Home → Forum → General discussions → Sekedar Renungan
#61 | ![]() |
yinyeksin
2 September 2004 jam 11:22am
 
LEPASKAN KEPALANMU |
#62 | ![]() |
eeyore
3 September 2004 jam 5:39am
 
Alkisah hiduplah seorang tua penjaga pintu gerbang sebuah kota besar. Setiap pengelana yang hendak memasuki kota itu, selalu mengajukan pertanyaan pada penjaga tua itu, " Bagaimana perangai orang-orang yang tinggal di kota ini ?" Penjaga tua itu malah balik bertanya, Jika pengelana itu menjawab, Maka penjaga tua itu menjawab, Namun jika pengelana itu menjawab, Maka penjaga tua itu menjawab, Smiley ! |
#63 | ![]() |
blueberry
12 September 2004 jam 6:51pm
 
Farmer's Daughter Many years ago in a small Indian village, a farmer had the misfortune of owing a large sum of money to a village moneylender. The moneylender, who was old and ugly, fancied the famrmer's beautiful daughter. So he proposed a bargain. He said he would forgo the farmer's debt if he could marry his daughter. Both the farmer and his daughter were horified by the proposal. So the cunning moneylender suggested that they let providence decide the matter. He told them that he would put a black pebble and a white pebble into an empty money bag. Then the girl wuld have to pick one pebble from the bag. They were standing on a pebble path in the farmer's field. As they talked, the moneylender bent over to pick up two pebbles. As he picked them up, the sharp-eyed girl noticed that he had picked up two black pebbles and put them into the bag. He then asked the girl to pick a pebble from the bag. Now, imagine that you were standing in the filed. What would you have done if you were the girl? If you had to advise her, what would you have told her? Careful analysis would produce 3 possibilities : Take a moment to ponder over the story. The above story is used with the hope that it will make us appricate the difference between lateral and logical thinking. The girl's dilemma could not be solved with traditional logical thinking. Think of the consequences if she chooses the above logical answers. What would you recommend her to do? Well, here is what she did. The girl put her hand into the moneybag and drew out a pebble. Without looking at it, she fumbled and let it fall oto the pebble-strwn path where it immediately became lost amng all the other pebbles. "Oh, how clumsy of me," she said. "But never mind, if you look into the bag for the one that is left, you'll be able to tell which pebble I picked." Since the remaining pebble is black, it must be assumed that she had picked the white one. And since the moneylender dared not admit his dishonesty, the girl changed what seemed an impossible situation into an extremely advantageous one. MORAL OF THE STORY : Most complex problems do have a solution. It is only that we don't attempt to think. |
#64 | ![]() |
yinyeksin
15 September 2004 jam 12:08pm
 
Lakukan Selagi Ada Waktu Semuanya itu disadari John pada saat dia termenung seorang diri, menatap kosong keluar jendela rumahnya. Dengan susah payah ia mencoba untuk memikirkan mengenai pekerjaannya yang menumpuk. Semuanya sia-sia belaka. Yang ada dalam pikirannya hanyalah perkataan anaknya Magy di suatu sore sekitar 3 minggu yang lalu. Malam itu, 3 minggu yang lalu John membawa pekerjaannya pulang. Ada rapat umum yang sangat penting besok pagi dengan para pemegang saham. Pada saat John memeriksa pekerjaannya, Magy putrinya yang baru berusia 2 tahun dating menghampiri, sambil membawa buku ceritanya yang masih baru. Buku baru bersampul hijau dengan gambar peri. Dia berkata dengan suara manjanya, "Papa lihat!" John menengok kearahnya dan berkata, "Wah, buku baru ya?" "Ya Papa!" katanya berseri-seri, "Bacain dong!" "Wah, Ayah sedang sibuk sekali, jangan sekarang deh", kata John dengan cepat sambil mengalihkan perhatiannya pada tumpukan kertas di depan hidungnya. Magy hanya berdiri terpaku disamping John sambil memperhatikan. Lalu dengan Dengan perasaan agak kesal John menjawab: "Magy dengar, Papa sangat sibuk. Minta saja Mama untuk membacakannya". "Tapi Mama lebih sibuk daripada Papa" katanya sendu. "Lihat Papa, gambarnya bagus dan lucu." "Lain kali Magy, sana! Papa sedang banyak kerjaan." John berusaha untuk tidak memperhatikan Magy lagi. Waktu berlalu, Magy masih berdiri kaku disebelah Ayahnya sambil memegang erat bukunya. Lama sekali John mengacuhkan anaknya. Tiba-tiba Magy mulai lagi "Tapi Papa, gambarnya bagus sekali dan ceritanya pasti bagus! Papa pasti akan suka". "Magy, sekali lagi Ayah bilang: Lain kali!" dengan agak keras John membentak anaknya. Hampir menangis Magy mulai menjauh, "Iya deh, lain kali ya Papa, lain kali". Tapi Magy kemudian mendekati Ayahnya sambil menyentuh lembut tangannya, menaruh bukunya dipangkuan sang Ayah sambi berkata "Kapan saja Papa ada waktu ya, Papa tidak usah baca untuk Magy, baca saja untuk Papa. Tapi kalau Papa bisa, bacanya yang keras ya, supaya Magy juga bias ikut dengar". John hanya diam. Kejadian 3 minggu yang lalu itulah sekarang yang ada dalam pikiran John. John teringat akan Magy yang dengan penuh pengertian mengalah. Magy yang baru berusia 4 tahun meletakkan tangannya yang mungil di atas tangannya yang kasar mengatakan: "Tapi kalau bisa bacanya yang keras ya Pa, supaya Magy bisa ikut dengar". Dan karena itulah John mulai membuka buku cerita yang diambilnya, dari tumpukan mainan Magy di pojok ruangan. Bukunya sudah tidak terlalu baru, sampulnya sudah mulai usang dan koyak. John mulai membuka halaman pertama dan dengan suara parau mulai membacanya. John sudah melupakan pekerjaannya yang dulunya amat sangat penting. Ia bahkan lupa akan kemarahan dan kebenciannya terhadap pemuda mabuk yang dengan kencangnya menghantam tubuh putrinya di jalan depan rumah. John terus membaca halaman demi halaman sekeras mungkin, cukup keras bagi Magy untuk dapat mendengar dari tempat peristirahatannya yang terakhir. Mungkin... "Lakukan sesuatu untuk seseorang yang anda kasihi sebelum terlambat, karena sesal kemudian tidak akan ada gunanya lagi.... Lakukan sesuatu yang manis untuk orang-orang yang kamu kasihi dengan waktu yang anda punya......." "Keep the spirit together 'til the last moment" The Blue Jackets Society. |
#65 | ![]() |
hey_sephia
24 September 2004 jam 2:39pm
 
for all moms & dads...... ---------------------------------------------------------------------------- ( surat ini pernah lho aku kirim ke papa, tapi katanya suruh bikin lagi dan Mamaku sayang, aku mau cerita sama mama. Tapi ceritanya pake surat ya. Ma, boleh ngga aku minta ganti mbak? Mbak Jum sekarang suka galak, Ma. Ma,bisa ngga hari Kamis sore mama nganter aku ke lomba nari Bali? Pak Husin Lagian aku pingin ngasi liat sama temen-temenku kalo mamaku itu cantik Ma, kapan sih aku boleh punya adik? Bosen ma, tiap hari cuman ngeliat Mbak Ma, hadiah ulang tahun mulai tahun ini ngga usah dibeliin deh. Uangnya mama Udah dulu ya, ma. Udah ngantuk. I love you ( hi..hi..hi? papa kan suka bilang gitu sama mama ya? aku tanya |
#66 | ![]() |
bluenectar
24 September 2004 jam 4:36pm
 
|
#67 | ![]() |
eeyore
28 September 2004 jam 5:33am
 
3 Macam Kebenaran Beberapa waktu yang lalu, saya pernah menurunkan tulisan tentang pentingnya menyikapi suatu polemik dan argumentasi dengan kepala dingin, sekarang saya ingin berbagi pengalaman saya kepada teman-teman semuanya. Walaupun mayor saya di bidang engineering, tapi di tengah-tengah kesibukan menyelesaikan mata kuliah utama, kita juga diharuskan untuk mengambil mata kuliah pengetahuan umum yang tidak ada hubungannya dengan engineering seperti jurnalistik, statistik, sejarah, filsafat dan lain-lain. Beberapa tahun lalu, sewaktu mengambil salah satu mata kuliah jurnalistik, saya masih ingat sekali dan tidak akan pernah lupa salah satu inti dari kuliah yang diberikan, yaitu masalah kebenaran atau fakta yang merupakan faktor penting dari suatu berita atau pemikiran yang diturunkan dalam berita ataupun tulisan yang disiarkan dan ditulis di media massa. Karena saya merasa bahwa kuliah tentang kebenaran yang ia sampaikan bukan hanya dapat diaplikasikan dalam jurnalistik, namun juga dalam setiap masalah, pendapat dan opini di dalam masyarakat dan sekeliling kita, seperti juga debat dan argumentasi yang lumrah terjadi di dalam forum diskusi, maka saya menurunkan tulisan ini sebagai suatu bahan diskusi dan renungan. Kebenaran dari suatu masalah dapat dibagi 3, yaitu : Kebenaran Subjektif ( Zhu-guan Zhen-xiang ) Kebenaran yang lebih didasarkan kepada ego pribadi dan pandangan subjektif. Segala sesuatu masalah, bila kita menganggapnya benar dan merupakan fakta, maka itulah fakta dan kebenaran subjektif. Contoh : Kebenaran Objektif ( Ke-guan Zhen-xiang ) Contoh : Namun apakah kebenaran ini kekal ? Kebenaran Konstruktif ( Jian-gou-shi Zhen-xiang ) Contoh : Jadi, hemat saya, kebenaran sekali pun itu kebenaran objektif tak usah dan harus dipaksakan kepada orang lain. Karena masing-masing individu mempunyai patokan kebenarannya sendiri, sekalipun itu salah adanya, karena mereka hidup bahagia dalam kesalahannya itu. Tidak ada hak kita untuk merenggut kebahagiaan daripadanya. Namun, adalah tanggung jawab moral masing-masing individu, terutama yang mempunyai pengaruh luas dalam pemberian informasi, semisal ilmuwan, jurnalis, media massa, pengajar, pemuka-pemuka masyarakat untuk menyajikan informasi yang seobjektif mungkin guna memberikan pembelajaran dan produksi informasi yang sehat di dalam masyarakat. Termasuklah di dalamnya untuk mengajukan argumentasi yang benar, buat mencegah pembelajaran yang cuma berdasarkan pembenaran subjektif yang salah kepada generasi muda yang akan menjadi tumpuan bangsa dan negara di masa depan. |
#68 | ![]() |
eeyore
28 September 2004 jam 5:38am
 
Meluruskan Sejarah Siapa pun yang sebentar lagi akan memimpin bangsa ini, saya hanya minta satu hal. Mari kita luruskan sejarah. Saya sendiri bukan ahli sejarah. Siapa pun rezim yang memegang kekuasaan, mereka selalu mempunyai versi sejarahnya masing-masing. Sampai hadir rezim lain yang membawa sejarahnya sendiri. Karena itu, setiap pergantian rezim selalu membuka peluang untuk mengubah sejarah - kalaupun bukan untuk meluruskannya. Salah satu sejarah "kecil" yang saya minta diluruskan adalah tentang peran kaum Tionghoa dalam kehidupan kebangsaan kita. Misalnya, mengapa sampai terjadi pembunuhan besar-besaran ( massacre ) terhadap kaum Tionghoa di Indonesia - setidak-tidaknya dua kali dalam era kolonial Hindia-Belanda, dan masih terjadi pula dalam masa kemerdekaan ? Mengapa kejadian itu hanya disebut secara sambil lalu dalam pelajaran sejarah kita ? Apakah karena yang terbunuh itu "hanyalah" orang-orang Tionghoa ? Contoh yang lain adalah tentang peran kaum Tionghoa dalam menyebarluaskan agama Islam di Tanah Jawa. Kebetulan tahun depan akan diselenggarakan perayaan 600 tahun muhibah Laksamana Cheng Ho. Berbagai catatan sejarah menyebut bahwa Cheng Ho melakukan public diplomacy dalam tujuh ekspedisinya ke negara-negara Asia dan Afrika - jadi, tidak hanya sekadar berdagang - dan membawa serta ulama-ulama Islam dalam lawatannya itu. Kalau hal ini benar, maka sejarah yang selama ini hanya menyebut para saudagar dari Gujarat sebagai pembawa syi'ar Islam haruslah dikoreksi. Telah beberapa kali, dalam berbagai kesempatan, saya mencoba meminta perhatian orang terhadap peran - kalau bukan keperintisan dan kepeloporan - kaum Tionghoa dalam mempromosikan bahasa Indonesia. Pada Kongres Pemuda II yang diselenggarakan tahun 1928, salah satu butir bahasan adalah tentang perlunya menetapkan bahasa Indonesia sebagai medium pendidikan. Ironisnya, pembicaraan berlangsung alot, karena ternyata para pemuda yang hadir pada kongres itu - notabene : semuanya pribumi - tidak banyak yang lancar berbahasa Indonesia. Kebanyakan pidato politik tentang kebangsaan justru disampaikan dalam bahasa Belanda. Hanya Mohamad Yamin yang ketika itu dianggap paling piawai dalam menggunakan bahasa Indonesia. Maka, lahirlah Sumpah Pemuda ! Tetapi, di kalangan etnis Tionghoa djadoel ( djaman doeloe ), ternyata bahasa Melayu justru sudah luas dipakai. Berbagai karya sastra pengarang etnis Tionghoa bertarikh akhir abad ke-19 sudah banyak yang memakai bahasa Indonesia. Sejak hilangnya huruf Arab dan aksara Jawi ( huruf Arab gundul ) digantikan oleh huruf Latin pada pertengahan abad ke-19, etnis Tionghoa di Indonesia justru menjadi pendahulu dalam penggunaan bahasa Melayu. Beberapa buku cerita berbahasa Melayu karangan para penulis Tionghoa mulai bermunculan. Demikian pula suratkabar berbahasa Melayu mulai dicetak di percetakan-percetakan yang hampir semuanya milik etnis Tionghoa, antara lain Soerat Kabar Bahasa Melaijoe ( 1856 ), Soerat Chabar Betawi ( 1858 ), Selompret Melajoe ( 1860 ), dan Bintang Soerabaja ( 1860 ). Proliferasi kesastraan Melayu dan suratkabar dalam bahasa Melayu semakin mekar pada awal abad ke-20. Buku-buku cerita silat Tionghoa dalam bahasa Melayu yang diterbitkan langsung laris manis. Tetapi, banyak pula cerita roman yang ditulis sastrawan Tionghoa dengan nuansa lokal, seperti Boenga Roos dari Tjikembang, Dengen Doea Cent Djadi Kaja, Tjarita Njai Soemirah, Tjerita Tjan Yoe Hok atawa Satoe Badjingan Millioenair, dan banyak lagi. Di awal abad ke-20 itu terjadi pula proliferasi koran yang sebagian terbesar diselenggarakan oleh kaum Tionghoa. Beberapa jurnalis kawakan kita yang sekarang masih hidup bisa dirunut sejarahnya dari dua koran besar pada masa itu, Keng Po dan Sin Po. Pada masa gerakan kebangsaan, Sin Po yang nasionalis ( berorientasi pada paham Dr Sun Yat Sen ) bahkan menjadi penyemangat para nasionalis Indonesia meraih kemerdekaan sebagai bangsa berdaulat. Sin Po bahkan adalah surat kabar pertama yang memakai istilah Indonesia untuk menggantikan nomenklatur Nederlandsch-Indie atau Hindia-Olanda. Tetapi, mengapa dalam kitab-kitab yang dipakai sebagai bahan pengajaran di sekolah-sekolah kita saat ini peran etnis Tionghoa dalam kesastraan dan jurnalistik tidak pernah tersurat ? Seolah-olah sastra dan pers Indonesia muncul begitu saja dari sebuah ruang hampa ? Dalam kaitan dengan keperintisan para penulis Tionghoa, saya baru saja selesai membaca sebuah buku yang diterbitkan ulang atas prakarsa Ben Anderson baru-baru ini. Buku itu berjudul Indonesia dalem Api dan Bara, karya Tjamboek Berdoeri baca : Cambuk Berduri, seterusnya TB ). Buku itu aslinya terbit pada tahun 1947 di Malang. Siapa Tjamboek Berdoeri itu ? Ia terkejut ketika membaca betapa kritisnya si TB itu. Hampir 40 tahun, melalui sebuah penelitian yang pantang menyerah, akhirnya Ben Anderson menemukan bahwa TB adalah seorang yang bernama asli Kwee Thiam Tjing ( KTT ). Sayangnya, ketika "ditemukan", KTT sudah lama meninggal. Ia meninggal pada tahun 1974, tanpa seorang pun tahu bahwa seorang kolumnis besar telah tiada. Maklum, kecuali kepada keluarganya yang sangat dekat, KTT merahasiakan jatidiri si TB. TB yang lahir pada tahun 1900, mulai menulis kolom secara freelance pada sekitar tahun 1922. Ia kemudian sempat beberapa kali bekerja secara full time sebagai redaktur surat kabar, bahkan pernah pula menerbitkan koran sendiri dengan nama Pembrita Djember. Anehnya lagi, beberapa tahun sebelum kematiannya, ia sempat pula menjadi kolumnis di harian Indonesia Raya. Pertanyaan besarnya di sini adalah : mengapa seorang besar seperti KTT ini bisa lenyap begitu saja dari perhatian kita ? Seolah-olah tak pernah ada dalam sejarah bangsa ini ? Salah satu penyebabnya adalah karena KTT terlalu kritis. Ia bahkan sangat kritis terhadap kaumnya sendiri. Alangkah ironisnya ! * |
#69 | ![]() |
Fatbrain
9 Oktober 2004 jam 10:28pm
 
Agak panjang tp pretty good... IF I KNEW... If I knew it would be the last time If I knew it would be the last time If I knew it would be the last time, If I knew it would be the last time For surely there's always tomorrow There will always be another day But just in case I might be wrong, Tomorrow is not promised to anyone, So if you're waiting for tomorrow, that you didn't take that extra time So hold your loved ones close today, Take time to say "I'm sorry", |
#70 | ![]() |
eeyore
20 Oktober 2004 jam 6:37am
 
Orang Beragama atau Orang Baik ? Seorang lelaki berniat untuk menghabiskan seluruh waktunya untuk beribadah. Seorang nenek yang merasa iba melihat kehidupannya membantunya dengan membuatkan sebuah pondok kecil dan memberinya makan, sehingga lelaki itu dapat beribadah dengan tenang. Setelah berjalan selama 20 tahun, si nenek ingin melihat kemajuan yang telah dicapai lelaki itu. Si nenek memutuskan untuk mengujinya dengan seorang gadis cantik. " Masuklah ke dalam pondok. Maka gadis itu pun masuk ke dalam pondok dan melakukan apa yang disarankan oleh si nenek. Laki-laki itu menjadi sangat marah karena tindakan yang tak sopan itu. Ia mengambil sapu dan mengusir gadis itu keluar dari pondoknya. Ketika gadis itu kembali dan melaporkan apa yang terjadi, si nenek menjadi marah. " Percuma saya memberi makan orang itu selama 20 tahun," Si nenek berkata kepada si gadis, Apa yang menarik dari cerita di atas ? Taat beragama ternyata sama sekali tak menjamin perilaku seseorang. Ada banyak contoh yang dapat kita kemukakan di sini. Seorang kawan yang berbusana sangat sopan, dengan menutup rapi seluruh aurat, ternyata suka berselingkuh. Kawan yang lain sangat rajin ikut kebaktian tapi tak henti-hentinya menyakiti orang lain. Adapula kawan yang berkali-kali menunaikan ibadah ke tanah suci tetapi terus melakukan korupsi di kantornya. Lantas di mana letak kesalahannya ? Banyak orang yang memahami agama dalam pengertian ritual dan fiqih belaka. Dalam konsep mereka, beragama berarti melakukan kegiatan ritual peribadatan dan membaca - bukan mengkaji - kitab suci. Padahal esensi beragama bukan di situ. Esensi beragama justru pada budi pekerti yang mulia. Kedua, agama sering dipahami sebagai serangkaian peraturan dan larangan. Dengan demikian makna agama telah tereduksi sedemikian rupa menjadi kewajiban dan bukan kebutuhan. Agama diajarkan dengan pendekatan hukum ( outside-in ), bukannya dengan pendekatan kebutuhan dan komitmen ( inside-out ). Ini menjauhkan agama dari makna sebenarnya yaitu sebagai sebuah sebuah cara hidup ( way of life ), apalagi cara berpikir ( way of thinking ). Agama seharusnya dipahami sebagai sebuah kebutuhan tertinggi manusia. Kita tidak beribadah karena surga dan neraka, tetapi karena kita lapar secara rohani. Kita beribadah karena kita menginginkan kesejukan dan kenikmatan batin yang tiada taranya. Kita berbuat baik bukan karena takut, tapi karena kita tak ingin melukai diri kita sendiri dengan perbuatan yang jahat. Ada sebuah pengalaman menarik ketika saya bersekolah di London dulu. Kali ini berkaitan dengan polisi. Berbeda dengan di Indonesia, bertemu dengan polisi disana akan membuat perasaan kita aman dan tenteram. Bahkan masyarakat Inggris memanggil polisi dengan panggilan kesayangan : Bobby. Suatu ketika dompet saya yang berisi surat-surat penting dan sejumlah uang hilang. Kemungkinan tertinggal di dalam taksi. Ini tentu membuat saya agak panik, apalagi hal itu terjadi pada hari-hari pertama saya tinggal di London. Tapi setelah memblokir kartu kredit dan sebagainya, saya pun perlahan-lahan melupakan kejadian tersebut. Yang menarik, beberapa hari kemudian, keluarga saya di Jakarta menerima surat dari kepolisian London yang menyatakan bahwa saya dapat mengambil dompet tersebut di kantor kepolisian setempat. Ketika datang kesana, saya dilayani dengan ramah. Saking gembiranya, saya memberikan selembar uang 5 pound sambil mengatakan, " Ambil saja kembalinya." Anehnya, si polisi hanya tersenyum dan memberikan uang kembalinya kepada saya seraya mengatakan bahwa itu bukan haknya. Sebelum saya pergi, ia bahkan meminta saya untuk mengecek dompet itu baik-baik seraya mengatakan bahwa kalau ada barang yang hilang ia bersedia membantu saya untuk menemukannya. Hakekat keberagamaan sebetulnya adalah berbudi luhur. *** Sumber : |
#71 | ![]() |
yinyeksin
29 Oktober 2004 jam 9:56am
 
Menanam Bunga Perhatian Dalam sebuah kunjungan ke sebuah panti jompo yang serba kecukupan, Ibu Theresa pernah memiliki pengalaman yang patut di simak. Kendati kehidupan di panti jompo ini tergolong lebih dari cukup, semua orang tua yang tinggal di sini, ketika duduk di ruangan untuk menonton tv, bukannya memandang tv, hampir semua mata menatap pintu masuk. Alasan kenapa mereka menatap pintu masuk, karena semuanya berharap akan dikunjungi oleh anak, keluarga atau saudara yang bisa memberi mereka perhatian. Membaca pengalaman ini, saya teringat sedih ke Bapak saya yang tinggal di kampung sana. Di umurnya yang sudah berkepala sembilan, setiap sore setelah mandi, beliau selalu diminta dipapah dan disediakan kursi untuk duduk di pintu masuk rumah. Untuk kemudian, menatap setiap orang yang lewat di jalan satu persatu. Tetangga saya sebelah rumah di Bintaro Jaya juga demikian. Hampir setiap sore orang tua yang berjalan dibantu kursi roda ini, duduk di depan rumahnya sambil memandangi jalan. Tadinya, saya tidak tahu apa yang mereka pikirkan, tetapi ketika membaca pengalaman Ibu Theresa di atas, ada semacam perasaan berdosa terhadap Bapak saya di kampung, demikian juga dengan orang tua sebelah rumah. Rupanya, mereka amat rindu perhatian. Di umur-umur yang tidak lagi produktif ini, setangkai bunga perhatian adalah vitamin-vitamin kejiwaan yang amat dibutuhkan. Yang jelas, siapapun Anda dan dimanapun Anda berada, tua muda, di kota maupun di desa, semua memerlukan perhatian orang lain. Sayangnya, banyak orang yang amat pelit untuk memberikan bunga perhatian buat orang lain. Tidak sedikit orang, hanya meminta untuk diberikan bunga terakhir. Padahal, bunga terakhir berharga tidak mahal. Bahkan, kita tidak membelinya. Dalam ruang lingkup yang lebih besar, alasan ekonomi biaya tinggi sebagai tameng ketidakmampuan dalam mensejahterakan karyawan, jauhnya jarak sosial antara atasan dengan bawahan, tingginya rasio antara gaji orang di puncak dengan orang di bawah, teganya politisi membunuh orang untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu, atau koruptor yang rela mengkorupsi dana untuk rakyat miskin, adalah rangkaian bukti yang bisa membawa saya pada kesimpulan, betapa langkanya orang dan pemimpin yang kemana-mana membawa setangkai bunga perhatian. Memang, ada orang yang memiliki teori, bahwa kalau kita lahir dari masyarakat dan keluarga yang miskin perhatian, maka kitapun akan terbentuk menjadi manusia yang miskin perhatian juga. Inilah problemanya. Jika menunggu sampai masyarakat dan keluarga berubah, atau organisasi berubah baru kemudian individunya berubah, maka kapan bisa terbentuk barisan manusia lengkap dengan bunga perhatian yang indah? Ibu Theresa tepat sekali ketika menulis: "We must remember that love begins at home, and we must also remember that the future of humanity passes through the family." Ini berarti, bunga perhatian mesti mulai ditanam, dipupuk dan disemai di rumah. Sebab, dari rumahlah bunga indah ini disebarkan. Kenapa mulai dari rumah, sebab masa depan kemanusiaan berjalan melalui institusi keluarga. Bercermin dari sini, kadang saya dihinggapi perasaan berdosa. Sebab, semenjak merangkap menjadi eksekutif, konsultan, pembicara publik dan Putera saya yang bungsu, sering kali meminta makan di pangkuan saya tatkala saya juga makan. Wika puteri semata wayang saya, semangat sekali setiap kali saya sampai di rumah. Adi, putera kedua saya, sering kali merengek ke supir agar diajak ikut menjemput saya di bandar udara. Semua itu, membuat perasaan berdosa dalam diri ini. Bagaimanakah saya akan menanam bunga perhatian dalam keluarga yang amat saya cintai ini? Kadang, saya berharap memiliki waktu empat puluh delapan jam sehari. Sempat teringat petuah teman untuk meningkatkan kualitas bukan kuantitas hubungan dengan anak. Atau mengkompensasinya dengan materi. Akan tetapi, tetap tidak bisa memberikan kompensasi. Apapun bayarannya, setiap anak mendambakan ayahnya ikut bermain dengan mereka. Menaikkan layang-layang yang ingin diterbangkan. Menendang bola yang gawangnya mereka jaga. Menggambarkan kelinci dalam kertas yang anak-anak sediakan. Menjemput puteri saya di sekolah yang sedang sombong-sombongnya memamerkan ayah serta mobilnya, mengantar Adi berenang, menaikkan layang-layang, serta bermain game sepuasnya, atau mengajak Komang berjalan-jalan dan menjawab semua keingintahuannya, atau menemani isteri sehari penuh dan memenuhi keinginannya, adalah serangkaian mimpi yang jarang bisa saya penuhi. Serangkaian kegiatan, yang sebenarnya bisa membuat pohon bunga perhatian tumbuh di mana-mana di rumah. Sering kali saya dibuat iri oleh tetangga yang amat rajin menemani anaknya naik sepeda berkeliling komplek. Ada juga yang setiap pagi memandikan anjing kesayangan sang anak, menuntun anak sampai gerbang sekolah, mengajari mereka naik sepeda. Lebih iri lagi, kalau di bandar udara saya bertemu seorang suami yang menggandeng isterinya dengan penuh kemesraan. Semacam lahan subur untuk bunga perhatian, bukankah akan membahagiakan sekali jika kita bekerja di sebuah organisasi yang diisi oleh manusia-manusia yang saling memperhatikan? |
#72 | ![]() |
yinyeksin
1 November 2004 jam 12:43pm
 
PANTULAN BULAN BUKAN BULAN |
#73 | ![]() |
hey_sephia
2 Desember 2004 jam 9:01pm
 
Cinta adalah cinta Sejak semula, keluarga si cantik tidak menyetujui hubungannya dengan sang pemuda. Mereka mengajukan alasan mengenai latar belakang keluarga si pemuda, bahwa jika si cantik memaksa terus bersama dengan sang pemuda, dia akan menderita seumur hidupnya, penderitaan yang mungkin tak dapat ia tanggungkan. Karena tekanan dari keluarganya, si cantik jadi sering bertengkar dengan pacarnya. Si Cantik itu benar-benar mencintainya, dan dia terus-menerus bertanya, "Seberapa besar kamu mencintaiku?" Sang pemuda tidak begitu pandai berbicara, dia selalu membuat si cantik marah. Dan komentar-komentar dari orangtuanya membuatnya bertambah kesal. Sang pemuda selalu menjadi sasaran pelampiasan kemarahannya. Dan sang pemuda selalu membiarkannya melampiaskan kemarahannya kepadanya... Setelah beberapa saat, sang pemuda lulus dari perguruan tinggi. Ia bermaksud meneruskan kuliahnya ke luar negeri, tapi sebelum dia pergi, dia melamar si cantik, "Saya tidak tahu bagaimana mengucapkan kata-kata manis, tapi saya tahu bahwa saya mencintaimu. Jika kamu setuju, saya ingin menjagamu seumur hidupmu. Mengenai keluargamu, saya akan berusaha keras untuk meyakinkan mereka agar menyetujui hubungan kita. Maukah kamu menikah denganku?" Si cantik setuju, dan keluarganya setelah melihat usaha dari sang pemuda, akhirnya merestui hubungan mereka. Sebelum pemuda itu berangkat, mereka bertungan terlebih dahulu. Si cantik tetap tinggal di kampung halaman dan bekerja, sementara sang pemuda meneruskan kuliahnya di LN. Mereka melanjutkan hubungan mereka melalui surat dan telepon. Kadang-kadang timbul kesulitan, tapi mereka tidak menyerah terhadap keadaan. Suatu hari, dalam perjalanan ke tempat perhentian bis sepulang dari kerja, si cantik tertabrak mobil hingga tak sadarkan diri. Ketika siuman, dia melihat kedua orangtuanya dan menyadari betapa beruntungnya dia dapat selamat. Melihat air mata orangtuanya, dia berusaha untuk menghibur mereka. Tetapi dia menemukan... bahwa dia tidak dapat berbicara sama sekali. Dia bisu. Menurut dokter kecelakaan tersebut telah mencederai otaknya, dan itu menyebabkannya bisu seumur hidupnya. Mendengar orangtuanya membujuknya, tapi tidak dapat menjawab sepatah kata pun, cantik tersebut pingsan. Sepanjang hari hanya dapat menangis dan membisu. Ketika akhirnya dia boleh pulang dari RS, dia mendapati rumahnya masih seperti sedia kala. Hanya jika telepon berdering, dia menjadi pilu. Dering telepon telah menjadi mimpi terburuknya. Dia tidak dapat memberitakan kabar buruk tersebut kepada pacarnya dan menjadi bebannya. Dia menulis sepucuk surat untuknya, memberitahukan bahwa dia tidak mau lagi menunggunya. Hubungan antara mereka sudah putus, bahkan dia mengembalikan cincin pertunangan mereka. Mendapat surat dan telepon dari si pemuda, dia hanya bisa menitikkan air mata.... Pindah ke tempat baru, si cantik mulai belajar bahasa isyarat. Dia berusaha melupakan sang pemud.. Suatu hari sahabatnya memberitahukan bahwa pemuda itu telah kembali dan mencarinya ke mana-mana. Dia meminta sahabatnya untuk tidak memberitahukan di mana dia berada dan menyuruh pemuda itu untuk melupakannya. Lebih dari setahun, tidak terdengar lagi kabar pemuda itu sampai akhirnya sahabat si cantik menyampaikan bahwa sang pemuda akan menikah dan menyerahkan surat undangan. Dia membuka surat undangan itu dengan hati pedih, dan menemukan namanya tercantum dalam undangan. Sebelum dia sempat bertanya kepada sahabatnya, tiba-tiba sang pemuda muncul di hadapannya. Dengan bahasa isyarat yang kaku, ia menyampaikan bahwa, "Aku telah menghabiskan waktu lebih dari setahun untuk mempelajari bahasa isyarat, agar dapat memberitahukan kepadamu bahwa aku belum melupakan janji kita, berikan aku kesempatan, biarkan aku menjadi suaramu. I L O V E Y O U." Melihat bahasa isyarat tersebut, dan cincin pertunangannya, si cantik akhirnya tersenyum. Perlakukan setiap cinta seakan cinta terakhirmu., baru kamu akan belajar cara memberi. Perlakukan setiap hari seakan hari terakhirmu., baru kamu akan belajar cara menghargai. Jangan pernah menyerah. |
#74 | ![]() |
andrea7974
3 Desember 2004 jam 8:23am
 
EMPAT LILIN Ada 4 lilin yang menyala, Suasana begitu sunyi sehingga terdengarlah percakapan mereka. Yang pertama berkata: Yang kedua berkata: Dengan sedih giliran Lilin ketiga bicara: Tanpa terduga... Lalu dengan terharu Lilin keempat berkata: Dengan mata bersinar, sang anak mengambil Lilin Harapan, lalu menyalakan kembali ketiga Lilin lainnya. Apa yang tidak pernah mati hanyalah HARAPAN yang ada dalam hati kita.... ...dan masing-masing kita semoga dapat menjadi alat, seperti sang anak tersebut, yang dalam situasi apapun mampu menghidupkan kembali Iman, Damai, Cinta dengan HARAPAN-nya!!! |
#75 | ![]() |
yinyeksin
15 Desember 2004 jam 12:22pm
 
Important Than Presents A man going abroad to work leaves his fiancee crying. "Don't worry, I will write you everyday," he said. For years he did write her. But since he was happy with his job, he had no immediate plans of going home. One day, he received a wedding invitation. His girl friend was scheduled to be married. To whom? To the mailman bringing regularly the letters of her boy friend! Indeed, distance does make hearts flounder. The poor boyfriend surely explained, "What went wrong? I sent her letters, chocolates, and flowers." When relationships go wrong, the list of things given and done for the person usually crops up. We say, "I have given you this and that...I have But while presents are important, love demands what is basic: presence of the beloved. I have observed for instance, the orchids of my mother. When she's away for a long time, they are unhealthy and many of them wither. But when she is around, they bloom with beautiful flowers. My mother does nothing exceptional. She just spends much time talking and caressing them. I guess persons all the more require a caring presence. Love is fundamentally a commitment to a person. We may be committed to our business, Martha was busy with her job. She believed she had to work harder because she loves her father who is sick of cancer. She has to provide for his * As children, we need the assuring presence of our loved ones. Adult people need no less. * Shared by Joe Gatuslao - Philippines |
#76 | ![]() |
yinyeksin
16 Desember 2004 jam 10:10am
 
TIDAK BISA MENYENANGKAN SEMUA Suatu hari, seorang ayah dan anaknya membawa seekor keledai ke pasar. Dalam perjalanan, beberapa orang melihat mereka dan berkata, "Lihat orang-orang tolol itu, kenapa mereka tidak menunggangi saja keledai mereka?" Sang ayah mendengar cemooh ini dan menyuruh anaknya menunggang keledainya, sedangkan dia sendiri berjalan di samping. |
#77 | ![]() |
Azalae
16 Desember 2004 jam 11:20am
 
you can satisfy some about everything or you satisfy everyone about somethings but you cannot satisfy everyone regarding everything. |
#78 | ![]() |
yinyeksin
8 Februari 2005 jam 9:37am
 
Menjawab Tantangan Nelayan Jepang - unknown Orang Jepang sejak lama menyukai ikan segar. Tetapi tidak banyak ikan yang tersedia di perairan yang dekat dengan Jepang dalam beberapa dekade ini. Jadi untuk memberi makan populasi Jepang, kapal-kapal penangkap ikan bertambah lebih besar dari sebelumnya. Semakin jauh para nelayan pergi, semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk membawa hasil tangkapan itu ke daratan. Jika perjalanan pulang mencapai beberapa hari, ikan tersebut tidak segar lagi. Orang Jepang tidak menyukai rasanya. Untuk mengatasi masalah ini, perusahaan perikanan memasang freezer di kapal mereka. Mereka akan menangkap ikan dan langsung membekukannya di laut. Freezer memungkinkan kapal-kapal nelayan untuk pergi semakin jauh dan lama. Namun, orang Jepang dapat merasakan perbedaan rasa antara ikan segar dan beku, dan mereka tidak menyukai ikan beku. Ikan beku harganya menjadi lebih murah. Sehingga perusahaan perikanan memasang tangki-tangki penyimpan ikan di kapal mereka. Para nelayan akan menangkap ikan dan langsung menjejalkannya ke dalam tangki hingga berdempet-dempetan. Setelah selama beberapa saat saling bertabrakan, ikan-ikan tersebut berhenti bergerak. Mereka kelelahan dan lemas, tetapi tetap hidup. Namun, orang Jepang masih tetap dapat merasakan perbedaannya. Karena ikan tadi tidak bergerak selama berhari-hari, mereka kehilangan rasa ikan segarnya. Orang Jepang menghendaki rasa ikan segar yang lincah, bukan ikan yang lemas. Bagaimanakan perusahaan perikanan Jepang mengatasi masalah ini? Bagaimana mereka membawa ikan dengan rasa segar ke Jepang? Jika anda menjadi konsultan bagi industri perikanan, apakah yang anda rekomendasikan? Begitu anda mencapai tujuan-tujuan anda, seperti mendapatkan jodoh - memulai perusahaan yang sukses - membayar hutang-hutang anda - atau apapun, anda dapat kehilangan gairah anda. Anda tidak perlu bekerja demikian keras sehingga anda bersantai. Anda mengalami masalah yang sama dengan para pemenang lotere yang menghabiskan uang mereka, pewaris kekayaan yang tidak pernah tumbuh dewasa, dan para ibu rumah tangga jemu yang kecanduan obat-obatan resep. Seperti masalah ikan di Jepang tadi, solusi terbaiknya sederhana. Hal ini diamati oleh L. Ron Hubbard di awal 1950-an. Keuntungan dari sebuah Tantangan: Bagaimana Ikan Jepang Tetap Segar? Renungan : |
#79 | ![]() |
yinyeksin
15 Februari 2005 jam 10:46am
 
3 Hari Saja Yang pertama: Yang kedua: Yang tersisa kini hanyalah hari ini. Perlakukan setiap orang dengan kebaikan hati dan rasa hormat, meski mereka berlaku buruk pada anda. Cintailah seseorang sepenuh hati hari ini, karena mungkin besok cerita sudah berganti. Ingatlah bahwa anda menunjukkan penghargaan pada orang lain bukan karena siapa mereka, tetapi karena siapakah diri anda sendiri. Jadi teman, jangan biarkan masa lalu mengekangmu atau masa depan membuatmu bingung, lakukan yang terbaik HARI INI dan lakukan sekarang juga!!!!!! |
#80 | ![]() |
yinyeksin
18 Februari 2005 jam 10:48am
 
Bunga Mawar dan Pohon Cemara Konon di tengah hutan, bunga mawar menertawakan pohon cemara seraya berkata : "Meskipun anda tumbuh begitu tegap, tetapi anda tidak memiliki keharuman sehingga tidak dapat menarik kumbang dan lebah untuk mendekat." Pohon cemara diam saja. Demikianlah bunga mawar di mana-mana menyiarkan dan menceritakan tampak buruk pohon cemara, sehingga membuat pohon cemara tersingkir dan menyendiri di tengah hutan. Ketika musim dingin datang dan turun salju yang lebat, bunga mawar yang sombong sangat sulit mempertahankan kehidupannya. Demikian pula dengan pohon dan bunga-bunga lainnya. Hanya pohon cemara yang masih tegak berdiri di tengah badai dingin yang menerpa bumi. Di tengah malam yang sunyi, salju berbincang-bincang dengan pohon cemara. Salju berkata; "Setiap tahun saya datang ke bumi ini, selalu melihat kemakmuran dan keramaian di bumi berubah wajah. Hanya gersang dan sunyi senyap yang menyelimuti bumi. Namun, kamulah satu-satunya yang dapat melewati ujian saya dan berdiri tegak hingga dapat menahan segala macam tekanan alam. Begitu pula alam kehidupan dan manusia selalu mengalami perubahan." Demikianlah pembicaraan menarik antara pohon cemara dan salju yang terjadi di tengah malam pada musim dingin. Sedih dan gembira selalu datang silih berganti; hanya dengan keteguhan jiwa dan pikiran, kebahagiaan itu dapat diraihnya. Caci maki dan fitnah tidak dapat menjatuhkan orang yang kuat. Di dalam ungkapan Timur sering terdapat kata-kata : Ini semua mengisahkan kebodohan-kebodohan yang dilakukan seseorang dan pada akhirnya mencelakakan dirinya sendiri. Menghadapi fitnahan dan celaan, hendaknya seseorang berlapang dada bagaikan langit besar yang tak bertepi. Cuaca terang dan berawan selalu silih berganti. Belajar bagaikan cermin yang jernih dapat melihat keadaan sebenarnya. Bunga mawar hanya merasakan kepuasan dan kecongkakan sejenak, tetapi pohon cemara dapat menghadapi, menerima dan menahan diri dengan tenang dan sabar. Kita harus belajar dari sifat pohon cemara yang tegar menahan serangan, baik serangan yang bersifat tindakan, ucapan maupun pikiran, dan menjadikannya sesuatu yang sejuk, hangat dan damai. |