Home → Bacaan → Bacaan oleh andu0396
Cerita ini adalah Cerita Silat Indonesia, merupakan hasil karya pengarang Bastian Tito.
Semoga dapat bermanfaat dalam menambah khazanah bacaan di Bumi Nusantara tercinta. Selamat menikmati.
Andu
Cerita ini adalah Cerita Silat Indonesia, merupakan hasil karya pengarang Bastian Tito.
Semoga dapat bermanfaat dalam menambah khazanah bacaan di Bumi Nusantara tercinta. Selamat menikmati.
Andu
Cerita ini adalah Cerita Silat Indonesia, merupakan hasil karya pengarang Bastian Tito.
Semoga dapat bermanfaat dalam menambah khazanah bacaan di Bumi Nusantara tercinta. Selamat menikmati.
Andu
Cerita ini adalah Cerita Silat Indonesia, merupakan hasil karya pengarang Bastian Tito.
Semoga dapat bermanfaat dalam menambah khazanah bacaan di Bumi Nusantara tercinta. Selamat menikmati.
Andu
Serial Mahesa Kelud, Pedang Sakti Keris Ular Mas, Episode 1 : Delapan Surat Kematian.
Cerita ini adalah Cerita Silat Indonesia, merupakan hasil karya pengarang Bastian Tito.
Semoga dapat bermanfaat dalam menambah khazanah bacaan di Bumi Nusantara tercinta. Selamat menikmati.
Andu
“Biarpun kau terkenal sebagai Pendekar Lengan Buntung yang kesohor saktinya, akan tetapi kalau demikian jahatnya, Bu-tong-pay akan bertindak. Sung Tiang Le, dosamu sudah terlampau banyak, lebih baik kau lekas berlutut dan menyerah!†kata Bu Ci Goat, wakil pemimpin dari Bu-tong-pay.
“Inilah buktinya, tulisan berdarah ini kami dapatkan di sebuah hutan di
Dua pasang mata menatap kakek gendut itu penuh perhatian, penuh selidik. Mereka adalah Tang Kui, perwira istana yang bertubuh tinggi besar itu, dan Lui Siok Ek, tokoh Thian-te-pai. Dua orang inilah yang pada enam tahun yang lalu pernah ikut memperebutkan Giok-liong-kiam dan melihat dengan mata kepala sendiri betapa pedang pusaka
“Suheng kau gila, mana kau dapat menandingi mereka?â€
“Biarlah sumoay, matipun tidak mengapa untuk demi bakti kepada Tiang-pek-pay dan arwah suhu yang masih penasaran ini!†Suara pemuda itu terdengar bersemangat. Dadanya yang bidang agak terangkat ke atas. Matanya bersinar-sinar.
“It-suheng, suci ini sudah gila. Masa ia membuntungi lengan suheng Tiang Le…….†berkata
Sementara itu, sambil melepas pandangan berterima kasih ke arah Siauw Ma, Lian Eng menggerakkan tubuh dan lari pergi turun gunung dan cepat sekali.
Dari atas gunung tampak Siauw Liong mengejar dengan pedang di tangan. Mulutnya berteriak-teriak, “Maling perempuan, hayo kembalikan patung itu!!â€
Agaknya ia tidak memperhatikan Siauw Ma dan Hong Cu, karena
“Bi Li, dengar! Apa yang kaulakukan ini salah besar, berdosa besar. Apa kesalahan si kecil itu maka engkau hendak membunuhnya dalam kandungan? Kandungan ini adalah kehendak Thian dan engkau akan berdosa besar. Anak ini tidak bersalah, jangan sekali-kali engkau hendak membunuhnya. Biarkan ia lahir seperti haknya dan memeliharanya. Bahkan, siapa