Sekedar Renungan

HomeForumGeneral discussionsSekedar Renungan


Halaman sebelum 1 2 3 4 5 6 7 8 9
#161
yinyeksin 3 Mei 2007 jam 10:05am  

Berani Mencoba

Alkisah, seorang pembuat jam tangan berkata kepada jam yang sedang dibuatnya. "Hai jam, apakah kamu sanggup untuk berdetak paling tidak 31,104,000 kali selama setahun?" "Ha?," kata jam terperanjat, "Mana sanggup saya?"

"Bagaimana kalau 86,400 kali dalam sehari?"

"Delapan puluh ribu empat ratus kali? Dengan jarum yang ramping-ramping seperti ini?" jawab jam penuh keraguan.

"Bagaimana kalau 3,600 kali dalam satu jam?"

"Dalam satu jam harus berdetak 3,600 kali? Banyak sekali itu" tetap saja jam ragu-ragu dengan kemampuan dirinya

Tukang jam itu dengan penuh kesabaran kemudian bicara kepada si jam, "Kalau begitu, sanggupkah kamu berdetak satu kali setiap detik?"

"Naaaa, kalau begitu, aku sanggup!" kata jam dengan penuh antusias.

Maka, setelah selesai dibuat, jam itu berdetak satu kali setiap detik.

Tanpa terasa, detik demi detik terus berlalu dan jam itu sungguh luar biasa karena ternyata selama satu tahun penuh dia telah berdetak tanpa henti.

Dan itu berarti ia telah berdetak sebanyak 31,104,000 kali

Renungan :
Ada kalanya kita ragu-ragu dengan segala tugas pekerjaan yang begitu terasa berat. Namun sebenarnya kalau kita sudah menjalankannya, kita teryata mampu. Bahkan yang semula kita anggap impossible untuk dilakukan sekalipun. Jangan berkata "tidak" sebelum Anda pernah mencobanya

Kata Bijak :
Ada yang mengukur hidup mereka dari hari dan tahun, yang lain dengan denyut jantung, gairah, dan air mata. Tetapi ukuran sejati di bawah mentari adalah apa yang telah engkau lakukan dalam hidup ini untuk orang lain.

#162
Azalae 3 Mei 2007 jam 1:33pm  

satu meter ato sejuta kilometer, langkah pertama paling susah yah. :D

#163
yinyeksin 5 Mei 2007 jam 12:00pm  

Aku pernah datang dan aku patuh

== semoga kita juga bisa belajar tegar seperti dia: patuh dan rela berkorban ==

----forwarded message----

Kisah tentang seorang gadis kecil yang cantik yang memiliki sepasang bola mata yang indah dan hati yang lugu polos. Dia adalah seorang yatim piatu dan hanya sempat hidup di dunia ini selama delapan tahun. Satu kata terakhir yang ia tinggalkan adalah 'saya pernah datang dan saya sangat penurut'.

Anak ini rela melepasakan pengobatan, padahal sebelumnya dia telah memiliki dana pengobatan sebanyak 540.000 dolar yang didapat dari perkumpulan orang Chinese seluruh dunia. Dia membagi dana tersebut menjadi tujuh bagian, yang dibagikan kepada tujuh anak kecil yang juga sedang berjuang menghadapi kematian, dan dia rela melepaskan pengobatannya.

Begitu lahir dia sudah tidak mengetahui siapa orang tua kandungnya. Dia hanya memiliki seorang papa yang mengadopsinya. Papanya berumur 30 tahun yang bertempat tinggal di provinsi She Cuan kecamatan Suang Liu, kota Sang Xin Zhen Yun Ya Chun Er Cu. Karena miskin, maka selama ini ia tidak menemukan pasangan hidupnya. Kalau masih harus mengadopsi anak kecil ini, mungkin tidak ada lagi orang yang mau dilamar olehnya. Pada tanggal 30 November 1996, tgl 20 bln 10 imlek, adalah saat dimana papanya menemukan anak kecil tersebut diatas hamparan rumput, disanalah papanya menemukan seorang bayi kecil yang sedang kedinginan. Pada saat menemukan anak ini, di dadanya terdapat selembar kartu kecil tertulis, 20 November jam 12. Melihat anak kecil ini menangis dengan suara tangisannya sudah mulai melemah, papanya berpikir kalau tidak ada orang yang memperhatikannya, maka kapan saja bayi ini bisa meninggal. Dengan berat hati papanya
memeluk bayi tersebut, dengan menghela nafas dan berkata, "saya makan apa, maka kamu juga ikut apa yang saya makan". Kemudian papanya memberikan dia nama Yu Yan.

Ini adalah kisah seorang pemuda yang belum menikah yang membesarkan seorang anak, tidak ada ASI dan juga tidak mampu membeli susu bubuk, hanya mampu memberi makan bayi tersebut dengan air tajin (air beras). Maka dari kecil anak ini tumbuh menjadi lemah dan sakit-sakitan. Tetapi anak ini sangat penurut dan sangat patuh. Musim silih berganti, Yu Yuan pun tumbuh dan bertambah besar serta memiliki kepintaran yang luar biasa. Para tetangga sering memuji Yu Yuan sangat pintar walaupun dari kecil sering sakit-sakitan dan mereka sangat menyukai Yu Yuan. Ditengah ketakutan dan kecemasan papanya, Yu Yuan pelan-pelan tumbuh dewasa.

Yu Yuan yang hidup dalam kesusahan memang luar biasa. Mulai dari umur lima tahun, dia sudah membantu papa mengerjakan pekerjaan rumah, mencuci baju, memasak nasi, dan memotong rumput. Setiap hal dia kerjakan dengan baik. Dia sadar dia berbeda dengan anak-anak lain. Anak-anak lain memiliki sepasang orang tua, sedangkan dia hanya memiliki seorang papa. Keluarga ini hanya mengandalkan dia dan papa yang saling menopang. Dia harus menjadi seorang anak yang penurut dan tidak boleh membuat papa menjadi sedih dan marah.

Pada saat dia masuk sekolah dasar, dia sendiri sudah sangat mengerti,harus giat belajar dan menjadi juara di sekolah. Inilah yang bisa membuat papanya yang tidak berpendidikan menjadi bangga di desanya. Dia tidak pernah mengecewakan papanya, dia pun bernyanyi untuk papanya. Setiap hal yang lucu yang terjadi di sekolahnya diceritakan kepada papanya.
Kadang-kadang dia bisa nakal dengan mengeluarkan soal-soal yang susah untuk menguji papanya.

Setiap kali melihat senyuman papanya, dia merasa puas dan bahagia. Walaupun tidak seperti anak-anak lain yang memiliki mama, tetapi bisa hidup bahagia dengan papa, ia sudah sangat berbahagia.

Mulai dari bulan Mei 2005 Yu Yuan mulai mengalami mimisan. Pada suatu pagi saat Yu Yuan sedang mencuci muka, ia menyadari bahwa air cuci mukanya sudah penuh dengan darah yang ternyata berasal dari hidungnya. Dengan berbagai cara tidak bisa menghentikan pendarahan tersebut sehingga papanya membawa Yu Yuan ke puskesmas desa untuk disuntik. Tetapi sayangnya dari bekas suntikan itu juga mengerluarkan darah dan tidak mau berhenti. Dipahanya mulai bermunculan bintik-bintik merah. Dokter tersebut menyarankan papanya untuk membawa Yu Yuan ke rumah sakit untuk diperiksa. Begitu tiba di rumah sakit, Yu Yuan tidak mendapatkan nomor karena antrian sudah panjang. Yu Yuan hanya bisa duduk sendiri dikursi yang panjang untuk menutupi hidungnya. Darah yang keluar dari hidungnya bagaikan air yang terus mengalir dan memerahi lantai. Karena papanya merasa tidak enak kemudian mengambil sebuah baskom kecil untuk menampung darah yang keluar dari hidung Yu Yuan. Tidak sampai sepuluh menit, baskom yang kecil tersebut sudah penuh berisi darah yang keluar dari hidung Yu Yuan.

Dokter yang melihat keadaaan ini cepat-cepat membawa Yu Yuan untuk diperiksa. Setelah diperiksa, dokter menyatakan bahwa Yu Yuan terkena Leukimia ganas. Pengobatan penyakit tersebut sangat mahal yang memerlukan biaya sebesar 300.000 $. Papanya mulai cemas melihat anaknya yang terbaring lemah di ranjang. Papanya hanya memiliki satu niat yaitu
menyelamatkan anaknya. Dengan berbagai cara meminjam uang ke sanak saudara dan teman dan ternyata, uang yang terkumpul sangatlah sedikit. Papanya akhirnya mengambil keputusan untuk menjual rumahnya yang merupakan harta satu satunya. Tapi karena rumahnya terlalu kumuh, dalam waktu yang singkat tidak bisa menemukan seorang pembeli.

Melihat mata papanya yang sedih dan pipi yang kian hari kian kurus, dalam hati Yu Yuan merasa sedih. Pada suatu hari Yu Yuan menarik tangan papanya, air mata pun mengalir dikala kata-kata belum sempat terlontar. "Papa saya ingin mati". Papanya dengan pandangan yang kaget melihat Yu Yuan, "Kamu baru berumur 8 tahun kenapa mau mati". "Saya adalah anak yang dipungut, semua orang berkata nyawa saya tak berharga, tidaklah cocok dengan
penyakit ini, biarlah saya keluar dari rumah sakit ini."

Pada tanggal 18 juni, Yu Yuan mewakili papanya yang tidak mengenal huruf, menandatangani surat keterangan pelepasan perawatan. Anak yang berumur delapan tahun itu pun mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan pemakamannya sendiri. Hari itu juga setelah pulang kerumah, Yu Yuan yang sejak kecil tidak pernah memiliki permintaan, hari itu meminta dua
permohonan kepada papanya. Dia ingin memakai baju baru dan berfoto. Yu Yuan berkata kepada papanya: "Setelah saya tidak ada, kalau papa merindukan saya lihatlah foto ini". Hari kedua, papanya menyuruh bibi menemani Yu Yuan pergi ke kota dan membeli baju baru. Yu Yuan sendirilah yang memilih baju yang dibelinya. Bibinya memilihkan satu rok yang
berwarna putih dengan corak bintik-bintik merah. Begitu mencoba dia tidak rela melepaskannya. Kemudian mereka bertiga tiba di sebuah studio foto. Yu Yuan kemudian memakai baju barunya dengan pose secantik mungkin berjuang untuk tersenyum. Bagaimanapun ia berusaha tersenyum, pada akhirnya juga tidak bisa menahan air matanya yang mengalir keluar. Kalau bukan karena seorang wartawan Chuan Yuan yang bekerja di surat kabar Cheng Du Wan Bao, Yu Yuan akan seperti selembar daun yang lepas dari pohon dan hilang ditiup angin.

Setelah mengetahui keadaan Yu Yuan dari rumah sakit, Chuan Yuan kemudian menuliskan sebuah laporan, menceritakan kisah Yu Yuan secara detail. Cerita tentang anak yg berumur 8 tahun mengatur pemakamannya sendiri dan akhirnya menyebar keseluruh kota Rong Cheng. Banyak orang-orang yang tergugah oleh seorang anak kecil yang sakit ini, dari ibu kota sampai satu Negara bahkan sampai keseluruh dunia. Mereka mengirim email ke seluruh
dunia untuk menggalang dana bagi anak ini. Dunia yang damai ini menjadi suara panggilan yang sangat kuat bagi setiap orang.

Hanya dalam waktu sepuluh hari, dari perkumpulan orang Chinese didunia saja telah mengumpulkan 560.000 dolar. Biaya operasi pun telah tercukupi. Titik kehidupan Yu Yuan sekali lagi dihidupkan oleh cinta kasih semua orang.

Setelah itu, pengumuman penggalangan dana dihentikan tetapi dana terus mengalir dari seluruh dunia. Dana pun telah tersedia dan para dokter sudah ada untuk mengobati Yu Yuan. Satu demi satu gerbang kesulitan pengobatan juga telah dilewati. Semua orang menunggu hari suksesnya Yu Yuan. Ada seorang teman di-email bahkan menulis: "Yu Yuan anakku yang tercinta saya mengharapkan kesembuhanmu dan keluar dari rumah sakit. Saya mendoakanmu
cepat kembali ke sekolah. Saya mendambakanmu bisa tumbuh besar dan sehat. Yu Yuan anakku tercinta."

Pada tanggal 21 Juni, Yu Yuan yang telah melepaskan pengobatan dan menunggu kematian akhirnya dibawa kembali ke ibu kota. Dana yang sudah terkumpul, membuat jiwa yang lemah ini memiliki harapan dan alasan untuk terus bertahan hidup. Yu Yuan akhirnya menerima pengobatan dan dia sangat menderita didalam sebuah pintu kaca tempat dia berobat. Yu Yuan kemudian berbaring di ranjang untuk diinfus. Ketegaran anak kecil ini membuat semua orang kagum padanya. Dokter yang menangani dia, Shii Min berkata, dalam perjalanan proses terapi akan mendatangkan mual yang sangat hebat. Pada permulaan terapi Yu Yuan sering sekali muntah. Tetapi Yu Yuan tidak pernah mengeluh. Pada saat pertama kali melakukan pemeriksaan sumsum tulang belakang, jarum suntik ditusukkan dari depan dadanya, tetapi Yu Yuan tidak menangis dan juga tidak berteriak, bahkan tidak meneteskan air mata. Yu yuan dari lahir sampai maut menjemput tidak pernah mendapat kasih sayang seorang ibu. Pada saat dokter Shii Min menawarkan Yu Yuan untuk menjadi anak perermpuannya, air mata Yu Yuan pun mengalir tak terbendung.

Hari kedua saat dokter Shii Min datang, Yu Yuan dengan malu-malu memanggil dengan sebutan Shii Mama. Pertama kalinya mendengar suara itu, Shii Min kaget, dan kemudian dengan tersenyum dan menjawab, "Anak yang baik". Semua orang mendambakan sebuah keajaiban dan menunggu momen dimana Yu Yuan hidup dan sembuh kembali. Banyak masyarakat datang untuk menjenguk Yu Yuan dan banyak orang menanyakan kabar Yu Yuan dari email. Selama dua bulan Yu Yuan melakukan terapi dan telah berjuang menerobos sembilan pintu maut. Pernah mengalami pendarahan dipencernaan dan selalu selamat dari bencana. Sampai akhirnya darah putih dari tubuh Yu Yuan sudah bisa terkontrol. Semua orang-orang pun menunggu kabar baik dari kesembuhan Yu Yuan.

Tetapi efek samping yang dikeluarkan oleh obat-obat terapi sangatlah menakutkan, apalagi dibandingkan dengan anak-anak leukemia yang lain fisik Yu Yuan jauh sangat lemah. Setelah melewati operasi tersebut fisik Yu Yuan semakin lemah.

Pada tanggal 20 agustus, Yu Yuan bertanya kepada wartawan Fu Yuan: "Tante kenapa mereka mau menyumbang dana untuk saya?" Tanya Yu Yuan kepada wartawan tersebut. Wartawan tersebut menjawab, "karena mereka semua adalah orang yang baik hati". Yu Yuan kemudian berkata : "Tante saya juga mau menjadi orang yang baik hati". Wartawan itupun menjawab, "Kamu memang orang yang baik. Orang baik harus saling membantu agar bisa berubah menjadi semakin baik". Yu yuan dari bawah bantal tidurnya mengambil sebuah buku, dan diberikan kepada ke Fu Yuan. "Tante ini adalah surat wasiat saya."

Fu yuan kaget sekali, membuka dan melihat surat tersebut. Ternyata Yu Yuan telah mengatur tentang pengaturan pemakamannya sendiri. Ini adalah seorang anak yang berumur delapan tahun yang sedang menghadapi sebuah kematian dan diatas ranjang menulis tiga halaman surat wasiat dan dibagi menjadi enam bagian, dengan pembukaan, tante Fu Yuan, dan diakhiri dengan selamat tinggal tante Fu Yuan.

Dalam satu artikel itu nama Fu Yuan muncul tujuh kali dan masih ada sembilan sebutan singkat tante wartawan. Dibelakang ada enam belas sebutan dan ini adalah kata setelah Yu Yuan meninggal. Dia juga ingin menyatakan terima kasih serta selamat tinggal kepada orang- orang yang selama ini telah memperhatikan dia lewat surat kabar. "Sampai jumpa tante, kita berjumpa lagi dalam mimpi. Tolong jaga papa saya. Dan sedikit dari dana
pengobatan ini bisa dibagikan kepada sekolah saya. Dan katakana ini juga pada pemimpin palang merah. Setelah saya meninggal, biaya pengobatan itu dibagikan kepada orang-orang yang sakit seperti saya. Biar mereka lekas sembuh". Surat wasiat ini membuat Fu Yuan tidak bisa menahan tangis yang membasahi pipinya.

"Saya pernah datang, saya sangat patuh", demikianlah kata-kata yang keluar dari bibir Yu Yuan. Pada tanggal 22 agustus, karena pendarahan dipencernaan hampir satu bulan, Yu Yuan tidak bisa makan dan hanya bisa mengandalkan infus untuk bertahan hidup. Mula mulanya berusaha mencuri makan, Yu Yuan mengambil mie instant dan memakannya. Hal ini membuat
pendarahan di pencernaan Yu Yuan semakin parah. Dokter dan perawat pun secepatnya memberikan pertolongan darurat dan memberi infus dan transfer darah setelah melihat pendarahan Yu Yuan yang sangat hebat. Dokter dan para perawat pun ikut menangis. Semua orang ingin membantu meringankan pederitaannya. Tetapi tetap tidak bisa membantunya. Yu Yuan yang telah menderita karena penyakit tersebut akhirnya meninggal dengan tenang.
Semua orang tidak bisa menerima kenyataan ini melihat malaikat kecil yang cantik yang suci bagaikan air sungguh telah pergi kedunia lain.

Dikecamatan She Chuan, sebuah email pun dipenuhi tangisan menghantar kepergian Yu Yuan. Banyak yang mengirimkan ucapan turut berduka cita dengan karangan bunga yang ditumupuk setinggi gunung. Ada seorang pemuda berkata dengan pelan "Anak kecil, kamu sebenarnya adalah malaikat kecil diatas langit, kepakanlah kedua sayapmu. Terbanglah.. ......... ...." demikian kata-kata dari seorang pemuda tersebut.

Pada tanggal 26 Agustus, pemakaman Yu Yuan dilaksanakan saat hujan gerimis. Didepan rumah duka, banyak orang-orang berdiri dan menangis mengantar kepergian Yu Yuan. Mereka adalah papa mama Yu Yuan yang tidak dikenal oleh Yu Yuan semasa hidupnya. Demi Yu Yuan yang menderita karena leukemia dan melepaskan pengobatan demi orang lain, maka datanglah papa
mama dari berbagai daerah yang diam-diam mengantarkan kepergian Yu Yuan.

Didepan kuburannya terdapat selembar foto Yu Yuan yang sedang tertawa. Diatas batu nisannya tertulis, "Aku pernah datang dan aku sangat patuh" (30 nov 1996- 22 agus 2005). Dan dibelakangnya terukir perjalanan singkat riwayat hidup Yu Yuan. Dua kalimat terakhir adalah disaat dia masih hidup telah menerima kehangatan dari dunia.

Sesuai pesan dari Yu Yuan, sisa dana 540.000 dolar tersebut disumbangkan kepada anak-anak penderita luekimia lainnya. Tujuh anak yang menerima bantuan dana Yu Yuan itu adalah : Shii Li, Huang Zhi Qiang, Liu Ling Lu, Zhang Yu Jie, Gao Jian, Wang Jie. Tujuh anak kecil yang kasihan ini semua berasal dari keluarga tidak mampu. Mereka adalah anak-anak miskin yang berjuang melawan kematian.

Pada tanggal 24 September, anak pertama yang menerima bantuan dari Yu Yuan di rumah sakit Hua Xi berhasil melakukan operasi. Senyuman yang mengambang pun terlukis diraut wajah anak tersebut. "Saya telah menerima bantuan dari kehidupan Anda, terima kasih adik Yu Yuan kamu pasti sedang melihat kami diatas sana . Jangan risau, kelak di batu nisan, kami juga akan mengukirnya dengan kata-kata "Aku pernah datang dan aku sangat patuh".

Demikianlah sebuah kisah yang sangat menggugah hati. Seorang anak kecil yang berjuang bertahan hidup dan akhirnya harus menghadapi kematian akibat sakit yang dideritanya. Dengan kepolosan dan ketulusan serta baktinya kepada orang tuanya, akhirnya mendapatkan respon yang luar biasa dari kalangan Dunia. Walaupun hidup serba kekuarangan, dia bisa memberikan kasihnya terhadap sesama. Inilah contoh yang seharusnya kita pun mampu melakukan hal yang sama, berbuat sesuatu yang bermakna bagi sesama, memberikan sedikit kehangatan dan perhatian kepada orang yang membutuhkan. Pribadi dan hati seperti inilah yang dinamakan pribadi seorang pengasih.

Sumber: Unknown (Tidak Diketahui)

#164
yinyeksin 25 Mei 2007 jam 10:57am  

Rahasia Kecil Kebahagiaan

Sumber/Penulis: Tak Diketahui

Rahasia kebahagiaan adalah memusatkan perhatian pada kebaikan dalam diri orang lain. Sebab, hidup bagaikan lukisan: Untuk melihat keindahan lukisan yang terbaik sekalipun, lihatlah di bawah sinar yang terang, bukan di tempat yang tertutup dan gelap sama halnya sebuah gudang.

Rahasia kebahagiaan adalah tidak menghindari kesulitan. Dengan memanjat bukit, bukan meluncurinya, kaki seseorang tumbuh menjadi kuat.

Rahasia kebahagiaan adalah melakukan segala sesuatu bagi orang lain. Air yang tak mengalir tidak berkembang. Namun, air yang mengalir dengan bebas selalu segar dan jernih.

Rahasia kebahagiaan adalah belajar dari orang lain, dan bukan mencoba mengajari mereka. Semakin Anda menunjukkan seberapa banyak Anda tahu, semakin orang lain akan mencoba menemukan kekurangan dalam pengetahuan Anda. Mengapa bebek disebut "bodoh"? Karena terlalu banyak bercuap-cuap.

Rahasia kebahagiaan adalah kebaikan hati: memandang orang lain sebagai anggota keluarga besar Anda. Sebab, setiap ciptaan adalah milik Anda. Kita semua adalah ciptaan TUHAN yang satu.

Rahasia kebahagiaan adalah tertawa bersama orang lain, sebagai sahabat, dan bukan menertawakan mereka, sebagai hakim.

Rahasia kebahagiaan adalah tidak sombong. Bila Anda menganggap mereka penting, Anda akan memiliki sahabat ke manapun Anda pergi. Ingatlah bahwa musang yang paling besar akan mengeluarkan bau yang paling menyengat.

Kebahagiaan datang kepada mereka yang memberikan cintanya secara bebas, yang tidak meminta orang lain mencintai mereka terlebih dahulu. Bermurah hatilah seperti mentari yang memancarkan sinarnya tanpa terlebih dahulu bertanya apakah orang-orang patut menerima
kehangatannya.

Kebahagiaan berarti menerima apapun yang datang, dan selalu mengatakan kepada diri sendiri "Aku bebas dalam diriku".

Kebahagiaan berarti membuat orang lain bahagia. Padang rumput yang penuh bunga membutuhkan pohon-pohon di sekelilingnya, bukan bangunan-bangunan beton yang kaku. Kelilingilah padang hidup Anda dengan kebahagiaan.

Kebahagiaan berasal dari menerima orang lain sebagaimana adanya; nyatanya menginginkan mereka bukan sebagaimana adanya. Betapa akan membosankan hidup ini jika setiap orang sama. Bukankah taman pun akan tampak janggal bila semua bunganya berwarna ungu?

Rahasia kebahagiaan adalah menjaga agar hati Anda terbuka bagi orang lain, dan bagi pengalaman-pengalaman hidup. Hati laksana pintu sebuah rumah. Cahaya matahari hanya dapat masuk bilamana pintu rumah itu terbuka lebar.

Rahasia kebahagiaan adalah memahami bahwa persahabatan jauh lebih berharga daripada barang; lebih berharga daripada mengurusi urusan sendiri; lebih berharga daripada bersikukuh pada kebenaran dalam perkara-perkara! yang tidak prinsipiil.

Renungkan setiap rahasia yang ada di dalamnya. Rasakan apa yang dikatakannya.

#165
ToOn99 9 Juli 2007 jam 6:04pm  

This is the fate of many good plan A
Believe me, this could happen to every one of us. :))
planasz8.png

#166
hey_sephia 9 Juli 2007 jam 6:34pm  

haha that's really funnyyyy!!

I don't know where you're going but I have a nice bed here wanna join me? ;)

#167
hey_sephia 12 Juli 2007 jam 6:46pm  

Di bawah ini adalah salah satu contoh tragis.

Sering kali orang tidak mensyukuri apa yang diMILIKInya sampai
akhirnya
.....

Rani, sebut saja begitu namanya. Kawan kuliah ini berotak cemerlang
dan
memiliki idealisme tinggi. Sejak masuk kampus, sikap dan konsep
dirinya
sudah jelas: meraih yang terbaik, di bidang akademis maupun profesi
yang
akan digelutinya. ''Why not the best,'' katanya selalu, mengutip
seorang
mantan presiden Amerika.

Ketika Universitas mengirim mahasiswa untuk studi Hukum Internasional
di
Universiteit Utrecht, Belanda, Rani termasuk salah satunya. Saya lebih
memilih menuntaskan pendidikan kedokteran.

Berikutnya, Rani mendapat pendamping yang ''selevel''; sama-sama
berprestasi, meski berbeda profesi.

Alifya, buah cinta mereka, lahir ketika Rani diangkat sebagai staf
diplomat, bertepatan dengan tuntasnya suami dia meraih PhD. Lengkaplah
kebahagiaan mereka. Konon, nama putera mereka itu diambil dari huruf
pertama hijaiyah ''alif'' dan huruf terakhir ''ya'', jadilah nama yang
enak didengar: Alifya. Saya tak sempat mengira, apa mereka bermaksud
menjadikannya sebagai anak yang pertama dan terakhir.

Ketika Alif, panggilan puteranya itu, berusia 6 bulan, kesibukan Rani
semakin menggila. Bak garuda, nyaris tiap hari ia terbang dari satu
kota
ke kota lain, dan dari satu negara ke negara lain.

Setulusnya saya pernah bertanya, ''Tidakkah si Alif terlalu kecil
untuk
ditinggal-tinggal?'' Dengan sigap Rani menjawab, ''Oh, saya sudah
mengantisipasi segala sesuatunya. Everything is OK!'' Ucapannya itu
betul-betul ia buktikan. Perawatan dan perhatian anaknya, ditangani
secara profesional oleh baby sitter mahal. Rani tinggal mengontrol
jadual Alif lewat telepon. Alif tumbuh menjadi anak yang tampak
lincah,
cerdas dan gampang mengerti.

Kakek-neneknya selalu memompakan kebanggaan kepada cucu semata wayang
itu, tentang kehebatan ibu-bapaknya. Tentang gelar dan nama besar,
tentang naik pesawat terbang, dan uang yang banyak.

''Contohlah ayah-bunda Alif, kalau Alif besar nanti.'' Begitu selalu
nenek Alif, ibunya Rani, berpesan di akhir dongeng menjelang tidurnya.

Ketika Alif berusia 3 tahun, Rani bercerita kalau dia minta adik.
Terkejut dengan permintaan tak terduga itu, Rani dan suaminya kembali
menagih pengertian anaknya. Kesibukan mereka belum memungkinkan untuk
menghadirkan seorang adik buat Alif. Lagi-lagi bocah kecil ini
''memahami'' orang tuanya. Buktinya, kata Rani, ia tak lagi merengek
minta adik. Alif, tampaknya mewarisi karakter ibunya yang bukan
perengek. Meski kedua orangtuanya kerap pulang larut, ia jarang sekali
ngambek.

Bahkan, tutur Rani, Alif selalu menyambut kedatangannya dengan penuh
ceria. Maka, Rani menyapanya ''malaikat kecilku''.

Sungguh keluarga yang bahagia, pikir saya. Meski kedua orangtuanya
super
sibuk, Alif tetap tumbuh penuh cinta. Diam-diam, saya iri pada
keluarga
ini.

Suatu hari, menjelang Rani berangkat ke kantor, entah mengapa Alif
menolak dimandikan baby sitter. ''Alif ingin Bunda mandikan,'' ujarnya
penuh harap. Karuan saja Rani, yang detik ke detik waktunya sangat
diperhitungkan, gusar. Ia menampik permintaan Alif sambil tetap gesit
berdandan dan mempersiapkan keperluan kantornya. Suaminya pun turut
membujuk Alif agar mau mandi dengan Tante Mien, baby sitter-nya.
Lagi-lagi, Alif dengan pengertian menurut, meski wajahnya cemberut.

Peristiwa ini berulang sampai hampir sepekan. ''Bunda, mandikan aku!''
kian lama suara Alif penuh tekanan. Toh, Rani dan suaminya berpikir,
mungkin itu karena Alif sedang dalam masa pra-sekolah, jadinya agak
lebih minta perhatian. Setelah dibujuk-bujuk, akhirnya Alif bisa
ditinggal juga.

Sampai suatu sore, saya dikejutkan telponnya Mien, sang baby sitter.
''Bu dokter, Alif demam dan kejang-kejang. Sekarang di Emergency.''
Setengah terbang, saya ngebut ke UGD. But it was too late. Allah swt
sudah punya rencana lain. Alif, si malaikat kecil, keburu dipanggil
pulang oleh-Nya.

Rani, ketika diberi tahu soal Alif, sedang meresmikan kantor barunya.
Ia
shock berat. Setibanya di rumah, satu-satunya keinginan dia adalah
memandikan putranya. Setelah pekan lalu Alif mulai menuntut, Rani
memang
menyimpan komitmen untuk suatu saat memandikan anaknya sendiri.

Dan siang itu, janji Rani terwujud, meski setelah tubuh si kecil
terbaring kaku. ''Ini Bunda Lif, Bunda mandikan Alif,'' ucapnya lirih,
di tengah jamaah yang sunyi. Satu persatu rekan Rani menyingkir dari
sampingnya, berusaha menyembunyikan tangis.

Ketika tanah merah telah mengubur jasad si kecil, kami masih berdiri
mematung di sisi pusara. Berkali-kali Rani, sahabatku yang tegar itu,
berkata, ''Ini sudah takdir, ya kan. Sama saja, aku di sebelahnya
ataupun di seberang lautan, kalau sudah saatnya, ya dia pergi juga
kan?'' Saya diam saja.

Rasanya Rani memang tak perlu hiburan dari orang lain. Suaminya
mematung
seperti tak bernyawa. Wajahnya pias, tatapannya kosong. ''Ini
konsekuensi sebuah pilihan,'' lanjut Rani, tetap mencoba tegar dan
kuat.
Hening sejenak. Angin senja meniupkan aroma bunga kamboja.

Tiba-tiba Rani berlutut. ''Aku ibunyaaa!'' serunya histeris, lantas
tergugu hebat. Rasanya baru kali ini saya menyaksikan Rani menangis,
lebih-lebih tangisan yang meledak. ''Bangunlah Lif, Bunda mau mandikan
Alif. Beri kesempatan Bunda sekali saja Lif. Sekali saja, Aliiif..''
Rani merintih mengiba-iba. Detik berikutnya, ia menubruk pusara dan
tertelungkup di atasnya. Air matanya membanjiri tanah merah yang
menaungi jasad Alif. Senja pun makin tua.

-- Nasi sudah menjadi bubur, sesal tidak lagi menolong.

-- Hal yang nampaknya sepele sering kali menimbulkan sesal dan
kehilangan yang amat sangat.

-- Sering kali orang sibuk 'di luaran', asik dengan dunianya dan
ambisinya sendiri tidak mengabaikan orang2 di dekatnya yang
disayanginya. Akan masih ada waktu 'nanti' buat mereka jadi abaikan
saja
dulu.

-- Sering kali orang takabur dan merasa yakin bahwa pengertian dan
kasih
sayang yang diterimanya tidak akan hilang. Merasa mereka akan mengerti
karena mereka menyayanginya dan tetap akan ada.

-- Pelajaran yang sangat menyedihkan.

Semoga yang membacanya bisa mengambil makna yang terkandung dalam
kisah
tsb.

Catch the chance, keep and manage it well

#168
yinyeksin 30 Juli 2007 jam 9:31am  

Apa Yang Kita Sombongkan?

Sombong adalah penyakit yang sering menghinggapi kita semua, yang benih-benihnya terlalu kerap muncul tanpa kita sadari. Di tingkat terbawah, sombong disebabkan oleh faktor materi. Kita merasa lebih kaya, lebih rupawan, dan lebih terhormat daripada orang lain.

Di tingkat kedua, sombong disebabkan oleh faktor kecerdasan. Kita merasa lebih pintar, lebih kompeten, dan lebih berwawasan dibandingkan orang lain.

Di tingkat ketiga, sombong disebabkan oleh faktor kebaikan. Kita sering menganggap diri kita lebih bermoral, lebih pemurah, dan lebih tulus dibandingkan dengan orang lain.

Yang menarik, semakin tinggi tingkat kesombongan, semakin sulit pula kita mendeteksinya. Sombong karena materi sangat mudah terlihat, namun sombong karena pengetahuan, apalagi sombong karena kebaikan, sulit terdeteksi karena seringkali hanya berbentuk benih-benih halus di dalam batin kita.

Akar dari kesombongan ini adalah ego yang berlebihan. Pada tataran yang lumrah, ego menampilkan dirinya dalam bentuk harga diri (self-esteem) dan kepercayaan diri (self-confidence). Akan tetapi, begitu kedua hal ini berubah menjadi kebanggaan (pride), Anda sudah berada sangat dekat dengan kesombongan. Batas antara bangga dan sombong tidaklah terlalu jelas.

Kita sebenarnya terdiri dari dua kutub, yaitu ego di satu kutub dan kesadaran sejati di lain kutub. Pada saat terlahir ke dunia, kita dalam keadaan telanjang dan tak punya apa-apa. Akan tetapi, seiring dengan waktu, kita mulai memupuk berbagai keinginan, lebih dari sekadar yang kita butuhkan dalam hidup. Keenam indra kita selalu mengatakan bahwa kita memerlukan lebih banyak lagi.

Perjalanan hidup cenderung menggiring kita menuju kutub ego. Ilusi ego inilah yang memperkenalkan kita kepada dualisme ketamakan (ekstrem suka) dan kebencian (ekstrem tidak suka). Inilah akar dari segala permasalahan.

Perjuangan melawan kesombongan merupakan perjuangan menuju kesadaran sejati.

Untuk bisa melawan kesombongan dengan segala bentuknya, ada dua perubahan paradigma yang perlu kita lakukan.

Pertama, kita perlu menyadari bahwa pada hakikatnya kita bukanlah makhluk fisik, tetapi makhluk spiritual. Kesejatian kita adalah spiritualitas, sementara tubuh fisik hanyalah sarana untuk hidup di dunia. Kita lahir dengan tangan kosong, dan (ingat!) kita pun akan mati dengan tangan kosong.

Pandangan seperti ini akan membuat kita melihat semua makhluk dalam kesetaraan universal. Kita tidak akan lagi terkelabui oleh penampilan, label, dan segala "tampak luar" lainnya. Yang kini kita lihat adalah "tampak dalam".

Pandangan seperti ini akan membantu menjauhkan kita dari berbagai kesombongan atau ilusi ego.

Kedua, kita perlu menyadari bahwa apapun perbuatan baik yang kita lakukan, semuanya itu semata-mata adalah juga demi diri kita sendiri. Kita memberikan sesuatu kepada orang lain adalah juga demi kita sendiri.

Dalam hidup ini berlaku hukum kekekalan energi. Energi yang kita berikan kepada dunia tak akan pernah musnah. Energi itu akan kembali kepada kita dalam bentuk yang lain. Kebaikan yang kita lakukan pasti akan kembali kepada kita dalam bentuk persahabatan, cinta kasih, makna hidup, maupun kepuasan batin yang mendalam. Jadi, setiap berbuat baik kepada pihak lain, kita sebenarnya sedang berbuat baik kepada diri kita sendiri. Kalau begitu, apa yang kita sombongkan dan ngapain juga sombong?

#169
eeyore 8 Agustus 2007 jam 6:54am  

By Anita Quigley
Tuesday, August 07, 2007 at 05:34pm

THERE is an episode in Sex and the City where Sarah Jessica Parker’s character Carrie attends a baby shower at a girlfriend’s place. The new mother insists shoes be left at the door so not to damage the floors, but when it comes time to go home, Carrie’s new $485 pair of Manolo Blahniks have been stolen.

Her host offers to pay for them, then baulks at the cost, accusing Carrie of being utterly self-indulgent by spending nearly $500 on a pair of shoes for herself.
This leads Carrie to do a little mental arithmetic and conclude: “Over the years I have bought Kyra [her host] an engagement gift, a wedding gift, then there was the trip to Maine for the wedding _ three baby gifts ... in total I have spent over $2300 celebrating her life choices and she is shaming me for spending a lousy 485 bucks on myself.’’
Another character Charlotte counters: “Yes, but those were gifts. And if you got married or had a baby, she would spend the same on you’’. Carrie responds: “And if I don’t ever get married or have a baby, what? If you are single, after graduation, there isn’t one occasion where people celebrate you.’’

Well, there is now. It’s called the 40th and like some weddings, no expense is spared.
Turning 40 is the new choice party for single women and I say three cheers to that. Mind you, by having a fabulous 40th doesn’t mean you are saying “I’m a spinster’’. And nor does it rule out a wedding and even christenings in the future. All it does say is that after 40 a wedding may not be as big a blow-out as when you are younger.

I use the Sex and the City analogy because it’s all about how we perceive singles, couples, and parents _ and the gifts we tend to lavish on the latter two. I have attended a couple of fab 40ths for single girlfriends and am jetting off to Hong Kong for another in the New Year.

One was a sit-down catered meal for 60 at a restaurant paid for by the birthday girl with the help of her parents. There were a couple of really touching speeches from family and friends.

Another had a catered lunch at a harbourside restaurant, followed by an international party trail for 15 at a restaurant in Venice a few months later on her actual birthday. Guests came from all over Europe and even some from Australia to help her celebrate.
But when I recently mentioned the upcoming Hong Kong party, a pair of very well-shaped eyebrows were raised by a married friend, who hinted at the extravagance. Yet, as I pointed out, plenty of people are asked to travel for weddings so why not a single friend’s 40th?

Both are equally valid celebrations, although not everyone seems to agree. A 30-something former flatmate estimates spending close to $8000 on bridesmaids dresses, shoes, flowers, travel and gifts over the years.

She says it is nice to have been asked so many times (five at last count), but does wonder if she is single at 40 and proposes a big bash back in her home town of Perth, her friends will be just as generous as she has been.

It’s not about evening the score, it’s about everyone deserving one great party _ a celebration where the focus is just on them. And, unlike you’re 18th or 21st birthdays, fortieths are a great way to also celebrate your achievements.

For my mother’s generation, often the only emblem of female success was a husband and children. To be 40, single and wealthy enough to throw yourself a big bash was unheard of or to be pitied rather than celebrated.

Most little girls are indoctrinated with the fairytale that there will only be one big day in their life where they will be the centre of attention _ their wedding day. But as we all know, little girls grow up and for one reason or another realise it’s OK to stop believing in other people’s fairytales and make their own.

Daily Telegraph link

#170
hey_sephia 3 Oktober 2007 jam 3:57pm  

Menjelang hari raya, seorang ayah membeli beberapa

gulung kertas kado.

Putrinya yang masih kecil, masih balita, meminta

satu gulung.

Untuk apa ?" - tanya sang ayah.

"Untuk kado, mau kasih hadiah." - jawab si kecil.

"Jangan dibuang-buang ya." - pesan si ayah, sambil

memberikan satu gulungan kecil.

Persis pada hari raya, pagi-pagi si cilik sudah

bangun dan membangunkan ayahnya,

"Pa, Pa - ada hadiah untuk Papa."

Sang ayah yang masih malas-malasan, matanya pun

belum melek, menjawab, "Sudahlah nanti saja."

Tetapi si kecil pantang menyerah, "Pa, Pa, bangun Pa

- sudah siang."

"Ah, kamu gimana sih - pagi-pagi sudah bangunin

Papa."

Ia mengenali kertas kado yang pernah ia berikan

kepada anaknya.

"Hadiah apa nih?"

"Hadiah hari raya untuk Papa. Buka dong Pa, buka

sekarang."

Dan sang ayah pun membuka bingkisan itu. Ternyata di

dalamnya hanya sebuah kotak kosong.

Tidak berisi apa pun juga. "Ah, kamu bisa saja.

Bingkisannya koq kosong.

Buang-buang kertas kado Papa. Kan mahal ?"

Si kecil menjawab, "Nggak Pa, nggak kosong. Tadi,

Putri masukin begitu buaanyaak ciuman untuk Papa."

Sang ayah terharu, ia mengangkat anaknya.

Dipeluknya, diciumnya.

"Putri, Papa belum pernah menerima hadiah seindah

ini. Papa akan selalu menyimpan boks ini.

Papa akan bawa ke kantor dan sekali-sekali kalau

perlu ciuman Putri, Papa akan mengambil satu.

Nanti kalau kosong - diisi lagi ya !"

PERSPEKTIF

Boks kosong yang sesaat sebelumnya dianggap tidak

berisi, tidak memiliki nilai apa pun, tiba-tiba
terisi,

tiba-tiba memiliki nilai yang begitu tinggi. Apa

yang terjadi ?

Lalu, kendati kotak itu memiliki nilai yang sangat

tinggi di mata sang ayah, di mata orang lain tetap
juga tidak memiliki nilai apa pun. Orang lain akan
tetap menganggapnya kotak kosong.

Kosong bagi seseorang bisa dianggap penuh oleh orang
lain.

Sebaliknya, penuh bagi seseorang bisa dianggap
kosong oleh orang lain.

KESIMPULAN

Kosong dan penuh - dua-duanya merupakan produk dari
"pikiran" anda sendiri.

Sebagaimana anda memandangi hidup - demikianlah
kehidupan anda.

Hidup menjadi berarti, bermakna, karena anda
memberikan arti kepadanya,memberikan makna kepadanya.

Bagi mereka yang tidak memberikan makna, tidak
memberikan arti, hidup ini ibarat lembaran kertas
yang kosong...........

#171
yinyeksin 4 Oktober 2007 jam 11:12am  

hmmm...jadi ingat ucapan "kosong itu isi, isi itu kosong"...nah itu memang tergantung bagaimana masing-masing orang menanggapi suatu hal :p

#172 avatar
krabz 1 Januari 2008 jam 8:04pm  

Doa Hari Ini
Saya meminta kekuatan dan Tuhan memberikan kesulitan kesulitan agar kami kuat
Saya minta kebijaksanaan, Tuhan memberikan kami masalah untuk diatasi
Saya meminta kemakmuran, Tuhan memberikan kami kekuatan dan pikiran untuk bekerja
Saya minta keberanian dan Tuhan memberikan rintangan untuk atasi
Saya meminta kasih sayang dan Tuhan memberikan orang-orang yang bermasalah untuk kita bantu
Saya minta pertolongan dan Tuhan memberikan sebuah kesempatan
Saya tidak menerima apapun yang kami minta tapi kami menerima semua apapun yang kita butuhkan
Hiduplah tanpa ragu dan ketakutan, Hadapilah semua tantangan dan percayahlah Anda bisa atasi semua itu.

#173 avatar
krabz 1 Januari 2008 jam 8:04pm  

Saya meminta kepada Tuhan
Saya meminta kekuatan kepada Tuhan, supaya saya dapat berhasil.
Namun ketika saya lemah, agar saya belajar taat.
Saya meminta kesehatan kepada Tuhan, supaya saya dapat melakukan perkara-perkara besar.
Namun ketika saya sakit, agar saya dapat melakukan hal-hal yang lebih baik
Saya meminta kekayaan kepada Tuhan, supaya saya dapat bahagia.
Tetapi ketika saya miskin, agar saya menjadi bijaksana.
Saya meminta kekuasan kepada Tuhan, supaya saya mendapatkan dukungan.
Sebaliknya ketika saya tidak berdaya, agar saya merasa betapa saya memerlukan Tuhan.
Saya meminta segala hal, supaya saya dapat menikmati hidup.
Tetapi sebaliknya saya mendapatkan hidup dari Tuhan, agar saya dapat menikmati segala hal ini.
Saya tidak mendapatkan semua dari yang pernah saya minta,
Tetapi segala sesuatu yang baik bagiku.
Diantara semua orang, saya adalah orang yang paling diberkati.
Doa St.Francis.

#174
eeyore 9 Januari 2008 jam 7:20am  

Sekedar intermezo, di sadur dari sebuah cerita di radio swasta,

Ada sebuah cerita,
Di sebuah perkantoran di seputaran Jl Thamrin Jakarta, di sebuah kantor PMA yang bergerak di bidang financial, tersebutlah seorang OB (Baca : Office Boy, klo kagak ngerti payah deh lo) bernama Sabroni, yang dikenal sebagai seorang yang lugu, jujur dan rajin bekerja, sehingga dia di sukai dan dipercayai oleh semua orang di kantor tersebut, bahkan sang boss besar di sana, seorang bule yang bahasa indonesianya terpatah patah, sangat percaya kepada si Sabroni, dan sering memberikan uang tip yang lumayan setiap kali meminta bantuan Sabroni untuk membelikan sesuatu di luar kantor.

Saking percayanya si bule tersebut sama Sabroni, maka si boss bule hanya mengijinkan Sabroni yang mengurus kebersihan ruang kerjanya, dan menitipkan duplikat kunci ruangannya.

Suatu hari, pagi pagi, sabroni seperti biasa sibuk membersihkan ruangan si boss, saking asyiknya dia bekerja, dia tidak sadar bahwa si boss sudah ada di ruangan dan duduk menghadapi laptopnya. Demikian juga si boss, dia tidak menyadari bahwa Sabroni sedang dengan manisnya merapikan ruangannya dan berada di belakangnya duduk menghadapi laptop.

Sesaat sabroni menyadari kehadiran pak boss, dan ketika dia hendak menyapa, ada sedikit kejadian yang membuatnya tercenung dan tertarik untuk mengintip aktifitas si boss dari balik punggung si boss ketika mengetikkan sesuatu di keyboard laptopnya dan mengintip layar monitor si boss.

Setelah merasa puas dengan ke-isengannya, sabroni akhirnya bergeser menjauh dan akkhirnya menyapa pak Boss untuk pamit keluar. Si boss terkejut ketika menyadari ada si sabroni di dalam ruangan, tetapi dia tidak berpikir panjang dan tidak berprasangka buruk terhadap sabroni.

Akhirnya sabroni keluar ruangan si boss, dan menyelesaikan pekerjaannya di tempat yang lain, sebelum akhirnya dia kembali ke ruang kerja utamanya, pantry, untuk beristirahat.

Di dalam ruang pantry, sabroni teringat akan kejadian di ruangan si boss, dan memikirkan efeknya terhadap dirinya, sabroni menjadi bersemangat, karena dia merasa menyimpan suatu rahasia penting tentang bossnya, yang mungkin suatu saat akan dapat mendatangkan keuntungan bagi dirinya. Tapi Sabroni juga merasa was was, takut jika pengetahuannya tersebut akan membawa dampak buruk kepada dirinya, karena dia menyadari bahwa dirinya hanya sebuah kerikil kecil di perusahaan terebut, yang suatu saat bisa terlempar dengan suksesnya ke pinggir jalan. Menyadari hal tersebut, sabroni panik, dan mukanya mulai pucat. Perubahan wajah tersebut diketahui oleh partner kerjanya, seorang office boy juga, yang bertugas di kebershan kamar kecil kantor tersebut, yang selama ini merasa iri dengan keberuntungan sabroni, yang bernama somad.
Akhirnya karena penasaran, somad menanyakan kepada sabroni, "Kenapa lo bron, muka lo pucat kaya abis liat hantu gitu ? Emangnya disini ada suster ngesot naksir elo Bron ??

Sabroni tersentak, dan tanpa sengaja, karena pada dasarnya dia lugu, dia keceplosan berkata, "Gue baru dapet rahasianya si boss, gue jadi bingung"
Somad : " Eh rahasia apaan, cerita donk ... Apa lo tau rumah bini mudanya ?"
Sabroni : "Bukan mad, gue tadi sempat ngeliat boss lagi ngisi password komputer kantor ... password dia .... buat masuk ke komputer kantor"
Somad : "ah ... kirain apaan .... gak ada efeknya buat gua" . sambil ngeloyor pergi, kecewa .... kirain dapat gosip bagus (maklum .. somad agak gaptek .. jadi gak paham klo password tuh sakti ... lebih sakti dari mak erot .... bisa bikin dunia kantor jungkir balik, tapi beda ama sabroni, yang gaulnya ama orang dalem kantoran, jadi sedikit2 ngarti apa tuh gunanya password, walaupun nggak ngeh banget, sementara si Somat khan gaulnya ama kecoa di kamar mandi doang)

Somad ngeloyor ke pos kerja nya .. kamar kecil ... sambil nggerundhel ....
Di kamar kecil pas ada seorang customer setia somad, seorang IT-Man, namanya Roni, yang radha radha bandel, suka ngumpet di WC buat nyedot sebatang dua batang Rokok, karena males turun ke ruang smoking area yang deket ama parkir mobil di gedung itu.

Roni : ngapain lo mad, ngomel2 kaya nenek bawel aja ... pagi pagi bikin kopi kek, buat kita smoking disini (jorkis juga tuh IT, ngopi di kamar kecil)
Somad : tau tuh boss ... si Sabroni ... temen gue ... bikin bete aja
Roni : "emangnya kenape ama si sabroni ?"
Somad : "Tau tuh .... katanya die ngarti passport si boss"
Roni : "Passport ???, apaan sih ?? Emangnya passportnya boss ilang ??"
Somad : "Ntu tuh ... passport yang buat mbuka komputer si bos. Sabroni ngarti passport aja mukanya dah pucet, kirain ngliat apaan"
Roni : "Password kali. Emangnya Sabroni tau dari mana ?"
Somad : "Pass apaan kek, gue kagak ngarti . critanya tuh anak tau pas lagi ngebersihin kamar bos, pas si bos lagi di komputernya, ketik ketik, gitu critanya, gue kagak ngarti dah .... tanya sendiri aja"
Roni (semangat 45, buru2 keluar kamar mandi .. nyari si sabroni), "Wah seru nih klo tau password si boss, bisa gue acak acak nih kantor .... " pikir si roni

Pantry Area, Roni masuk .. ngliat si sabroni didalam sendirian ... langsung merangsek maju dengan gagah ....
Roni : "psssstt sabroni, gue mo nanya"
Sabroni : " apaan pak ... mau minta kopi ?"
Roni : "Kopinya entar aja .... yang penting gue mo nanyain sesuatu ama elo"
Sabroni : "Nanya apa pak ?"
Roni : "Bener kagak kata si somad, lo tau passwordnya boss ?"
Sabroni pucat lagi mukanya, padahal tadi udah tenang ... apalagi dia tau si pak Roni ini orang yang bagiannya ngurusin komputer di kantor, Masalah besar neh pikirnya.
Sabroni : "Maaf pak ..... saya jangan dilaporin yah ... jangan dipecat ... ntar anak saya makan apa pak .... anak saya 5 kecil kecil . masih mau sekolah" sambil matanya mulai berkaca kaca dan ketakutan
Roni : "Eh kagak . gue gak ada urusan ama pecat pecat lo orang, sekarang ceritain kejadiannya kayak apa dulu biar gue yakin"
Sabroni akhirnya cerita kejadiannya, sampai dengan pas dia ngintip dari belakang punggun pak boss bule yang lagi ngetikin passwordnya itu. Pak Roni semakin yakin kalau si sabroni emang tau passwordnya si boss, doi jadi tambah semangat.
Roni : "Klo gitu, lo bilangin ke gue apa tuh passwordnya si Boss"
Sabroni : "Lha bukannya bapak tau passwordnya boss, khan bapak urusannya kayak gituan disini ?"
Roni : "Eh lo anak ... banyak bacot, cepetan kasih tau gue"
Sabroni mikir keras .. nimbang nimbang resikonya .....sampai lamaa banget ... sampe air di teko mendidih (kagak ada hubungannya kalee)
Roni jadi kagak sabar nungguinnya ... lalu mbuka dompet, ambil uang seratus ribuan ... 3 lembar ... lalu di sorongin ke Sabroni . "neh buat lo ... tapi bilangin ke gue apa passwordnya boss"
Sabroni sambil bengong tangannya nyosor ke duit tersebut, sambil kucek2 mata "gile ... pagi pagi gini dapat gambar sudirman, 3 lagi .... keknya si entong jadi neh dibeliin buku ntar sore, masak minjem terus ama tluetangga"
Roni : "Ayo cepetan bilang ."
Sabroni : *masih bengong*
Roni : "Benernya ngarti kagak sih passwordnya si boss ??" *agak emosi liat mulut sabroni yang mengo kayak jamban*
Sabroni : "Ngarti .... ngarti pak ... bener ... sumpah deh . gue liat jelas kok tadi" *mulai cerah mukanya ... dapat rejeki nomplok*
Roni : "ya udah ... apaan"
Sabroni : "Tapi bapak nggak bilang siap siapa lagi khan ??" Ntar klo lainnya tau .. saya bisa di tendang ama boss dari sini"
Roni : "Cerewet lo .... nih lagi .... cepetan .... atau tulis aja nih di kertas .biar kagak salah" *sambil nyorongin 2 lembar lagi duit ratusan ribu ama selembar kertas buat nulis passwordnya si boss*
Sabroni tambah lebar lubang jambannya melompong liat tambahan duit gitu .... semangatnya semakin memuncak ... disambarnya ntu duit sambil membusungkan dadanya yang kerempeng ....
Sabroni : "wah beres pak ... saya tulisin .... saya yakin banget kok, nggak salah, saya liat tuh password pake mata telanjang yang belom rabun, masih sehat kaya lampu mobil si boss"
Roni : "Banyak bacot lo ... cepetan tulisin ... mo gue buktiin "
Sabroni menuliskan di kertas tersebut ... lalu melipatnya dan menyerahkan ke Roni .... "Nih pak .... ini yang tadi gue liat .... sumpah ... kalau saya boong .. biar saya di samber bussway yang lagi mogok"
Roni : "Makasih dah ... gak usah banyak bacot yah ... jangan cerita ke sapa sapa klo lo ngasih passwordnya si boss ke gue ... lo mulai sekarang lupain tuh password biar kagak masalah ..." *sambil ngacir ke luar pantry .... cepat cepat ke ruanganya"
Sabroni : "Beres pak .... makasih banyak yah gambar sudirmannya . ntar gue bilangin ke entong ... klo bapak baek banget, jadi si entong bisa beli buku"
Roni : "Oke oke" Semangat 65 ngacir

--------------------------------------------- di ruangan Pak Roni si pakar IT ---------------------------------------------------------------------------
*&#$%@#()$@*#$)$*@#)%#*%#%(^%$_@(@#_%(@#$
SABRONIIIIIIII SIALAAAAAAAAAANNNNNNNNNNN ........ DASAAAAARR MANUSIAAA GUNUUUUUNGGGG *(%^$%$^#@%)%$^%^)%^*%) teriakan bang roni di ruangannya ... sampai terdengar di luaran .......

*anak buah pak Roni pada bengong ***

secarik kertas .... berbau bubuk kopi .... khas pantry ..... tergeletak di meja pak Rony ... di pandang dengan pandangan kosong oleh pak Rony.......

disana tertulis

******

Di pantry ... Sabroni bingung .... "emangnya apaan sih hebatnya password pak boss . cuma 6 gambar bintang .... semua khan juga bisa" *sambil ngitung ngitung duit dari pak Roni ....

Di kamar mandi, Somad masih ngelap wastafel sambil siul siul ... nemu sebungkus rokok masih lumayan penuh .... punya pak Roni ....

Di ruangan pak Boss ..... pak boss lagi kirim email ke HRD agar menyiapkan peraturan baru keanak buahnya ..... tentang :

"Dilarang membaca email sampah seperti ini di jam kerja, atau nanti akan dikenai sangsi pemotongan upah"

Halaman sebelum 1 2 3 4 5 6 7 8 9