketika kita menemukan seseorang yang keunikannya sejalan dengan kita, kita bergabung dengannya dan jatuh ke dalam suatu keanehan serupa yang dinamakan cinta.

Ada hal-hal yang tidak ingin kita lepaskan, seseorang yang tidak ingin kita tinggalkan, tapi melepaskan bukan akhir dari dunia, melainkan awal suatu kehidupan baru, kebahagiaan ada untuk mereka yang menangis, mereka yang tersakiti, mereka yang telah dan tengah mencari, dan mereka yang telah mencoba. Karena merekalah yang bisa menghargai betapa pentingnya orang yang telah menyentuh kehidupan mereka.

Cinta yang sebenarnya adalah ketika kamu menitikkan air mata dan masih peduli terhadapnya, adalah ketika dia tidak memperdulikanmu dan kamu masih menunggunya dengan setia, adalah ketika dia mulai mencintai orang lain dan kamu masih bisa tersenyum dan berkata "aku turut berbahagia untukmu".

Apabila cinta tidak bertemu, bebaskan dirimu, biarkan hatimu kembali ke alam bebas lagi, kau mungkin menyadari, bahwa kamu menemukan cinta dan kehilangannya, tapi ketika cinta itu mati kamu tidak perlu mati bersama cinta itu. Orang yang bahagia bukanlah mereka yang selalu mendapatkan keinginannya, melainkan mereka yang tetap bangkit ketika mereka jatuh, entah bagaimana perjalanan dalam kehidupan, kamu belajar lebih banyak tentang dirimu sendiri dan menyadari bahwa penyesalan tidak seharusnya ada, cintamu akan tetap dihatinya, sebagai penghargaan abadi atas pilihan-pilihan hidup yang telah kau buat.

Teman sejati, mengerti ketika kamu berkata "aku lupa…" menunggu selamanya ketika kamu berkata "tunggu sebentar". Tetap tinggal ketika kamu berkata "tinggalkan aku sendiri" Membuka pintu meski kamu belum mengetuk dan belum berkata "bolehkah saya masuk?"

Mencintai juga bukanlah bagaimana kamu melupakan dia bila dia berbuat kesalahan, melainkan bagaimana kamu memaafkan. Lebih menyakitkan menangis dalam hati daripada menangis tersedu atau mengadu, air mata yang keluar dapat dihapus, sementara air mata yang tersembunyi menggoreskan luka dihatimu yang tidak akan pernah hilang. Sayang dalam cinta, kita sangat jarang peduli, tapi ketika cinta itu tulus, meskipun kau acuhkan, cinta tetap mulia, dan kamu seharusnya berbahagia, hatimu dapat mencintai seseorang yang kau sayang.

Mungkin akan tiba saatnya dimana kamu harus berhenti mencintai seseorang, bukan karena orang itu berhenti mencintai kita melainkan karena kita menyadari bahwa orang itu akan lebih berbahagia apabila kita melepaskannya. Namun bila pun kau benar-benar mencintai seseorang, jangan lepaskan dia, bila dia tak membalasmu, barangkali dia tengah ragu dan mencari, jangan percaya bahwa melepaskan berarti kamu benar-benar mencintai tanpa suatu alasan, mengapa tak berjuang demi cintamu? Mungkin itulah cinta sejatimu.

Kadang kala, orang yang paling mencintaimu adalah orang yang tak pernah menyatakan cinta padamu, karena kau takut berpaling dan memberi jarak, dan bila ia suatu saat pergi, kau akan menyadari ia adalah cinta yang tidak kamu sadari. Maka mengapa kau tak mengungkapkan cintamu, bila kau memang mencintainya, meskipun kau tak tahu apakah cinta itu ada juga padanya?

#35
yinyeksin 26 Mei 2004 jam 11:38am  

Mengalir Seperti Air

Seorang pria mendatangi sang Master, “Guru, saya sudah bosan hidup. Sudah jenuh betul. Rumah tangga saya berantakan. Usaha saya kacau. Apapun yang saya lakukan selalu berantakan. Saya ingin mati.” Sang Master tersenyum, “Oh, kamu sakit.” “Tidak Master, saya tidak sakit. Saya sehat. Hanya jenuh dengan kehidupan. Itu sebabnya saya ingin mati.” Seolah-olah tidak mendengar pembelaannya, sang Master meneruskan, “Kamu sakit. Dan penyakitmu itu sebutannya ‘Alergi Hidup’. Ya, kamu alergi terhadap kehidupan.”

Sang Master, sang Guru memang benar. Banyak sekali di antara kita yang alergi kehidupan. Kemudian, tanpa disadari kita melakukan hal-hal yang bertentangan dengan norma kehidupan. Hidup ini berjalan terus. Sungai kehidupan mengalir terus, tetapi kita menginginkan status quo. Kita berhenti di tempat, kita tidak ikut mengalir. Itu sebabnya kita jatuh sakit. Kita mengundang penyakit. Resistensi kita, penolakan kita untuk ikut mengalir bersama kehidupan membuat kita sakit.

Yang namanya usaha, pasti ada pasang-surutnya. Dalam hal berumah tangga, bentrokan-bentrokan kecil itu memang wajar, lumrah. Persahabatan pun tidak selalu langgeng, tidak abadi. Apa sih yang langgeng, yang abadi dalam hidup ini? Kita tidak menyadari sifat kehidupan. Kita ingin mempertahankan suatu keadaan. Kemudian kita gagal, kecewa dan menderita.

“Penyakitmu itu bisa disembuhkan, asal kamu ingin sembuh dan bersedia mengikuti petunjukku.” kata sang Master. “Tidak guru, tidak. Saya sudah betul-betul jenuh. Tidak, saya tidak ingin hidup.” Pria itu menolak tawaran sang Guru. “Jadi kamu tidak ingin sembuh. Kamu betul-betul ingin mati?” “Ya, memang saya sudah bosan hidup.” “Baik, besok sore kamu akan mati. Ambillah botol obat ini. Setengah botol diminum malam ini, setengah botol lagi besok sore jam enam, dan jam delapan malam kamu akan mati dengan tenang.” Giliran dia menjadi bingung. Setiap Master yang ia datangi selama ini selalu berupaya untuk memberikannya semangat untuk hidup. Yang satu ini aneh, ia bahkan menawarkan racun. Tetapi, karena ia memang sudah betul-betul jenuh, ia menerimanya dengan senang hati.

Pulang ke rumah, ia langsung menghabiskan setengah botol racun yang disebut “obat” oleh Master edan itu. Dan, ia merasakan ketenangan sebagaimana tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Begitu rileks, begitu santai! Tinggal 1 malam, 1 hari, dan ia akan mati. Ia akan terbebaskan dari segala macam masalah. Malam itu, ia memutuskan untuk makan malam bersama keluarga di restoran Jepang. Sesuatu yang tidak pernah ia lakukan selama beberapa tahun terakhir. Piker-pikir malam terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis. Sambil makan, ia bersenda gurau. Suasananya santai banget! Sebelum tidur, ia mencium bibir istrinya dan membisik di kupingnya. “Sayang, aku mencintaimu.” Karena malam itu adalah malam terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis! Esoknya bangun tidur, ia membuka jendela kamar dan melihat ke luar. Tiupan angin pagi menyegarkan tubuhnya. Dan ia tergoda untuk melakukan jalan pagi. Pulang ke rumah setengah jam kemudian, ia menemukan istrinya masih tertidur. Tanpa membangunkannya ia masuk dapur dan membuat 2 cangkir kopi. Satu untuk dirinya, satu lagi untuk istrinya.

Karena pagi itu adalah pagi terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis! Sang istripun merasa aneh sekali, “Sayang, apa yang terjadi hari ini? Selama ini, mungkin aku salah. Maafkan aku, sayang.” Di kantor, ia menyapa setiap orang, bersalaman dengan setiap orang. Stafnya pun bingung. “Hari ini, boss kita kok aneh ya?” dan sikap merekapun langsung berubah. Merekapun menjadi lembut. Karena siang itu adalah siang terkahir, ia ingin meninggalkan kenangan manis! Tiba-tiba, segala sesuatu di sekitarnya berubah. Ia menjadi ramah dan lebih toleran, bahkan apresiasif terhadap pendapat-pendapat yang berbeda. Tiba-tiba hiudp menjadi indah. Ia mulai menikmatinya. Pulang ke rumah jam 5 sore, ia menemukan istri tercinta menungguinya di beranda depan. Kali ini justru sang istri yang memberikan ciuman kepadanya, “Sayang, sekali lagi aku minta maaf, kalau selama ini aku selalu merepotkan kamu.” Anak-anakpun tidak ingin ketinggalan, “Pi, maafkan kami semua. Selama ini papi selalu stress karena perilaku kami.” Tiba-tiba sungai kehidupannya mengalir kembali. Tiba-tiba, hidup menjadi sangat indah. Ia mengurungkan niatnya untuk bunuh diri. Tetapi bagaimana dengan setengah botol yang sudah ia minum, sore sebelumnya?

Ia mendatangi sang Guru lagi. Melihat wajah pria itu, rupanya sang Guru langsung mengetahui apa yang telah terjadi, “Buang saja botol itu. Isinya air biasa. Kau sudah sembuh, apabila kau hidup dalam kekinian, apabila kau hidup dengan kesadaran bahwa maut dapat menjemputmu kapan saja, maka kau akan menikmati setiap detik kehidupan. Leburkan egomu, keangkuhanmu, kesombonganmu. Jadilah lembut, selembut air. Dan mengalirlah bersama sungai kehidupan. Kau tidak akan jenuh, tidak akan bosan. Kau akan merasa hidup. Itulah rahasia kehidupan. Itulah kunci kebahagiaan. Itulah jalan menuju ketenangan.” Pria itu mengucapkan terima kasih dan menyalami sang Guru, lalu pulang ke rumah untuk mengulangi pengalaman malam sebelumnya. Konon, ia masih mengalir terus. Ia tidak pernah lupa hidup dalam kekinian. Itulah sebabnya ia selalu bahagia, selalu tenang, selalu HIDUP.

#36
yinyeksin 1 Juni 2004 jam 2:57pm  

Pelajaran Hidup

Saat kau berumur 1 tahun, dia menyuapi dan memandikanmu. Sebagai balasannya, kau menangis sepanjang malam.
Saat kau berumur 2 tahun, dia mengajarimu bagaimana cara berjalan. Sebagai balasannya, kau kabur saat dia memanggilmu.
Saat kau berumur 3 tahun, dia memasakkan semua makananmu dengan kasih sayang. Sebaagi balasannya, kau buang piring berisi makanan ke lantai.
Saat kau berumur 4 tahun, dia memberimu pensil berwarna. Sebagai balasannya, kau coret-coret dinding rumah dan meja makan.
Saat kau berumur 5 tahun, dia membelikanmu pakaian-pakaian yang mahal dan indah. Sebagai balasannya, kau memakainya untuk bermain di kubangan lumpur dekat rumah.
Saat kau berumur 6 tahun, dia mengantarmu pergi ke sekolah. Sebagai balasannya, kau berteriak “Gak MAU!!”
Saat kau berumur 7 tahun, dia membelikanmu bola. Sebagai balasannya, kau lemparkan bola ke jendela tetangga.
Saat kau berumur 8 tahun, dia memberimu es krim. Sebagai balasannya, kau tumpahkan hingga mengotori seluruh bajumu.
Saat kau berumur 9 tahun, dia membayar mahal untuk kursus pianomu. Sebagai balasannya, kau sering bolos dan sama sekali tidak pernah berlatih.
Saat kau berumur 10 tahun, dia mengantarmu ke mana saja, dari kolam renang hingga pesta ulang tahun. Sebagai balasannya, kau melompat keluar mobil tanpa memberi salam.
Saat kau berumur 11 tahun, dia mengantar kau dan teman-temanmu ke bioskop. Sebagai balasannya, kau minta dia duduk di baris lain.
Saat kau berumur 12 tahun, dia melarangmu untuk melihat acara TV khusus orang dewasa. Sebagai balasannya, kau tunggu dia sampai dia keluar rumah.
Saat kau berumur 13 tahun, dia menyarankanmu untuk memotong rambut, karena sudah waktunya. Sebagai balasannya, kau katakana dia tidak tahu mode.
Saat kau berumur 14 tahun, dia membayar biaya untuk kempingmu selama sebulan liburan. Sebagai balasannya, kau tak pernah meneleponnya.
Saat kau berumur 15 tahun, pulang kerja dia ingin memelukmu. Sebagai balasannya, kau kunci pintu kamarmu.
Saat kau berumur 16 tahun, dia ajari kau mengemudi mobilnya. Sebagai balasannya, kau pakai mobilnya setiap ada kesempatan tanpa perduli kepentingannya.
Saat kau berumur 17 tahun, dia sedang menunggu telepon yang penting. Sebagai balasannya, kau pakai telepon nonstop semalaman.
Saat kau berumur 18 tahun, dia menangis terharu ketika kau lulus SMA. Sebagai balasannya, kau berpesta dengan temanmu hingga pagi.
Saat kau berumur 19 tahun, dia membayar biaya kuliahmu dan mengantarmu ke kampus pada hari pertama. Sebagai balasannya, kau minta diturunkan jauh dari pintu gerbang agar kau tidak malu di depan teman-temanmu.
Saat kau berumur 20 tahun, dia bertanya, “Dari mana saja seharian ini?”. Sebagai balasannya, kau jawab, “Ah, ibu cerewet amat sih, ingin tahu urusan orang!”
Saat kau berumur 21 tahun, dia menyarankan satu pekerjaan yang bagus untuk karirmu di masa depan. Sebagai balasannya, kau katakana, “Aku tidak ingin seperti ibu.”
Saat kau berumur 22 tahun, dia memelukmu dengan haru saat kau lulus perguruan tinggi. Sebagai balasannya, kau tanya dia kapan kau bisa ke Bali.
Saat kau berumur 23 tahun, dia membelikanmu 1 set furnitur untuk rumah barumu. Sebagai balasannya, kau ceritakan pada temanmu betapa jeleknya furnitur itu.
Saat kau berumur 24 tahun, dia bertemu dengan tunanganmu dan bertanya tentang rencananya di masa depan. Sebagai balasannya, kau mengeluh “Aduh, bagaimana ibu ini, kok bertanya seperti itu?”
Saat kau berumur 25 tahun, dia membantumu membiayai pernikahanmu. Sebagai balasannya, kau pindah ke kota lain yang jaraknya lebih dari 500 km.
Saat kau berumur 30 tahun, dia memberikan beberapa nasehat bagaimana merawat bayimu. Sebagai balasannya, kau katakan padanya “Bu, sekarang jamannya sudah berbeda!”
Saat kau berumur 40 tahun, dia menelepon untuk memberitahukan pesta ulang tahun salah seorang kerabat. Sebagai balasannya, kau jawab “Bu, saya sibuk sekali gak ada waktu.”
Saat kau berumur 50 tahun, dia sakit-sakitan sehingga memerlukan perawatanmu. Sebagai balasannya, kau baca tentang pengaruh negative orang tua yang menumpang tinggal di rumah anak-anaknya.
Dan hingga suatu hari…dia meninggal dengan tenang. Tiba-tiba kau teringat semua yang belum pernah kau lakukan, dan kau merasakan sesuatu yang menghantam HATImu bagaikan palu godam…

***Jika beliau masih ada, jangan lupa memberikan kasih sayangmu lebih dari yang pernah kau berikan selama ini…***

#37
justice_121 1 Juni 2004 jam 5:27pm  

1-19 tahun : yang bener cuma 1 tahun, 2 tahun lupa, lainnya ngga bener kok =P

#38
hey_sephia 1 Juni 2004 jam 8:25pm  

Many times, people just go after what they want their ideal partner to be. And they neglect other qualities the person has. Chasing after what you want is never ending and may not come to a good end.
So cherish what you have and appreciate what they are. Accept them as they are. Only then, you can learn and love each other better.

CREATING PERFECT RELATIONSHIPS?

A person visited the government matchmaker for marriage, SDU, and requested, "I am looking for a spouse. Please help me to find a suitable one." The SDU officer said, "Your requirements, please." Oh, good looking, polite, humorous, sporty, knowledgeable, good in singing and dancing.

Willing to accompany me the whole day at home during my leisure hour, if I don't go out. Telling me interesting stories when I need companion for conversation and be silent when I want to rest." The officer listened carefully and replied, "I understand You need television."

There is a saying that a perfect match can only be found between a blind wife and a deaf husband, because the blind wife cannot see the faults of the husband and the deaf husband cannot hear the nagging of the wife.

Many couples are blind and deaf at the courting stage and dream of perpetual perfect relationship. Unfortunately, when the excitement of love wears off, they wake up and discover that marriage is not a bed of roses. The nightmare begins.

NO POINTING FINGERS

A man asked his father-in-law, "Many people praised you for a successful marriage. Could you please share with me your secret?" The father-in-law answered in a smile, "Never criticize your wife for her shortcomings or when she does something wrong.

Always bear in mind that because of her shortcomings and weaknesses, she could not find a better husband than you." We all look forward to being loved and respected. Many people are afraid of losing face.

Generally, when a person makes a mistake, he would look around to find a scapegoat to point the finger at. This is the start of a war. We should always remember that when we point one finger at a person, the other four fingers are pointing at ourselves. If we forgive others, others will ignore our mistake too.

NO OVERPOWERING

Many relationships fail because one party tries to overpower another, or demands too much. People in love tend to think that love will conquer all and their spouses will change the bad habits after marriage. Actually, this is not the case.

There is a Chinese saying which carries the meaning that "It is easier to reshape a mountain or a river than a person's character." It is not easy to change. Thus, having high expectation on changing the spouse character will cause disappointment and unpleasantness. It would be less painful to change ourselves and lower our expectations.

RIGHT SPEECH

There is a Chinese saying which carries the meaning that "A speech will either prosper or ruin a nation." Many relationships break off because of wrong speech. When a couple is too close with each other, we always forget mutual respect and courtesy.

We may say anything without considering if it would hurt the other party. A friend and her millionaire husband visited their construction site. A worker who wore a helmet saw her and shouted, "Hi, Emily! Remember me? We used to date in the secondary school."

On the way home, her Millionaire husband teased her, "Luckily you married me. Otherwise you will be the wife of a construction worker." She answered, "You should appreciate that you married me. Otherwise, he will be the millionaire and not you." Frequently exchanging these remarks plants the seed for a bad relationship.

TRUST

Trust is a very important factor for all relationships. When trust is broken, it is the end of the relationship. Lack of trust leads to suspicion, suspicion generates anger, anger causes enmity and enmity may result in separation.

A telephone operator told me that one day she received a phone call. She answered, "Public Utilities Board." There was silence. She repeated, "PUB." There was still no answer. When she was going to cut off the line, she heard a lady's voice, "Oh, so this is PUB.

Sorry, I got the number from my husband's pocket but I do not know whose number it is." Without mutual trust, just imagine what will happen to the couple if the telephone operator answered with just "hello" instead of"PUB".

PERSONAL PERCEPTION

Different people have different perception. One man's meat could be another man's poison. A couple bought a donkey from the market. On the way home, a boy commented, "Very stupid. Why neither of them ride on the donkey?"

Upon hearing that, the husband let the wife ride on the donkey. He walked besides them. Later, an old man saw it and commented, "The husband is the head of family. How can the wife ride on the donkey while the husband is on foot?"

Hearing this, the wife quickly got down and let the husband ride on the donkey. Further on the way home, they met an old Lady. She commented, "How can the man ride on the donkey but let the wife walk. He is no gentleman."

The husband thus quickly asked the wife to join him on the donkey. Then, they met a young man. He commented, "Poor donkey, how can you hold up the weight of two persons. They are cruel to you."

Hearing that, the husband and wife immediately climbed down from the donkey and carried it on their shoulders. It seems to be the only choice left. Later, on a narrow bridge, the donkey was frightened and struggled. They lost their balance and fell into the river.

"You can never have everyone praise you nor will everyone condemn you. Never in the past, not at present, and never will be in the future. Thus, do not be too bothered by others words if our conscience is clear."

#39
yinyeksin 4 Juni 2004 jam 2:38pm  

Tree, Leaf and Wind

***Jika kau menginginkan cinta dari seseorang, tunjukkan cintamu. Cinta tidak membutuhkan keraguan, tunjukkan saja!!!***

POHON

Alasan mengapa orang-orang memanggilku “Pohon” karena aku sangat baik dalam menggambar pohon. Setelah itu, aku selalu menggunakan gambar pohon pada sisi kanan sebagai trademark pada semua lukisanku.

Aku telah berpacaran sebanyak 5 orang wanita ketika aku masih di SMA. Ada satu wanita yang sangat aku cintai, tapi aku tidak punya keberanian untuk mengatakannya.

Dia tidak memiliki wajah yang cantik, tubuh yang sexy, dsb. Dia sangat peduli dengan orang lain dan religius tapi dia hanya wanita biasa saja. Aku menyukainya, sangat menyukainya, menyukai gayanya yang innocent dan apa adanya, kemandiriannya, aku menyukai kepandaiannya dan kekuatannya.

Alasan aku tidak mengajaknya kencan karena aku merasa dia yang sangat biasa dan tidak serasi untukku. Aku juga takut, jika kami bersama semua perasaan yang indah ini akan hilang. Aku juga takut kalau gossip-gosip yang ada akan menyakitinya. Aku merasa dia adalah “sahabatku” dan aku akan memilikinya tiada batasnya dan aku tidak harus memberikan semuanya hanya untuk dia.

Alasan yang terakhir, membuat dia menemaniku dalam berbagai pergumulan selama 3 tahun ini. Dia tau aku mengejar gadis-gadis lain, dan aku telah membuatnya menangis selama 3 tahun. Ketika aku mencium pacarku yang kedua, dan terlihat olehnya. Dia hanya tersenyum dengan berwajah merah dan berkata, “Lanjutkan saja” dan setelah itu pergi meninggalkan kami.

Esoknya, matanya bengkak…dan merah….Aku sengaja tidak mau memikirkan apa yang menyebabkannya menangis, but aku tertawa dengannya seharian. Ketika semuanya telah pulang, dia sendirian di kelas untuk menangis. Dia tidak tau bahwa aku kembali dari latihan sepakbola untuk mengambil sesuatu di kelas, dan aku melihatnya menangis selama sejam-an.

Pacarku yang ke-4 tidak menyukainya. Pernah sekali mereka berdua perang dingin, aku tau bukan sifatnya untuk memulai perang dingin. Tapi aku masih tetap bersama pacarku. Aku berteriak padanya dan matanya penuh dengan air mata sedih dan kaget. Aku tidak memikirkan perasaannya dan pergi meninggalkannya bersama pacarku. Esoknya dia masih tertawa dan bercanda denganku seperti tidak ada yang terjadi sebelumnya. Aku tau bahwa dia sangat sedih dan kecewa tapi dia tidak tau bahwa sakit hatiku sama buruknya dengan dia, aku juga sedih.

Ketika aku putus dengan pacarku yang ke-5, aku mengajaknya pergi. Setelah kencan satu hari itu, aku mengatakan bahwa ada sesuatu yang ingin kukatakan padanya. Dia mengatakan bahwa kebetulan sekali bahwa dia juga ada sesuatu yang ingin dia katakan padaku. Aku cerita padanya tentang putusnya aku dengan pacarku dan dia berkata tentang dia sedang memulai suatu hubungan dengan seseorang. Aku tau pria itu. Dia sering mengejarnya selama ini. Pria yang baik, penuh energi dan menarik.

Aku tak bisa memperlihatkan betapa sakit hatinya aku, tapi hanya bisa tersenyum dan mengucapkan selamat padanya. Ketika aku sampai di rumah, sakit hatiku bertambah kuat dan aku tidak dapat menahannya. Seperti ada batu yang sangat berat di dadaku. Aku tak bisa bernapas dan ingin berteriak namun tidak bisa. Air mata mengalir dan aku jatuh menangis. Sudah sering aku melihatnya menangis untuk pria yang mengacuhkan kehadirannya. Ketika upacara kelulusan, aku membaca SMS di handphoneku. SMS itu dikirim 10 hari yang lalu ketika aku sedih dan menangis.

SMS itu berbunyi, “Daun terbang karena Angin bertiup atau karena Pohon tidak memintanya untuk tinggal?”.

DAUN

Selama SMA, aku suka mengoleksi daun-daun, kenapa? Karena aku merasa bahwa daun untuk meninggalkan pohon yang selama ini ditinggali membutuhkan banyak kekuatan.

Selama 3 tahun di SMA, aku dekat dengan seorang pria, bukan sebagai pacar tapi “sahabat”. Tapi ketika dia mempunyai pacar untuk yang pertama kalinya, aku mempelajari sebuah perasaan yang belum pernah aku pelajari sebelumnya – CEMBURU. Perasaan di hati ini tidak bisa digambarkan dengan menggunakan Lemon. Hal itu seperti 100 butir lemon busuk. Mereka hanya bersama selama 2 bulan. Ketika mereka putus, aku menyembunyikan perasaan yang luar biasa gembiranya. Tapi sebulan kemudian dia bersama seorang gadis lagi.

Aku menyukainya dan aku tau bahwa dia juga menyukaiku, but mengapa dia tidak mau mengatakannya? Sejak dia mencintaiku, mengapa dia tidak yang memulainya dulu untuk melangkah?

Ketika dia punya pacar baru lagi, hatiku selalu sakit. Waktu berjalan dan berjalan, hatiku sakit. Aku mulai mengira bahwa ini adalah cinta yang bertepuk sebelah tangan, tapi mengapa dia memperlakukanku dengan sangat baik diluar perlakuannya hanya untuk seorang teman?

Menyukai seseorang sangat menyusahkan hati, aku tau kesukaannya, kebiasaannya. Tapi perasaannya kepadaku tidak pernah bisa diketahui. Kau tidak mengharapkan aku seorang wanita untuk mengatakannya bukan?

Di luar itu, aku mau tetap di sampingnya, memberinya perhatian, menemaninya, dan mencintainya. Berharap, bahwa suatu hari, dia akan datang dan mencintaiku. Hal itu seperti menunggu telponnya setiap malam, mengharapkannya untuk mengirimku SMS. Aku tau sesibuk apapun dia, dia pasti meluangkan waktunya untukku. Karena itu aku menunggunya, 3 tahun cukup berat untuk ku lalui dan aku mau menyerah. Kadang aku berpikir untuk tetap menunggu. Luka dan sakit hati, dan dilema yang menemaniku selama 3 tahun ini.

Ketika di akhir tahun ke-3, seorang pria mengejarku dia adalah adik kelasku, setiap hari dia mengejarku tanpa lelah. Dari penolakan-penolakan yang telah ditunjukkan, aku merasa bahwa aku ingin memberikan dia ruang kecil di hatiku. Dia seperti Angin yang hangat dan lembut, mencoba meniup Daun untuk terbang dari Pohon. Akhirnya, aku sadar bahwa aku tidak ingin memberikan Angin ini ruang yang kecil di hatiku.

Aku tau Angin ini akan membawa pergi Daun yang lusuh jauh dan ke tempat yang lebih baik. Akhirnya aku meninggalkan Pohon, tapi Pohon hanya tersenyum dan tidak memintaku untuk tinggal, aku sangat sedih memandangnya tersenyum ke arahku.

“Daun terbang karena Angin bertiup atau karena Pohon tidak memintanya untuk tinggal?”.

ANGIN

Karena aku menyukai seorang gadis bernama Daun, karena dia sangat bergantung pada Pohon, jadi aku haru menjadi Angin yang kuat.

Angin akan meniup Daun terbang jauh. Ketika aku pertama kalinya, ketika 1 bulan setelah aku pindah sekolah. Aku melihat seorang memperhatikan kami bermain sepakbola. Ketika itu, dia selalu duduk di sana sendirian atau dengan teman-temannya memperhatikan Pohon. Ketika Pohon berbicara dengan gadis-gadis, ada cemburu di matanya. Ketika Pohon melihat kea rah Daun, ada senyum di matanya. Memperhatikannya menjadi kebiasaanku, seperti Daun yang suka melihat Pohon.

Satu hari, dia tidak tampak, aku merasakan kehilangan. Seniorku juga tidak ada saat itu. Aku pergi ke kelas mereka, melihat seniorku sedang memperhatikan Daun. Air mata mengalir di mata Daun ketika Pohon pergi, besoknya, aku melihat Daun di tempatnya yang biasa, memperhatikan Pohon. Aku melangkah dan tersenyum padanya. Menulis catatan dan memberikan kepadanya. Dia sangat kaget, dia melihat ke arahku, tersenyum dan menerima catatanku. Besoknya, dia datang, menghampiriku dan memberiku catatan.

Hati Daun sangat kuat dan Angin tidak bisa meniupnya pergi, hal itu karena Daun tidak mau meninggalkan Pohon. Aku melihat ke arahnya dengan kata-kata tersebut dan pelan dia mulai berkata padaku dan menerima kehadiranku dan telponku.

Aku tau orang yang dia cintai bukan aku, tapi aku akan berusaha agar suatu hari dia menyukai aku. Selama 4 bulan, aku telah mengucapkan kata cinta tidak kurang dari 20x kepadanya. Setiap kali dia mengalihkan pembicaraan…tapi aku tidak menyerah, aku memutuskan untuk memiliki dia dan berharap dia akan setuju menjadi pacarku. Aku bertanya, “Apa yang kau lakukan? Kenapa kau tidak pernah membalas?”, dia berkata, “Aku menengadahkan kepalaku”. “Ah?” aku tidak percaya apa yang aku dengar. “Aku menengadahkan kepalaku,” dia berteriak. Aku meletakkan telp, berpakaian dan naik taxi ke tempat dia, dan dia membuka pintu, aku memeluknya kuat-kuat.

“Daun terbang karena Angin bertiup atau karena Pohon tidak memintanya untuk tinggal?”.

#40 avatar
pepe haliwell 5 Juni 2004 jam 1:26am  

Wah......
Banyak cekali orang beruntung yang mempunyai and menggunakan pilsafat.
Kacian daku yang hanya mempunyai and menggunakan pilpanadol :(